Anak muda memang ingin hidupnya tanpa tekanan, istilahnya merdeka, bebas tanpa hambatan. Maklum saja, semangat milenial biasanya selalu menggebu-nggebu, dan pengin mencoba hal yang baru yang mungkin belum pernah dirasakan. Pastinya membuat penasaran dan mencoba menjadi pusat perhatian, makanya anak muda merasa hidupnya merdeka. Hingga terkadang lupa kalau ada aturan, atau sengaja melawan peraturan agar terlihat keren. Padahal nggak ada kerennya ketika kita melanggar suatu peraturan yang ada, malah terlihat kurang begitu mengerti dan memahami atau bisa jadi kurangnya literasi.

Merdeka dalam Berpendapat

Pemuda, mereka menginginkan perjalanannya merdeka, tanpa adanya halangan yang menghambatnya dalam mencapai tujuan. Kemerdekaan kaum milenial terletak dalam beberapa hal. Yang pertama pastinya merdeka dalam berpendapat. Hal ini memang dijamin oleh Undang-Undang, namun terkadang anak muda sering berbeda pendapat, semisal beda pendapat dengan orang tua.

Terkadang kesal karena apa yang menjadi keinginan kita, ternyata bertentangan dengan kemauan orang tua. Apakah ini bisa dikatakan anak tidak merdeka? Tentu saja tidak. Karena orangtua pasti memiliki keinginan yang baik bagi anaknya, dan apabila kita mengalami perbedaan persepsi dengan orangtua. Maka baiknya kita dapat memberikan penjelasan dengan cara yang baik kepada mereka, serta menunjukan bahwa pilihan kita merupakan hal yang akan membawa kita kepada kebaikan.

Merdeka dalam Belajar

Yang kedua mungkin merdeka dalam belajar. Nah, ini nih! Pak Menteri Pendidikan beberapa waktu lalu mencanangkan program “Merdeka Belajar”, namun bisa jadi hal tersebut belum bisa sepenuhnya memberikan kemerdekaan dalam memperoleh pendidikan bagi milenial.

Memang sih, salah satunya menghapus Ujian Nasional (UN) yang biasanya menjadi momok yang menakutkan bagi pelajar. Namun sejatinya anak muda ingin belajar dengan santai dan akrab dengan passion yang ia miliki, serta adanya fasilitas memadai yang menyeluruh di berbagai wilayah tanah air. Memang sekarang sudah banyak pembangunan yang dibuat, namun masih banyak pekerjaan rumah bagi pemangku kebijakan. Seperti jaringan internet yang belum merata di Nusantara yang kini sudah menapaki usianya yang ke 75 tahun. Apalagi di era pandemi seperti sekarang dimana semua serba daring, maka jaringan internet seakan menjadi barisan kebutuhan pokok.

Lebih merdeka lagi ketika para kaum muda tidak terlalu terbebani dengan tugas-tugas yang menumpuk bak cucian di akhir pekan, sehingga psikologis milenial tidak tertekan dan masih dapat menikmati masa-masa bermain dengan teman sebayanya. Memang yang namanya pelajar pastinya akrab dengan yang namanya tugas, namun hal tersebut kadang membuat anak muda merasa kurang merdeka. Mereka ingin belajar dengan santai dan nyaman, mereka juga ingin menikmati masa mudanya dengan tidak memikirkan banyak beban, karena mungkin separuh keadaan hatinya sudah terbebani dengan perasaan jatuh hati terhadap teman sepermainan.

Merdeka dalam Bercinta

Ngomong-ngomong soal perasaan, anak milenial juga ingin merdeka dalam bercinta, dimana kaum generasi Z terkadang masih terjajah dengan perasaan yang tak terbalaskan. Maka merdeka dalam mencinta adalah poin ketiga yang pastinya menjadi permasalahan yang lumayan serius. Maklum anak usia belasan hingga bangku kuliah sedang sering-seringnya menaruh simpati terhadap seseorang yang menjadi tambatan hati.

Merdeka dalam bercinta adalah ketika perasaan suka dibalas dengan rasa yang sama, serta tidak ada orang ketiga yang menjadi penghalang. Oleh karena itu, anak muda butuh kemerdekaan dalam hal ini, karena tak jarang kita jumpai mereka yang rela meregang nyawa hanya karena cinta dibalas dengan dusta.

Nah! Dari ketiga poin diatas tersebut, anak milenial butuh merdeka. Merdeka dalam belajar sehingga yang namanya tugas tidak selalu dikejar-kejar. Merdeka dalam memilih passionnya, sesuai bakat dan minat dia. Serta merdeka dalam asmara, tidak selalu terjajah oleh perasaan yang tak tersampaikan.

Mungkin dari sekian banyak permasalahan remaja yang beranjak dewasa, tiga poin inilah yang sering kita jumpai atau bahkan kita alami sendiri. Maka dari itu, sebagai kaum milenial yang terpelajar, kita harus dapat menyikapi setiap permasalahan dengan cara terpelajar pula. Sehingga kita dapat membedakan mana yang baik dan yang tidak baik, serta mampu berpikir panjang agar tidak terjebak kedalam kesenangan yang justru membawa kita kepada kelamnya masa depan.

Kemerdekaan Kaum Milenial

Maka dari itu, di tahun ke 75 Kemerdekaan Indonesia, negara dimana kita minum air dari sumber mata airnya, kita berpijak di tanahnya yang kelak mungkin juga kita dikubur di dalam tanah Indonesia pula. Kita manfaatkan masa muda kita untuk lebih kreatif dan inovatif, juga dengan bekal keimanan serta ilmu dari kita belajar. Agar nantinya, kita menjadi pemuda-pemudi bangsa yang mampu berguna bagi sesama, yang merdeka pikirannya, serta memberi warna dan menjaga kemerdekaan bangsa sehingga Indonesia tetap menjadi bangsa yang merdeka.

Dirgahayu Indonesiaku! Indonesia Maju! Milenial Bermutu!

Penulis: Hendra Heri Wahyudi

Penyunting: Aunillah Ahmad