Emak-emak sebagai wasit ekonomi rumah tangga pasti empot-empotan jika melihat harga sembako melambung tinggi seperti yang kita lihat dan dengar belakangan ini. Bagaimana tidak, dengan uang belanja yang pas-pasan dari suami tercinta, segala daya dan upaya dikerahkan agar kebutuhan suami dan si buah hati terpenuhi.

Mengetahui harga migor alias minyak goreng yang terbang tinggi membuat rakyat kelas menengah kebawah (macam awak ni, pen.) harus menelan pil pahit. Menurut keterangan Pemerintah negeri +62 melalui Kementerian Perdagangan hal ini disebabkan naiknya harga minyak sawit mentah (CPO) dunia, ada juga yang menyebut produksi minyak yang tak sebanding dengan permintaan pasar, ada juga yang mengatakan bahwa ini akibat pandemi covid-19.

Entah apapun faktor penyebab tingginya harga minyak goreng, negara wajib hukumnya menyediakan harga sembako terjangkau untuk rakyatnya, karena jika tidak imbasnya akan kembali ke negara itu sendiri, ekonomi nasional terhambat, inflasi meningkat, hidup rakyat pun makin tersendat.

Kementerian Perdagangan memperkirakan harga minyak akan tetap ‘mehong’ bahkan hingga menjelang Idul Fitri 2022 (sampai sekarang juga tetap mahal), untuk itu pemerintah telah mengambil langkah-langkah strategis agar situasi kebatinan di masyarakat tidak semakin rusuh bergemuruh. Mulai dari operasi pasar, menetapkan harga minyak satu harga, membuat kemasan sederhana, atau apalah yang digunakan untuk menstabilkan harga minyak.

Rakyat pasti semakin menggigil, di tahun 2022 mendapatkan  ‘kado istimewa’ yang membuat hidup mereka semakin labil, persis kayak kondisi psikis anak ABG puber yang belum stabil.

Sungguh ironi, Indonesia yang notabene adalah salah satu penghasil CPO terbesar bersama Malaysia, menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pada tahun 2020 lalu, Indonesia mengekspor minyak sawit hingga 34 juta ton atau senilai $22,97 miliar dengan pangsa pasar sawit sebesar 55 persen, wow…

Tapi aneh bin ajaibnya harga minyak di Malaysia malah lebih murah dibanding Indonesia, kok bisa? Dilansir dari laman resmi Kementerian Perdagangan Dalam Negeri dan Hal Ehwal Pengguna (KPDNHEP) Malaysia, harga minyak goreng kemasan sederhana hanya RM 2,5 atau hanya Rp. 8.500 (kurs 3.400), benar-benar membagongkan…

Namun, di balik kebingungan dan kebengongan ini semua, ternyata ada dampak positif dari melambungnya harga minyak goreng, apa saja dampaknya? baca terus pariwara dibawah berikut:

1. Kesehatan Nasional meningkat, potensi masyarakat terserang penyakit bisa dihambat

Dengan mahalnya harga minyak goreng, akan berdampak positif terhadap potensi peningkatan kesehatan masyarakat, kita tahu makanan yang digoreng seperti gorengan bisa menyebabkan obesitas atau kegemukan dikarenakan makanan lebih banyak menyerap kalori dari minyak tersebut, semakin tinggi kalori maka semakin tinggi pula resiko kelebihan berat badan atau obesitas. Bukan hanya obesitas, minyak goreng juga membantu meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, penyakit jantung, stroke, diabetes, kanker dan lain-lain, sehingga bagi para orangtua khususnya bapak-bapak banyak menghindari memakan makanan yang digoreng. Bagaimana? Ada positifnya kan harga minyak goreng melambung?

2. Memunculkan daya kreativitas masyarakat

Pernah baca atau mendengar buku yang berjudul ‘The Power of Kepepet’? seseorang yang dalam keadaan terdesak biasanya akan memberikan kekuatan dan motivasi yang luar biasa agar terlepas dan desakan dan himpitan tersebut. Nah, dengan drastisnya kenaikan harga minyak goreng pasti akan memancing daya kreativitas dari setiap individu untuk mencari jalan keluar agar dapur rumah tetap ‘ngebul’ demi keluarga tercinta, dan menurut saya emak-emak lah manusia paling kreatif se-multiverse raya. Terbukti semakin banyaknya bermunculan ide-ide kreatif, ada orang yang memasak telur dengan menggunakan pasir dan daun pisang, ada yang memasak telur dengan garam, dan tidak menutup kemungkinan nanti bakal ada yang bisa memasak telur berikut kulit-kulitnya.

3. Lebih ‘gas pol’ beribadah

Cabai-cabaian (bukan cabe-cabean ya…, pen.) melambung, telur juga membumbung, dan minyak tetap naik bung…, pasti ini akan ada efek berantai ke harga-harga lainnya, seperti harga roti juga ikut naik, harga nasi padang juga ikut naik, jadi kaitannya ini semua dengan ibadah apa dong? Dengan semua beban penderitaan yang ditanggung oleh rakyat, maka akan lebih meningkatkan amal ibadah dan bertawakal hanya kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, akan lebih banyak yang berdo’a begini: “Yaa Allah… hidup saya dan keluarga selama ini sudah susah karena covid-19 yang ga ada habis-habisnya Yaa Allah…, sekarang di tahun 2022 kami dapat ‘hadiah istimewa’ harga minyak goreng yang susah kami jangkau, kami mohon Yaa Allah tolong berikanlah kepada kami rezeki yang halal, barakah dan luas Yaa Allah…, karena sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi Rezeki, Kekayaan Engkau tak akan berkurang sedikitpun walaupun jika Engkau Memberi Kekayaan kepada seluruh manusia di muka bumi ini, kami mohon Yaa Allah… Yang Maha Penolong, berikanlah Pertolongan-Mu kepadaku dan keluarga besarku, Aamiinn….”.

Umumnya kita akan lebih banyak beramal dan berdo’a kala mendapatkan ujian dan masalah dalam hidup.

4. ‘Kantong’ jadi lebih irit, Alokasi biaya pembelian migor bisa dialihkan ke yang lain

Minyak goreng yang mahal membuat emak-emak mencari metode alternatif lain dalam  memasak, seperti dengan cara direbus, dipanggang, dibakar atau dikukus. Ikan atau ayam yang biasanya digoreng disulap tingkat dewa menjadi ikan atau ayam bakar, ikan pepes kukus, ikan gulai, dan sebagainya. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi jiwa emak-emak yang brilian dalam mengatur keuangan dalam negerinya, uang yang biasa seharusnya dialokasikan untuk belanja minyak goreng dapat dialokasikan untuk kepentingan lain seperti untuk kesehatan, pendidikan anak, atau disimpan untuk ‘emergency fund’ di kemudian hari. Cakep banget dah ‘The Power of Emak-emak’.

Nah, itulah 4 dampak positif naiknya harga minyak goreng bagi masyarakat republik +62, semoga apa saya sampaikan bisa sedikit bermanfaat untuk para pembaca semua terkhusus untuk saya sendiri. Saya akhiri perpisahan ini dengan sebuah quote yang tak seberapa: “jika kita bisa berpikir dan melihat dengan jernih suatu masalah dari berbagai sudut pandang, mungkin kita akan dapat menemukan sisi positif dari suatu permasalahan.”

Editor: Saa

Foto: Pexels