Musim kedatangan mahasiswa baru menjadi momen bagi para pegiat organisasi ekstra maupun intra kampus untuk menggaet pasukan baru. Namun di luar itu proses mendapat kader baru masih terus berlanjut, sepanjang waktu. Bahkan sepanjang karir saya menjelang masa akhir di kampus.

Di kampus saya, yang dominan terhadap satu warna bendera organisasi ekstra, para aktor organisasi mencari 1001 cara. Sebab meski pandemi, kaderisasi jangan mati. Mau tidak mau, dalam kondisi seperti ini proses kaderisasi di tuntut inovatif, dengan mengandalkan teknologi semisal.

Anehnya, di organisasi ekstra yang saya temui di kampus, cara konvensional justru lebih laris manis. Berikut saya uraikan cara cara yang sebaiknya ditinggalkan dari proses kaderisasi.

  1. Devide At Impera Dengan Organisasi Lain

Tidak asing lagi mungkin dengan devide at impera, itu adalah cara yang pernah dilakukan oleh koloni Belanda untuk mengadu domba saudara sebangsa setanah air sehingga Belanda bisa menguasai Indonesia. Kurang lebih hampir sama, satu organisasi ekstra akan senantiasa mengkambinghitamkan organisasi-organisasi lainnya dengan berbagai macam dalih, dengan beragam alasan. Organisasi X, akan mengatakan organisasi Y atau Z tidak baik karena begini, begitu, dan begitu, sebaliknya yang dilakukan organisasi X, juga dilakukan oleh organisasi Y, dan Z. Sehingga, saat dulu saya menjadi mahasiswa baru lebih memilih untuk mencoba semua agar benar benar tahu bagaimana yang ada di dalamnya, dan tidak memberikan penilaian berdasarkan asumsi pribadi.

2. Kekuatan Sentral di Tangan Senior

Senior atau orang dituakan dalam setiap organisasi pasti ada, tidak hanya di organisasi pada kehidupan di masyarakat pun terjadi. Tetapi, yang membuat saya aneh adalah asumsi bahwa suara senior itu suara yang tidak dapat dibantah dan mau tidak mau harus diikuti. Mungkin saat menjadi maba hal itu masih bisa dibenarkan, lah kok lama kelamaan senior-senior ini makin seenaknya sendiri.

Perlu diperhatikan pula, senior memang orang yang lebih berpengalaman dan lebih dahulu menjalani roda kehidupan organisasi. Namun, setiap mahasiswa mesti memiliki prinsip, idealisme, dan pandangannya sendiri. Perilaku seperti ini sebaiknya harus mulai ditinggalkan oleh organisasi ekstra, apa saja genrenya. Sebab, anak milenial atau generasi milenial adalah generasi yang sedikit susah untuk dijadikan setiran ideologi, jangankan nyetir ideologinya, nyetir waktu untuk diri sendiri saja susah, maka jika ini terus terjadi siap siap saja organisasi ekstra mu hengkang dari peradaban.

3. Ketakutan Pada Tulisan

Masih banyak yang menggap tahun 2021 itu seperti tahun ketika Pramoedya hidup, di mana tulisan saat berbahaya dengan memberanguskan. Sehingga dengan mindset seperti itu, banyak yang bercita-cita menjadi seorang penulis kawakan yang tulisannya sekeren Mahbub Djunaidi, lalu orasinya se-lantang Bung Karno wusshh.

Tetapi yang wajib dipahami adalah kegiatan tulis menulis tidak sebercanda itu bro, banyak lika liku sakit yang mesti dilewati. Jika boleh di dramatisir, mendaki bukit, melintasi samudra, menyebrangi lautan, hingga berdarah-darah. Jadi alangkah lebih baik kalau yang ditanamkan pada kader-kader antum sekalian bukan bagaimana menjadi seorang penulis hebat, tapi bagaimana bisa menjadi kader yang adaptif sesuai dengan kebutuhan zaman.

4. Tidak Adaptif

Ini masih tindak lanjut dari yang nomor tiga, organisasi ekstra memang sudah mulai luntur ghirahnya. Mau tidak mau harus diakui, salah satu yang membuatnya luntur adalah kemungkinan output, atau jalan keluar para kadernya yang lebih ke arah politik praktis.

Begitu banggannya jika ada ucapan senior saya jadi ketua ini, senior saya jadi ketua itu, selalu saja tidak jauh dengan dunia politik. Padahalkan anak milenial generasi saat ini dibutuhkan pada semua bidang, bukan hanya satu bidang saja. Dengan ketidak adaptifan tersebut perlu kiranya pemaksaan terstruktur itu selesai dilakukan, sembari refleksi jangan lupa ngopi kan dulu.

Itulah beberapa alasan kurang masuk akal yang saya simpulkan dari pendapat sendiri. Benar atau salah, salah atau salah banget, itu tergantung penilaian pembaca. Silahkan saja jika tidak setuju dengan pendapat itu bisakok membuat tulisan tanding, sekaligus saya kasih saran ide yang bisa dituliskan: Beberapa Hal yang Mewajibkan Kamu Harus Ikut Organisasi Ekstra Kampus, cukup mantap bukan.