Siapa yang berminat masuk jurusan pendidikan Sosiologi?


Tahun 2019, tepatnya tiga tahun yang lalu. Saya tamat dari bangku SMA, kala itu saya bimbang mau masuk ke perguruan tinggi mana. Perguruan tinggi ikatan dinas, perguruan tinggi negeri, atau perguruan tinggi swasta. Kalau boleh jujur, saya dulunya sangat mendambakan perguruan tinggi ikatan dinas, yaitu Politeknik Keuangan Negara STAN.
Tiga tahun saya mengasah akademik dan latihan fisik di SMA, saya SMA-nya boarding. Jadi banyak banget kelas tambahan, dan waktu olahraga saya luangkan di pagi hari menjelang subuh dan sore hari menjelang azan maghrib.

Setelah melalui itu semua, gairah saya mulai turun. Tiba tiba saja saya tidak ingin masuk ke perguruan tinggi ikatan dinas, dan memilih masuk ke perguruan tinggi negeri. Finally, saya memutuskan untuk mengikuti Tes UTBK (Ujian Tulis Berbasi Komputer), supaya lolos masuk perguruan tinggi negeri di jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Setelah mengikuti rangkaian tes dan menunggu pengumuman SBMPTN, Alhamdulillah saya lulus di Program Studi Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Padang. Sebuah kebahagiaan dan pencapaian luar biasa, karena bisa lulus di PTN yang di inginkan.

Keputusan yang saya ambil untuk memilih pendidikan sosiologi, sebagai ilmu penjurusan di kuliah adalah untuk menghindari mata pelajaran angka dan hitung-hitungan. Saya orangnya suka matematika, ekonomi, dan akuntansi. Namun ketiga ilmu tersebut, perlu kinerja otak yang cepat, sigap, dan teliti. Saya orangnya bisa paham, namun dengan tempo yang cukup lambat dan kurang teliti ketimbang teman-teman saya, semasa di bangku SMA.

Namun anggapan konyol dan naif tersebut telah pudar, setelah mengikuti perkuliahan selama tiga tahun. Pelajaran matematika dan hitung-hitungan, tidak lepas dari segala aspek kehidupan, terutama sosiologi. Setidaknya ada empat mata kuliah, yang saya pelajari yang memiliki basic hitung-hitungan, diantaranya yaitu:

Statistik Sosial

Mata kuliah ini adalah gabungan dari dua ilmu, yakni ilmu statistik dan ilmu sosial. Penggabungannya digunakan untuk membuat sebuah premis atau kesimpulan dari apa yang kita dapat. Statistik sosial berguna untuk mengukur sebuah persoalan masyarakat dalam bentuk angka, contohnya kemiskinan dan pemerataan pendidikan. Tentu data seperti ini, tidak bisa dikaji dan dibahas menggunakan kata dan kalimat, sebagai penguatnya perlu data berupa angka yang pasti untuk menggambarkan fenomena sosial di masyarakat.

Metode Kuantitatif dalam Pendidikan Sosiologi

Sejalan dengan statistik sosial, metode kuantitatif adalah mata kuliah untuk mendalami bagaimana mengolah data dalam bentuk angka. Ia berguna untuk kepenulisan ilmiah seperti artikel, skripsi ataupun tesis. Ketika seseorang membahas, menurunnya hasil belajar siswa kelas XII pada mata pelajaran sosiologi. Tentu ada angka yang didapat, seperti hasil Latihan, tugas, presentasi, kerja kelompok, ulangan harian, hingga ujian akhir. Data tersebut di elaborasi, dan dicari penyebab serta solusinya.

Penelitian Tindakan Kelas

Nah ini adalah mata kuliah, dimana kita diposisikan sebagai seorang guru untuk meneliti sekolah, kelas, dan siswa. Dimana ilmu yan dipelajari seperti, membuat program tahunan dan program semester, yang mana mengerucut ke jam belajar per mata pelajaran. Menghitung minggu efektif belajar, serta menghitung waktu yang tidak efektif untuk belajar (seperti libur nasional, masa orientasi siswa baru, class meeting, ujian hingga penerimaan raport). Tentu dalam pegaplikasiannya, kita membutuhkan angka sebagai penajabarannya. 

Microteaching Jurusan Pendidikan Sosiologi

Bagi mahasiswa program studi pendiikan, tentu tidak asing dengan microteaching. Walau secara garis besar, mata kuliah ini menjurus ke arah praktik mengajar dan menjadi guru. Namun sebelum itu, ada tahap tahap yang harus dilakukan. Seperti membuat RPP, media pembelajaran, LKPD, hingga proses penilaian terhadap hasil belajar siswa. Elaborasi data siswa, mulai dari keaktifan di kelas, sopan santun, kognitifnya terhadap materi yang di ajarkan, hingga tes-tes yang diberikan, menjadi tolak ukur guru di sekolah untuk memberikan nilai.
Sebelum menentukan hasil belajar siswa, seorang guru harus bisa memperhitungkan berapa KKM mata pelajaran yang diampunya. Tentu ada pertimbangan ini, karena di setiap sekolah tentu berbeda-beda, dan yang paling penting menghitung KKM itu ada rumus dan hitungan-hitungan, yaaaa tidak jauh-jauh dari ilmu matematika dasar, tambah, kurang, kali, dan bagi. Jadi buat temen-temen calon maba, yang akan masuk perguruan tinggi.
Buang pikiran itu jauh jauh “Kalau aku pilih jurusan ini, pasti aku terhindar dari matematika.”That’s a bullshit. Setiap aspek kehidupan butuh matematika, butuh angka dan hitung-hitungan.
Kalau tidak ada matematika, mungkin kita masih hidup dengan sistem barter, bukan dengan uang konvensional (kertas dan logam) dan uang digital. Intinya  jangan terlalu dipikirkan, semua pasti bisa asalkan kita belajar dan memahami materinya. Apapun program studi yang kamu pilih, matematika tetap ada. Namun tidak serumit dan sekompleks FMIPA, Teknik, dan Ekonomi.

Editor: Ciqa

Gambar: google