Seperti lirik lagunya grup musik Seurieus yang mengatakan “rocker juga manusia” agaknya ungkapan ini cocok disematkatkan untuk seorang yang mengaku keturunan Rasulullah bahwa “Habib juga manusia.” Dan selayaknya manusia biasa habib juga bisa sedih, senang, berbuat baik dan buruk Jadi kita tak perlu terlalu memuja-mujanya.

Beberapa waktu lalu di medsos seorang pengikut garis keras Habib Nganu memberikan statement menohok pada orang yang suka mengkritik habib. Katanya begini. “Habib itu sudah pasti dijamin masuk surga! Jadi ente tak perlu sok-sok an memberikan nasihat kebenaran! Tugas kita hanyalah mengikutinya.” Mendengar seseorang berkata begitu, saya termenung. Kemudian berpikir, apa iya, Habib dijamin pasti masuk surga?

Di Indonesia, sapaan Habib diperuntukan bagi orang-orang yang masih memiliki nasab bersambung sampai Rasulullah SAW melalui kedua cucu beliau yaitu Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein.

Dalam tradisi ulama salaf kita memang sudah seharusnya menghormati dan meniru para habib karena keilmuan dan akhlak yang mereka pegang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Namun apabila ada seorang yang mengaku Habib tapi akhlaknya tak sesui dengan Rasulullah SAW kita hanya perlu menghormatinya saja dan tak perlu menirunya. Ya, karena sesama manusia memang sudah sepatutnya kita mengormatinya bukan?

Jika ada seorang habib yang meng klaim dirinya dijamin masuk surga hingga kita tak perlu mengoreksi dan memberi nasihat padanya bila melakukan kesalahan adalah klaim yang keliru. Kenapa keliru? Dalam kajiannya Ustaz Ahong menjelaskan ada beberapa alasan kenapa kita tak perlu percaya pada klaim bahwa habib itu pasti dijamin masuk surga.

Pertama, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan diceritakan oleh Sayyidah Aisyah, Rasulullah SAW pernah bersabda.

‘Wahai manusia, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah jika ada orang yang mulia (memiliki kedudukan) di antara mereka yang mencuri, maka mereka biarkan (tidak dihukum), namun jika yang mencuri adalah orang yang lemah (rakyat biasa), maka mereka menegakkan hukum atas orang tersebut. Demi Allah, sungguh jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya’” (HR. Bukhari no. 6788 dan Muslim no. 1688).

Dalam hadis tersebut dijelaskan putri Rasulullah SAW sendiri tak mungkin terhindar dari kesalahan. Dan Rasulullah SAW sendiri akan menerapkan hukuman apabila putrinya sendiri yang melakukan kesalahan atau dosa.

Kedua, dalam islam ada konsep ismah atau Makshum . Yakni orang-orang yang terhindar dari perbuatan tercela dan dosa. Konsep ini hanya diperuntukan untuk nabi namun pada keluarga nabi tidak ada jaminan terhindar dari perbuatan kesalahan atau dosa.

Artinya, ketika ada seseorang yang mengaku habib melakukan sebuah sebuah perbuatan teecela dan dosa maka dihukumi sama dengan muslim lainnya. Bila mereka tidak segera bertaubat maka akan dipertanggung jawabkan di akhirat. Tidak ada klaim bahwa habib itu dijamin masuk surga apabila perbuatan-peebuatannya yang dilakukannya di dunia berupa dosa dan kesalahan belum dipertanggung jawabkan.

Yang ketiga, Keturunan Rasulullah SAW (ahlu bait) yang tidak mengikuti adab dakwah dan akhlaq Rasulullah SAW akan menjadi salah satu fitnah di akhir zaman. Fitnah itu bernama fitnah As-Sarra’.

Dalam sebuah yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar dijelaskan terjadinya fitnah As-Sarra’ ini diawali oleh seorang yang secara nasab bersambung kepada Nabi (ahlul bait). Akan tetapi, perbuatan kejinya tidak berasal dari ajaran Nabi. Karena itu, Rasulullah SAW berlepas diri dari orang itu, meskipun ia berasal dari keluarga beliau. Dan ia bukan termasuk wali-wali (pembela) Nabi. Sebab, para wali Nabi adalah mereka yang bertakwa. Sedangkan orang itu adalah pencetus fitnah. (HR. Abu Dawud 4242)

Nikmat bersambung bersama nabi adalah nikmat yang patut di syukuri. Sangat tidak pantas seseorang membanggakan karena nasabnya. Saya jadi teringat dawuh dari Habib Ali Al-Jufri. Dalam ceramahnya beliau mengatakan ” Seorang yang bangga dengan ilmu, sangat jelek. Bangga dengan ibadahnya, sangat jelek. Bangga dengan hartanya, sangat sejek. Bangga dengan kedudukannya, sangat jelek. Tapi bangga yang paling jelek adalah bangga karena nasab.”

Karena semua yang dibanggakan tadi selain nasab ada usahanya. Sedangkan nasab kita hanya terima jadi tanpa apa suatu usaha apapun. Nah, yang ada usahanya saja tak baik dibanggakan, apalagi yang tanpa usaha kan, Gaess?

Untuk itu bagi Anda yang punya nasab baik apalagi sampai bersambung Rasulullah SAW maka syukuri nikmat itu dengan menjadi uswah yang baik sebaik mungkin. Dan kita tak perlu percaya klaim bahwa habib pasti dijamin masuk surga, karena dimata Allah semuanya sama, yang membedakan hanya ketaatannya saja. Tugas kita sebagai sesama manusia adalah saling mengingatkan. Apalagi, jika kita mengaku mencintai Rasulullah SAW dan keturunannya bukan?

Penulis : Ulin Krucut

Editor : Hammam