Ganjil Genap merupakan suatu film adaptasi dari novel milik Almira Bastari  yang terbit pertama di tahun 2020 dengan judul yang sama. Proses adaptasi film ini sebenarnya sudah berjalan cukup lama karena kepotong pandemi Covid-19 hingga akhirnya baru tampil di Bioskop beberapa waktu lalu. Bagi yang mengikuti Bene Dionysius Rajagukguk seperti saya, Ganjil Genap menjadi mahakarya yang patut dinanti kehadirannya setelah kesuksesannya di Ghost Writer 2019 dan Ngeri-Ngeri Sedap 2022.

Diakui atau tidak, film garapan Bene Dion selalu memberikan senes of komedinya hingga akhirnya beberapa hal ikonik terus terngiang bagi penggemarnya. Apalagi untuk penggarapan Film ini ada keterlibatannya Comedy Consultant, Andi Wijaya atau yang dikenal sebagai Awwe untuk menjaga roh komedinya tetap ada dan terjaga. 

Wajar kalau pada akhirnya banyak yang antusias untuk menyaksikan Film ketiga sutradara asal Sumatra ini, termasuk saya. Pun pada akhirnya saya merasa senang setelah menontonnya karena melebihi ekspektasi yang ada. Terlebih, film ini ternyata diproduseri MD Pictures atau MD, nama yang sering bikin pencinta film Indonesia pusing dengan biaya produksinya nggak kaleng-kaleng.

Perpaduan Setup dan Punchline yang Tepat

Besar harapan saya sematkan pada Bene Dion selaku sutradara yang tidak terbebani karena kesuksesan dari film terdahulunya Ngeri-ngeri Sedap 2022 yang masuk jajaran film lokal yang disukai oleh banyak orang.  Sutradara yang pada awal sempat diragukan karena formula komedi yang katanya gitu-gitu saja. Namun akhirnya mencuri perhatian penikmat Film saat Ghost Writer rilis di tahun 2019, lalu melihat eksplorasinya di Ngeri-ngeri Sedap di tahun 2022, saya melihat Bene Dion telah menemukan gairahnya kembali untuk bersaing dengan berbagai sutradara film komedi termasuk dengan sang Mentor Ernest Prakasa atau Raditya Dika.

Dan untungnya, hasilnya sangat mengesankan. Ganjil Genap berhasil menjadi film yang memiliki pesonanya sendiri berkat hal-hal yang dibangun oleh sang sutradara. Filmnya dengan mantap memilih jalur Komedi Romantis yang tak biasa memadukan setup dan punchline yang tepat. Ini membuat saya dan banyak penonton lainnya di Bioskop seakan tidak diberikan kesempatan untuk berhenti tertawa.

Bukan cuma Komedi Romantis, Ganjil Genap ternyata cukup kental dengan aspek drama. Ceritanya sendiri sudah memiliki bobot drama yang kuat. Film dimulai dengan awal mula hubungan Gala yang diperankan oleh Clara Bernadeth berpacaran dengan Bara yang diperankan oleh Baskara Mahendra. Keduanya yang sudah berpacaran sejak dibangku kuliah berlanjut hingga delapan tahun usia pacarannya.

Upaya Mencari Sosok Pengganti Sang Mantan

Film masih berjalan lima menit, kedua tokoh tersebut memutuskan untuk mengakhiri hubungan  setelah delapan tahun berpacaran. Alasan Bara memutuskan Gala karena ia merasa tidak siap untuk melanjutkan ke tahap pernikahan dengan komitmen. Sekedar Informasi, Bara mempercayai tentang penelitian yang menyebut rasa kasmaran yang ada saat orang jatuh cinta yang membuat jantung berdebar saat bertemu pasangan hanya bertahan empat tahun saja.

Menurut riset itu menyebutkan jika saat seorang merasa kasmaran terjadi karena aktivasi kimiawi di otak. Di mana kondisi ini akan menghasilkan lonjakan hormon endorfin, dopamin, oksitosin, feromon, neuropinephrine. Hormon inilah yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga, dan berseri-seri saat sedang kasmaran selama empat tahun hubungan. Dan benar saja setelah empat tahun berpacaran Bara sebenarnya sudah mulai bimbang akan komitmennya menikahi Gala hingga di anniversary kedelapan ia baru memutuskan untuk  selesai dan film pun dimulai.

