Tahun 2023 baru berjalan 3 bulan, namun banyak hal menarik yang tersaji di awal tahun ini, termasuk suguhan Film. Bagi saya, Film yang menarik untuk ditonton oleh khalayak di awal tahun ini yaitu The Menu. Film ini sangat-sangat menarik, karena Film ini menyajikan genre Horor Satire dengan set lokasi di Restoran Fine Dining. Memang film ini rilis pada 18 November 2022, sudah 3 bulan lebih Film ini tayang, namun film ini masih layak untuk ditonton oleh banyak orang. 

Film The Menu menceritakan kisah tentang sepasang kekasih, Margot dan Tyler yang berkunjung ke Restoran Fine Dining Hawthorne yang berlokasi di pulau terpencil. Hawthorne sendiri bukan Restoran Fine Dining kaleng-kaleng, ia merupakan restoran mahal dan ekslusif yang dimiliki oleh chef terkenal Bernama Julian Slowik. 

Fine Dining tersebut, hadir beberapa orang penting untuk makan malam sembari membahas kepentingan mereka masing-masing. Pada saat Fine Dining mulai, terjadi hal-hal yang diluar nalar. Seperti Richard (seorang milioner), yang jari manisnya di potong oleh staf di Hawthorne, kemudian Chef Jeremy (kru masaknya Chef Julian Slowik) yang menembak dirinya sendiri, setelah itu Tyler yang mati dengan gantung diri, hingga Margot yang selamat seorang diri karena memesan Burger buatan Chef Julian Slowik. 

Walau berisikan adegan-adegan yang sadis, ternyata terdapat makna dalam film The Menu tersebut. Oleh karena itu, pada artikel ini saya akan menjabarkan kritik sosial yang ada dalam film The Menu:

Ajaran Film The Menu: Mencari Kelemahan untuk Dikritik

Lillian dan Ted adalah seorang krtikus dan penerbit majalah yang memberikan informasi dan kritikan terhadap restoran-restoran yang mereka kunjungi. Lillian dan Ted hanya berfokus pada kekurangan yang terdapat pada makanan, bukan untuk menikmati makanan. Film ini menyindir orang-orang yang hanya fokus pada kelemahan dan kesalahan yang dimiliki oleh orang lain, orang-orang suka menghujat ketika seseorang melakukan kesalahan, namun ketika seseorang tersebut memiliki kelebihan dan hal positif, justru tidak peduli dan diabaikan.

Melakukan Flexing Demi Popularitas

George Diaz, seorang selebriti yang ikut Fine Dining di Hawthorne. George bersikap bodoh amat terhadap cita rasa makanan yang ada di Hawthorne, yang paling penting bagi dia adalah pamornya sebagai bintang film Hollywood tetap terjaga karena ia makan di resotran mahal dan ekslusif. Sama seperti saat ini, banyak orang yang ingin tampil glamour hanya ingin dipuji oleh orang lain. Membeli barang-barang branded hingga jalan-jalan ke luar negeri, kemudian di upload ke sosial media supaya tetap di sorot oleh media.

Film The Menu Mengajarkan Menjaga Nama Baik

Richard dan Anne, pasangan milioner yang menjadi customer tetap dari Hawthorne. Sama seperti dengan George Diaz, dia tidak menikmati makanan yang dihidangkan, tetapi Richard dan Anne hanya makan disana untuk menjaga nama baik mereka sebagai seorang milioner. Mereka gengsi dengan hidup sederhana dan bisa-biasa saja. Richard memandang sesuatu hal, hanya berdasarkan tentang uang dan kekuasaan. Sama halnya dengan orang-orang yang melakukan sesuatu hanya ingin menjaga nama baiknya, tidak dengan dorongan hati yang ikhlas sebagai manusia. Banyak orang yang selalu menganggap remeh orang lain, bisa menyelesaikan persoalan hanya dengan uang dan kekuasaan yang ia miliki.

Selebrasi Pencapaian

Soren, Bryce dan Dave adalah pebisnis-pebisnis kaya. Ia makan ke restoran tersebut tidak fokus pada hidangan yang disajikan. Melainkan hanya fokus pada pencapaian bisnis yang mereka peroleh. Padahal pencapaian tersebut merupakan hasil penipuan pajak yang sudah mereka bertiga rancang. Mereka berfoya-foya dan tidak memikirkan bagaimana orang-orang yang mereka tipu dengan rencana yang mereka buat. Sama halnya dengan orang-orang di luar sana, yang hura-hura karena merasa sukses. Tetapi mereka lupa, bahwa kesukesan yang mereka raih adalah hasil menipu orang lain, fenomena ini terjadi di Indonesia pada kasus Investasi kripto bodong.

Terobsesi Berlebihan

Tyler yang juga ikut Fine Dining di Hawthorne, tidak menikmati dengan makanan yang disajikan. Ia hanya terobsesi dengan makanan dan pelayanan mahal tersebut. Ia mengekspoitasi obsesinya terhadap Hawthorne sebagai restoran mahal prestis. Banyak orang-orang di luar sana yang sama dengan Tyler, tidak peduli bagaimana suatu karya itu bagus dan menarik, ia hanya peduli pada kepuasan batinnya sendiri sebagai seorang penggemar. 

Begitulah kritik sosial yang saya interpretasikan dalam film The Menu. Film ini mengkritik dan menyindir orang-orang egois, haus akan atensi, dan tidak peduli dengan perasaan orang lain. Dewasa ini, banyak orang yang berlomba-lomba untuk menjadi hebat dan sempurna, padahal manusia memiliki sisi lemahnya. Manusia juga memiliki ketidaksempurnaan, manusia juga butuh di apresiasi, bukan dituntut sempurna dan dihina jika berbuat salah. Menghargai orang lain adalah bagian mencintai seseorang dengan ikhlas dan tulus.

Editor: Ciqa

Gambar: google