Kenalan itu, gak bisa loh asal-asalan! Pasti pada risih kan kalau ada orang yang asing dan baru ketemu, tapi lagaknya kayak udah temenan dari orok? SKSD banget!

Pas momen itu terjadi, pasti kita ngedumel “issh apaansih, sok kenal sok dekat banget! Jadi gak nyaman deh”. Bahkan, kita akan merasa illfeel ketika melihat tingkah laku mereka yang berlebihan seperti itu.

Fenomena tersebut dapat dijelaskan di dalam ilmu komunikasi. Saat berkenalan atau mencoba membangun komunikasi, ada istilah yang dikenal sebagai social penetration theory atau yang lebih akrab disebut teori kulit bawang, di telinga orang-orang Indonesia.

Kenapa disebut kulit bawang? Karena memang pada dasarnya, berkenalan dengan orang dan berupaya membuat hubungan superfisial menjadi lebih intimate itu membutuhkan proses dan harus melalui beberapa tahapan.

Kita tidak bisa serta merta melompat menjadi sangat akrab seakan sudah mengenalnya dengan baik dari saat kita masih janin. Mirip sekali dengan filosofi kulit bawang yang harus dikupas karena terdiri berlapis-lapis.

Teori kulit bawang atau social penetration theory ini pertama kali diungkapkan oleh Altman dan Taylor pada tahun 1973. Penetrasi sosial adalah proses ikatan yang menggerakkan sebuah hubungan dari yang bersifat superfisial menjadi hubungan yang lebih intim.

Teori penetrasi sosial berfokus pada perkembangan hubungan interpersonal yang bersifat dinamis. Karena hubungan interpersonal sendiri merupakan sesuatu yang dapat diprediksi dan dikaji. Teori ini pada dasarnya menjelaskan beberapa tahapan yang harus dilalui ketika berhubungan dengan orang lain.

Tahap Orientasi

Tahap pertama adalah tahap orientasi. Di tahap ini, biasanya kita hanya membahas hal-hal yang sudah diketahui secara umum. Seperti nama panggilan, akun sosial media, pekerjaan, atau barangkali domisili di mana kita tinggal. Pada tahap ini, obrolan hanya berisi topik-topik ringan.

Tahap Pertukaran Afektif Eksploratif

Selanjutnya adalah tahap pertukaran afektif eksploratif. Pada tahap ini, kita sudah mulai memasuki ranah yang agak personal.

Topik obrolan yang biasanya diperbincangkan saat tahap ini adalah hal-hal yang kita sukai, seperti lagu atau film kesukaan, tempat nongkrong favorit, kegiatan yang paling sering dilakukan dan disukai atau hobi, dan makanan favorit.

Tahap Pertukaran Afektif

Setelah itu, barulah masuk ke tahap yang sudah privasi yakni tahap pertukaran afektif. Misalnya pengalaman pribadi, latar belakang keluarga, atau hal-hal lainnya yang dianggap privasi.

Tahap Pertukaran Stabil

Terakhir, kita sudah sampai pada tahap pertukaran stabil. Kalau sudah sampai di tahap ini, berarti kita sudah berada di inti dari kulit bawang yang telah kita kupas.

Di sini, kita sudah mulai berbagi pandangan masing-masing mengenai nilai-nilai dan values apa yang kita pegang dalam hidup, pandangan terhadap suatu hal, visi dan misi hidup kedepannya mau seperti apa, dan juga keadaan internal personal.

Pada tahap ini juga kita kemungkinan sudah bisa meprediksikan tindakan-tindakan dan respons masing-masing dengan baik.

Teori kulit bawang ini juga menjelaskan kepada kita bahwa semua tahapan ini hanya akan bisa dilalui saat kedua belah pihak sama-sama siap untuk melangkah ke step selanjutnya dan adanya keterbukaan dari satu sama lain. Tahapan dalam komunikasi ini memang harus resiprokal atau timbal balik supaya terus berlanjut.

Social penetration theory juga memberikan kita gambaran bahwa tahap yang paling mudah dilalui adalah tahapan yang pertama yakni tahap orientasi. Kita akan semakin sulit untuk ‘mengupas bawang’ karena lapisannya semakin tebal.

Oleh karena itu, waktu yang dibutuhkan untuk memasuki setiap tahap itu berbeda-beda. Tergantung dari seberapa siap dan terbukanya kedua belah pihak.

Setelah ini, jangan lagi asal berkenalan ya? Karena hal tersebut akan sangat menganggu, apalagi kalau kamu tidak menunjukkan rasa sopan selama proses kenalannya.

Editor: Lail

Gambar: Pexels