Permasalahan putus dengan Bara inilah yang diangkat oleh Film ini menjadi awal perjalanan Gala mencari sosok pengganti sang mantan. Oh ya, Gala ini punya dua bestie, Sydney yang diperankan Nadine Alexandra dan Nandi  dimainkan oleh Joshua Suherman. Keduanya langsung berupaya membantu Gala agar bisa Move On dengan Bara. Ada tiga kandidat yang sempat dipilihkan keduanya untuk bisa menggantikan sosok Bara, namun semuanya tidak sesuai keinginan Gala.

Aktivasi Sense of Humor Oka Antara

Saya Rasa Bene Dion berhasil memberikan eksplorasi sajian komedi yang segar ketika mengemas kemunculan pertama Oka Antara. Yaps benar sekali, sosok Mas Gilang Priambodo dalam Noktah Merah Perkawinan yang problematik berubah jadi mas-mas lucu bernama Aiman yang memiliki pandangan mirip Bara tentang pernikahan. Ada kesan untuk menghidupkan sense of humor dari Aiman di beberapa scene, termasuk saat ia pertama bertemu dengan Gala di Gedung Bioskop saat Ibu Gala menelpon.

Atau adegan di Fourcort saat Gala mencoba aplikasi kencan dan bertemu dengan pria mesum yang diperankan oleh Adjis Doa Ibu. Sosok Aiman yang berpura-pura menjadi paman Gala karena khawatir dengan sosok pria mesum itu berupaya melempar setup dan punchline yang mengocok perut penonton. Seisi bioskop tergelak saat adegan itu berlangsung dan membuat kencan Gala itu batal. 

Menurut saya film ini berhasil memanfaatkan berbagai hal yang sudah melekat di novelnya, khususnya memberikan inliner pada judul Ganjil Genap yang berasal dari aturan kendaraan untuk melintas di ruas Jalan di Jakarta. Hal cerdik lainnya adalah elaborasi aturan ganjil genap ini dengan beberapa adegan yang sangat bagus, mulai Gala yang diputusin Bara di parkiran tempat kerja lalu dijemput taxi online. Sata saat Gala ditilang polisi saat mengetahui Bara mempunyai pasangan lain dan menangis di hadapan sang polisi, bukan karena sedih ditilang melainkan sedih di tinggal sang mantan pacar Bara.

Komedi Romantis yang Dramatis

Pada babak akhir, kemunculan Bara yang ingin kembali dengan Gala membuat ceritanya mulai terasa berganti arah. Gala yang sudah mulai Move On karena adanya Aiman akhirnya mampu memberikan jawaban kepada Bara jika ia tidak bisa bersama. Scene pun berubah saat Gala bertemu Aiman dan mempertanyakan kejelasan hubungannya apakah bisa berlanjut ke pernikahan. Film yang sedari awal banyak komedinya perlahan mulai serius dan bikin fokus meninggalkan kesan kocak, dan itu berhasil, sangat menghibur.

Di saat Ganjil Genap terasa begitu berhasil di aspek Komedi Romantis diawal, aspek drama dalam film ini justru semakin kuat diakhir. Bahkan saat adegan Aiman dan Gala di Toko Cincin, beberapa penonton wanita di dekat saya terdengar terisak menangis, mungkin dia relate dengan derita Si Gala yang hanya di pacar saja tanpa dinikahi. Namun pada akhirnya, pengemasan babak akhir yang serius sudah berhasil memberi kesan tersendiri buat film ini menjadi karya yang bisa dinikmati.

Bagi pengikut setia Bene Dion, tentu banyak yang sudah tahu kalau dia dalam statemen wawancaranya bersama Ernest Prakasa mengungkapkan jika beban berat film sebelumnya, Ngeri-ngeri Sedap memang sudah ia lepaskan dan ingin membuat karya yang tulus. Benar saja, film ini membuat perspektif lain tentang patah hati yang bisa di candain, bersanding dengan Alm Didi Kempot yang loro ati di Jogeti wae.***

Editor: Ciqa

Gambar: Google