Cerita masker, dari awalnya benci jadi cinta~

Pandemi telah membawa dampak yang signifikan bagi kehidupan kita. Pembatasan aktivitas di luar ruangan hingga merosotnya ekonomi di beberapa sektor industri. Salah satunya ialah diwajibkan menggunakan masker sebagai bentuk perlindungan tubuh dari virus corona. Setelah menghadapi pandemi selama dua tahun, akhirnya kita bisa bernafas lega di area terbuka saat muncul kebijakan pemerintah memperbolehkan melepas masker ketika berada di area terbuka. 

Cerita masker, mari kita flashback sebelum pandemi. Umumnya orang menggunakan masker saat sedang sakit untuk melindungi orang sekitarnya agar tidak tertular. Masker juga kerap digunakan sebagai perlindungan ketika berada di jalan untuk melindungi diri dari polusi. Namun fungsi masker berubah saat pandemi pada tahun 2020. Masker menjadi kebutuhan dan kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Berbagai sarana publik juga mengharuskan setiap orang untuk menggunakan masker. 

Bagi yang awam menggunakan masker, tentu ini merupakan siksaan yang berat. Anjuran menggunakan masker saat awal pandemi tentu membuat semua orang merasa enggan menggunakan outfit yang satu ini. Bagaimana tidak, jika tak terbiasa menggunakan masker akan terasa sulit bernafas dan tentu saja sulit mengenali wajah seseorang. Seiring berjalannya kebiasaan menggunakan masker, sudah menjadi hal yang biasa dan merasa nyaman hingga digunakan hingga saat ini. Beberapa hal yang membuat masker kini tak dapat dipisahkan dari kehidupan, diantaranya:

Masker menyamarkan kita dari berbagai macam ekspresi 

Semenjak menggunakan masker, kita sangat sulit untuk mengetahui ekspresi seseorang. Ketika malas untuk tersenyum dan bersikap ramah, bisa dengan menyipitkan mata. Masker menutupi kesedihan maupun suasana hati saat bahagia. Ekspresi random ini kerap terjadi karena tertutupi oleh masker. Apalagi jika kamu tergolong orang yang suka berekspresi. Bisa dibayangkan jika sudah tidak lagi menggunakan masker, maka akan terlihat ekspresi yang seharusnya hanya menjadi aib kita sendiri. Terutama jika dalam perjalanan seperti memilih transportasi  publik, ekspresi ketika tidur bisa disembunyikan.

Masker sudah menjadi outfit 

Selama dua tahun ini cerita masker sudah menjadi bagian dari hidup. Selain proteksi diri, juga sebagai lifestyle. Bahkan tanpa menggunakan masker kini terasa ada yang kurang lengkap. Terutama bagi wanita, memakai masker merupakan alternatif agar hemat lipstik. Berbagai macam pendapat kocak seakan tetap menggunakan masker. Seperti alasan belum siap melepas masker karena belum glowing hingga bisa membuat penampilan seseorang terlihat tampan maupun cantik. Penggunaan masker ternyata bisa menambah rasa percaya diri seseorang.

Penjual masker harus putar haluan 

Fenomena pandemi membuat para pebisnis masker berlomba-lomba untuk menjual masker dengan harga yang tinggi. Mulai dari masker sekali pakai hingga masker kain. Jika saat pandemi penjual lipstik ketar-ketir, maka kini penjual masker yang mengalami kekhawatiran. Penjualan masker yang stabil kini tak akan berjalan seperti biasanya. Penggunaan masker yang biasanya digunakan untuk aktivitas sehari-hari, kini hanya untuk momen tertentu.  Meski penjualan masker tidak akan pernah punah, pebisnis yang menggeluti masker harus siap dengan berbagai keadaaan. Bisnis yang musiman memang rentan tak bertahan lama. Begitu juga dengan bisnis yang laris di masa pandemi. Meski awalnya tidak diketahui kapan pandemi akan berakhir, namun ada masanya situasi akan kembali normal. 

Keterpaksaan menggunakan masker akhirnya kini menjadi gaya hidup yang tak bisa dipisahkan. Masker membuktikan bahwa dari yang awalnya kita membenci penggunaan masker, kini sudah menjadi terbiasa menggunakan masker dan merupakan hal yang sulit untuk ditinggalkan begitu saja. 

Editor: Ciqa

Gambar: google.com