Saat menjadi mahasiswa di Surabaya, saya tersentak saat mendengarkan ucapan dari teman perempuan saya, bahwa laki-laki Madura tidak setia.

Rasa tersentak saya semakin dalam ketika mengetahui kalau kawan kuliah lainnya yang sama-sama dari Madura, juga pernah mendapatkan perkataan dari teman perempuannya, kalau laki-laki Madura tidak setia. 

Meski saya merasa jengkel mendengar penilaian dari perempuan luar  kalau laki-laki Madura tidak setia, namun saya terima dengan lapang dada.

Setelah saya merefleksikan kembali, kenapa laki-laki Madura dianggap tidak setia? Sebab, orang luar mengenal laki-laki Madura sebagai orang yang gemar berpoligami.

Dari saking banyaknya kasus poligami di Madura, membuat banyak peneliti meneliti tentang fenomena poligami di Madura.

Coba saja cari di Google tentang poligami di Madura, pasti puluhan artikel  penelitian akan muncul. Dan dari saking banyaknya kasus poligami di Madura, sering kali saya menyaksikan video di media sosial  tentang laki-laki Madura sedang menikah dengan perempuan lain, sembari didampingi istri tuanya. 

Penyebab lain laki-laki Madura dianggap tidak setia karena laki-laki mudanya banyak yang suka memainkan perempuan.

Memainkan perempuan dalam artian,  memiliki pacar lebih dari satu. Atau hanya memiliki pacar satu, tetapi sering mendekati perempuan lain. 

Bagaimana saya mengetahuinya? Ya, karena saya pernah melakukannya dulu, sekarang sudah insyaf. Saya juga mengetahuinya karena banyak teman sering bercerita tentang dirinya kalau memiliki lebih dari satu kekasih.

Juga ada yang bercerita kalau masih mendekati perempuan lain, meski sudah punya kekasih.

Jika demikian, apakah benar laki-laki Madura tidak setia? Belum tentu, kawan. Saya coba jelaskan.

Laki-laki Madura, Poligami, dan Simbol Budaya

Saya awali perihal banyaknya kasus laki-laki Madura melakukan poligami. Poligami di Madura bukan berarti menunjukkan jika laki-laki Madura tidak setia.

Laki-laki Madura melakukan poligami akibat nilai simbol budaya di Madura. Dalam berbagai literatur kajian tentang Madura, menjelaskan bahwa perempuan bagi laki-laki Madura menjadi simbol sebagai kekuatan.

Semakin banyak laki-laki menikahi perempuan di Madura, maka semakin dianggap kuat. Lantaran, untuk meluluhkan perempuan bukan perkara mudah.

Terlebih lagi, perempuan di Madura menjadi simbol harga diri. Jadi konsekuensinya, semakin banyak laki-laki menikahi perempuan, maka harus semakin kuat dirinya menjaga perempuannya agar tidak jatuh di tangan laki-laki lain.

Pengaruh Tokoh Sejarah

Alasan lain yang membuat laki-laki Madura berpoligami akibat internalisasi budaya. Dalam analisis sosiologi, budaya menjadi nilai pengetahuan bagi kehidupan masyarakatnya melalui penokohan.

Dan jika berkaca dari ruang lingkup kehidupan masyarakat Madura, yang ditokohkan adalah raja dan kiai. Secara histori, dari berbagai literatur hasil penelitian, raja-raja di Madura memiliki banyak istri, begitu juga dengan kiai di Madura.

Dengan demikian, sebenarnya kasus poligami di Madura tidak ada hubungannya dengan kesetiaan. Sebab, poligami di Madura secara komprehensif terjadi akibat nilai budaya.

Sedangkan, kesetiaan bagian dari karakter. Karakter dari kesetiaan menurut Plato adalah berlaku baik dan adil. Dan sejauh saya memahami laki-laki Madura yang berpoligami, mereka masih tetap bersikap memanusiakan dan adil pada semua istrinya.

“Memainkan Perempuan”

Lalu, bagaimana dengan banyaknya laki-laki mudanya yang suka memainkan perempuan? Saya melihat fenomena tersebut sebagai hasrat yang sebenarnya banyak terjadi, bukan hanya pada laki-laki muda di Madura.

Di luar laki-laki muda Madura, justru juga tidak kalah banyaknya. Saya tahu dari teman perkuliahan yang bukan orang Madura, kalau mereka juga sering memainkan perempuan.  

Dan sejauh  pengamatan saya, terdapat dua penyebab laki-laki Madura suka memainkan perempuan. Pertama, ingin mendapatkan perhatian. Sebab, sebagai mantan buaya, saya mengalami fase tersebut.

Logikanya begini, semakin banyak menggaet perempuan,  maka semakin sering mendapatkan perhatian dari seorang perempuan.

Kedua, belum merasa puas. Belum merasa puas terjadi saat belum menemukan sesuatu yang didapatkan dari pasangannya. Sehingga, dia mencarinya di perempuan lain.

Meski demikian, jangan khawatir. Tidak selamanya laki-laki muda di Madura suka memainkan perempuan.

Nanti, semakin dewasa usianya, ia akan menambatkan pada satu perempuan yang sesuai kriterianya. Percayalah. Ya, kalau nanti poligami, kembali lagi dengan penjelasan awal saya tadi.

Sampai sini bisa menyimpulkan bahwa laki-laki Madura juga setia. Setia dalam konsep tindakan berperilaku humanis pada pasangannya, serta setia saat waktunya telah tiba.

Jadi, sudahilah stigma tidak setia pada laki-laki Madura. Kasihan, orang Madura sudah banyak stigma, masak laki-laki Madura harus menanggung stigma lebih berat lagi. Perih!

Editor: Lail

Gambar: Google