Kalian perlu tahu betapa peliknya ketika Covid-19 menyerang orang-orang terdekat kita.
Sudah lebih dari satu tahun kita hidup berdampingan dengan Covid-19. Namun tanda-tanda berakhirnya wabah ini belum nampak juga. Vaksinasi yang digadang-gadang jadi pintu keluar tercepat, hingga kini masih berjalan lambat. Presentase penerima vaksin di Indonesia baru 12 persen populasi hingga tulisan ini dibuat.
Selanjutnya, masalah simpang siur penerapan regulasi juga nampaknya masih jadi salah satu faktor penghambat. Mau perbaiki ekonomi dulu atau utamakan keselamatan rakyat? Ditambah lagi. kebiasaan baru seperi mengenakan masker saat bepergian, mencuci tangan dan menjaga jarak sudah menjadi bagian dari keseharian kita.
Masalah-masalah tersebut mendorong persoalan pandemi terasa makin pelik. Pembatasan aktivitas berskala besar pun diberlakukan lagi. Bahkan setelah itu kita mengalami pertambahan kasus covid-19 mencatatkan rekor tertinggi dengan 31.189 kasus baru terdeteksi di Indonesia mengalami pada 6 Juli 2021.
Tak heran, beberapa pekan terakhir, berita duka yang biasanya hanya kita lihat di layar kaca kini mulai terdengar lewat toa masjid terdekat. Mulai dari dalang kondang, musisi ternama, ustadz yang disegani masyarakat hingga kini tetangga samping kanan kiri kita satu persatu mulai terpapar virus covid-19. Covid-19 mulai menyerang orang-orang terdekat kita.
Eh, tapi bagaimana ya ketika Covid-19 menyerang orang tua yang kita kasihi atau kerabat terdekat yang kita sayangi ? Kali ini kami akan mencoba merangkum beberapa cerita mengenai mereka yang orang terdekatnya pernah atau sedang terpapar virus Covid-19.
Bagaimana perasaan nya saat tahu kalau ada kerabat terdekat yang terpapar Covid-19?
Ayu, Yogya (20) : Perasaan sedih, takut sedikit ada karena jadi sangat waspada, artinya jadi meniadakan kegiatan di sekitar rumah. Tapi tetap berusaha tenang, saling mendukung satu sama lain dan menjaga protokol kesehatan dimana pun berada.
Arby, Brebes (24) : Yang pasti khawatir, karena saat itu posisi saya jauh dari anggota keluarga yang lain, juga satu rumah positif. Lebih sedih lagi, banyak tetangga yang justru tidak membantu.
Han, Semarang (22) : Awalnya sedikit nggak percaya ayah saya yang memiliki mobilitas yang justru rendah malah kena covid, sedangkan saya kesana kemari masih sehat. Lebih ke prihatin ingin ayah lekas sembuh saat itu.
Lala, Solo (20) : Sangat sedih, apalagi beliau sempat punya penyakit bawaan, lihat di media kasus yang seperti itu rentan berpulang, saya sempat nggak kuat, nangis sejadi-jadinya, tapi setelah itu memilih tawakkal sama Allah.
Setelah adanya orang terdekat yang terpapar Covid-19, menurut Anda, seberapa berbahanya covid-19 ini?
Ayu : Covid itu berbahaya banget bagi orang yang imun, iman, dan mentalnya tidak siap. Tapi setiap orang punya harapan yang menentukan ia akan sembuh.
Arby : Bahaya tentu bahaya, yang tidak punya penyakit bawaan saja rasanya nggak enak. Sesak, mudah lelah, apalagi jika punya penyakit bawaan. Memang tingkat kematiannya rendah tapi jangan menyepelekan virus yang mudah bermutasi ini.
Han: Bagi saya covid ini bisa dikatakan cukup serius. Nggak usah terlalu spaneng tapi juga jangan sampai nglanggar prokes. Biar semuanya aman dan cepat selesai.
Lala : Nggak ngerti lagi kenapa masih banyak orang di luar sana yang mengabaikan covid-19 yang jelas jelas sudah merenggut nyawa banyak orang. Covid berbahaya, covid itu nyata.
Pesan untuk orang di luar sana yang sampai saat ini masih abai dengan covid-19?
Ayu: Yang namanya wabah itu pasti ada,kepercayaan membedakan kita itu karena tempat kita berbeda-beda, mungkin di daerahmu tidak terlalu terdampak sehingga tidak terlalu percaya adanya covid-19 jadi kamu santuy santuy tanpa prokes nongki nongki, tapi lihat sekelilingmu, kita lagi berjuang melawan berita kematian, mangkanya iktiar terus dong.
Arby :Semoga sedera sadar saja, sebelum keluarga terdekat kena dulu.
Han : Covid ini nggak akan kelar kalau bukan kerjasama dari kita seluruh masyarakat Indonesia, jadi ayo lah bahu membahu supaya pandemi segera berakhir.
Lala : Kalau kamu nggak peduli sama dirimu sendiri, kesehatanmu. Minimal kamu harus peduli saya rang-orang di rumah yang imunnya nggak sekuat kamu, yang kesehatannya nggak sebaik kamu. Sayangkan sama mereka? Jangan sampai kamu malah jadi penyebab mereka terpapar.
Nah, jadi buat teman-teman yang sampai hari ini masih diberi anugrah kesehatan yuk bersyukur dan mulai jaga orang-orang terdekat kita. Dan buat yang masih bandel sama prokes inget, jangan sampai keluarga terdekat terpapar dulu baru sadar ya!
Penulis : Clean Qurrota
Editor : Hiz
Foto : Pexels
Comments