Sepak bola adalah olahraga yang paling banyak dibicarakan sejagad. Paling banyak memiliki penggemar, perputaran uang yang menggiurkan, dan segenap drama serta cerita manusia.

Orang boleh bilang ini sekadar olahraga. Tapi bagi para pencintanya, sepak bola jadi ajang meneteskan air mata, meluapkan emosi, bahkan meregang nyawa.

Sepak bola bisa menjadi begitu emosional. Sebab jika ditelisik jauh ke belakang, hampir setiap pecintanya punya cerita di balik tim sepak bola kesukaan. Mengapa tim? Karena ini bisa berupa klub maupun negara.

Kadang, ada relasi emosional yang panjang antara seseorang dan sebuah tim sepak bola. Belakangan misalnya, ada fenomena menarik ketika sebagian orang Maluku begitu antusias menyambut gelaran Piala Eropa 2020. Padahal Indonesia jelas tak ambil bagian di dalamnya.

Jelas, mereka bukan mendukung Indonesia. Dukungan mereka diberikan pada Belanda yang punya relasi historis panjang dengan leluhur orang Indonesia timur. Relasi emosional antara orang Maluku dengan Belanda secara historis terbangun sejak era kolonial. Ini dibuktikan dengan banyaknya orang Maluku yang hijrah ke Belanda.

Puncaknya pada Piala Dunia 2010, ketika ada sejumlah nama keturunan Indonesia timur yang ambil bagian di kesuksesan Belanda melaju ke final. Giovani Van Bronckhorst, Nigel de Jong,  John Heitinga adalah beberapa di antaranya.

Antusiasme sebagian orang Maluku di Indonesia pun membuncah. Sejumlah media melaporkan bahwa berbagai pernak-pernik oranye laris terjual meski akhirnya Belanda tak berhasil merengkuh piala.

Jika orang Maluku punya kisah komunal yang melandasi dukungannya, saya juga punya alasan yang mungkin hanya personal di balik dukungan terhadap tim sepak bola kesukaan, Real Madrid.

Sedikit nostalgia, ini semua berawal dari sebuah jersey pemberian ayah saya. Sekitar tahun 2006/2007, jersey home Real Madrid dengan sponsor utama Siemens Ben-Q yang jelas bukan merchandise original ini diberikan pada saya.

Jersey dengan nama Beckham bernomor punggung 23 itu jadi landasan historis dukungan saya saat ini. Entah sudah berapa tidur malam yang terlewatkan disebabkan jersey itu hingga sekarang. Ya, tentu karena begadang menonton Real Madrid berlaga.

Namun yang jelas, laga final Liga Champions 2014 jadi malam paling berkesan dalam sejarah kecintaan saya pada Real Madrid. Pecinta sepak bola harus sepakat, bahwa itu adalah salah satu laga paling seru dekade ini.

Berkaca pada sejarah orang Maluku maupun pengalaman pribadi saya, pastinya banyak kisah menarik  dari orang lain yang bisa dibagikan. Baik itu alasan yang begitu personal maupun yang terjadi karena lingkungan. Yang jelas, semua kisah itu patut untuk dibagikan.

Menjadikan pembaca sekalian turut mengingat kembali apa yang menjadi titik awal mereka memutuskan cinta pada kesebelasan sepak bola. Berikut sebagian yang bisa Milenialis kumpulkan.

Irwansyah (22) Fans Real Madrid

Sejauh ia mengingat, kecintaannya pada Los Galacticos dimulai sejak tahun 2008. “Dulu saat SD dibelikan bapak Playstation 1 beserta satu kaset Winning Eleven. Kaset itu covernya pemain Real Madrid dan gatau kenapa setelah itu saya suka tim ini sampai sekarang,” ujarnya.

Andi Agung (22) Fans PSM Makassar

Laki-laki ini memang orang Sulawesi Selatan, tapi kecintaannya pada PSM tidak serta merta muncul begitu saja. “Awal mula ngefans PSM itu kelas 3 SD. Dulu orang tua langganan Koran Fajar dan di koran itu ada satu halaman khusus tentang PSM kalau habis match day zaman Indonesia Super League (ISL) dulu. Karena sering baca, lama-lama suka deh,” ujarnya.

Faza (22) Fans Manchester United (MU)

Sejak SD, perempuan ini sudah suka menonton dan bermain sepak bola. “Dulu bapak sering nonton bola, jadi aku ikutan dan tahu bola juga. Akhirnya aku suka MU, dulu pemain yang aku suka pertama Roney,” ungkapnya.

Dziki Hasani (21) Fans PS Sleman (PSS)

Laki-laki asal Bantul ini mengidolakan PSS Sleman sejak 2015. “Awalnya dulu dukung Persiba Bantul. Suatu hari saya diajak teman nonton PSS di stadion dan ngerasain atmosfer yang luar biasa. Akhirnya sejak saat itu suka sama segala hal tentang PSS,” ujarnya.

Jika menilik jauh ke belakang, hampir semua dari kita punya cerita di balik kesebelasan sepak bola yang kita suka. Barangkali dengan melihat artikel ini kamu bisa bernostalgia. Mengingat alasan serius, lucu, bahkan tak terduga tentang awal semua dukungan itu bermula.

Foto : Pexels

Penulis : Hammam

Editor : Clean Qurrota