Husein Ja’far Al Hadar atau yang biasa disapa dengan Habib Ja’far menekankan pentingnya memiliki visi bagi anak muda dalam acara Ulang Tahun IBTimes ke-5, pada Ahad (09/06/2024) di Aula Laboratorium IsDB FISHIPOL Universitas Negeri Yogyakarta.

“Anak muda harus visioner, sayangnya hal ini hilang bagi anak muda jaman sekarang, sehingga hidupnya dijalani saja dan mudah ke-trigger dengan lingkungan sekitarnya. Tidak pernah jelas visi hidupnya karena selalu ke sana kemari, terombang ambing,” ucapnya.

Perkataan itu berangkat dari suatu teori filsafat bernama teleologis yang menerangkan bahwa segala sesuatu itu memiliki tujuan tertentu. Dalam hal ini, Habib Ja’far menerangkan sesuatu itu dengan “visi”. 

Hilangnya Daya Kritis Anak Muda

Satu lagi yang hilang dalam diri anak muda di zaman sekarang menurut Habib Ja’far adalah critical thinking yang hilang sebagai dampak dari kehadiran media sosial di zaman sekarang.

“Dalam filsafat ada mazhab Frankfurt, yakni mazhab filsafat kecurigaan. Mereka selalu curiga dan kritis dengan sesuatu yang dianggap selesai oleh masyarakat. Hal ini yang dibutuhkan di era media sosial, untuk curiga terhadap sesuatu apapun bahkan yang solid dan apa yang membuatnya solid,” kata pria yang menyebut dirinya sendiri sebagai “Habib Industri” itu.

Menjadi Lebih Progresif

Lebih lanjut, pria yang baru meraih penghargaan “Young Hero Anak Muda Berpengaruh” dari Universitas Islam Negeri Jakarta ini menegaskan supaya anak muda hidup secara progresif.

“Hidup itu bertumbuh, maka sebenarnya ngga papa ketika salah di masa muda, habiskan jatah salah itu. Selain itu, idealisme juga menjadi harta karunnya anak muda, kata Tan Malaka, semakin anda tua semakin luas jaringan anda dan pasti anda akan dipaksa berkompromi. Maka ketika masih muda, menulislah ketika nanti kalian tidak bisa lagi karena harus berkompromi dengan segala keadaan ketika tua,” katanya. 

Dalam hal ini Habib Ja’far membawa teori filsafat kecemasan dari Martin Heidegger. Kecemasan yang konstruktif, menurutnya, akan mengantarkan kita pada pencarian terhadap pemaknaan kehidupan.

“Kecemasan yang positif dan konstruktif menjadi penting agar tidak kehilangan makna dalam hidup, begitu banyak orang yang memilih mengakhiri hidupnya karena tidak menemukan makna. Menulis adalah metode terbaik untuk menentukan makna itu. Menulis membuat kita mengenal diri kita, berdamai dengan diri kita,” pungkasnya.

Editor: Yud

Gambar: Dokumentasi Panitia