“Mau ke mana wahai kau anak muda?” Pernahkah kalian mendapat pertanyaan ini? Jika sudah pernah dan menjawabnya, maka kalian sudah lulus tahap satu untuk menuju sukses. Di samping itu, ada juga hal yang perlu dipertanyakan, yakni kuliah itu penitng atau yang penting kuliah?
Para tamatan SMA atau sarjana menjadi sasaran utama pernyataan ini oleh lingkungan di sekitarnya. Beberapa dari mereka menganggap lingkungan kejam padahal itulah dunia nyata yang sebenarnya harus dihadapi. Dunia bukan urusan teori yang cukup diselesaikan dengan rumus adalah. Sebaliknya, dunia tidak berumus dan lebih kejam dari apa yang disangkakan.
Fresh Graduate
Seorang lulusan yang masih fresh saat dihadapkan dengan kenyataan sering kali tidak siap secara mental. Teori yang disuguhkan pada pendidikan formal sering kali tidak mampu bersaing tatkala dibenturkan dengan persoalan masyarakat. Mengapa bisa demikian? Sebuah pemikiran membutuhkan aplikasi. Orang-orang Indonesia mulai menyadari kenapa titel saat ini tidaklah lebih penting dari apa yang kita sebut dengan keterampilan.
Pandangan tersebut berubah setelah terbukti banyak sarjana menganggur. Lulusan kedokteran pada akhirnya menjadi tukang becak. Sedangkan seorang tukang becak mampu menyekolahkan anaknya hingga lulus kedokteran. Malu, nggak? Harusnya malu. Pandangan tersebut semakin berkembang setelah paham betul bahwa mobilitas dapat diraih malalui aneka ragam cara.
Jika pada zaman dahulu orang mementingkan pendidikan agar dapat bekerja dengan gaji besar. Sekarang para lulusan sekolah tinggi yang berijazah A plus-plus, namun ber-skill receh tidak terpilih, karena hanya akan merugikan perusahaan. Maka, dengan pintarnya tentu saja perusahaan lebih memilih lulusan sekolah rendah, tetapi berkapasitas professor dalam urusan praktik. Keterampilan adalah apa yang sebenar-benarnya dibutuhkan oleh mereka. Maka dari itu, tidak usah kaget lagi bila seorang lulusan ilmu agama menjadi teknisi komputer. Skill is not about your score, sekali lagi skill is keterampilan.
Yang Penting Kuliah?
Lulusan dengan IPK tinggi mentok akan menjadi karyawan atau dosen. Sedangkan, lulusan dengan IPK di bawah tiga biasanya lebih banyak yang sukses. Sebenarya bukan karena, nilainya tetapi kembali lagi pada apa tujuan hidup dari orang tersebut.
Saya bisa mengatakan bahwa banyak anak muda sekarang memilih melajutkan kuliah hanya untuk mempertahankan gengsi di antara teman-temannya. Sementara anak dengan tujuan yang jelas mengetahui betul apa yang dia butuhkan sehingga kuliah atau tidak bergantung dengan apa yang akan dia capai untuk menata masa depan. Bahkan sering kali mereka tidak malu untuk memulai dari bawah. Contohnya saja banyak sekali bos-bos muda yang bermunculan saat ini. Mereka telah memutuskan bidang mereka dengan matang.
Tapi, jangan anggap kuliah tidak penting, ya. Kuliah sering kali dianggap hanya untuk meningkatkan pamor dan melulu belajar teori. Wah, ada yang perlu digarisbawahi di sini bahwa tidak semua mahasiswa dan perguruan tinggi demikian. Pada tahap ini perlu keselarasan antara pihak akademisi dan mahasiswa sehingga kesannya tidak hanya yang penting kuliah.
Mahasiswa harusnya bertindak kritis saat ada dosen yang tidak memenuhi jam pelajaran, menunda tugas ujian, atau sering tidak masuk. Sekalipun nilai yang diberikan oleh dosen nakal tersebut adalah A, seharusnya mahasiswa bersikap dewasa. Bukan sebaliknya, saat dosen memberikan tugas tambahan malah protes dengan alasan ini dan itu. Padahal tugas tambahan tersebut memberikan kita banyak jam terbang. Sudah tentu pula yang namanya pelajar, ya belajar.
Bila dosen pasif, maka jadilah mahasiswa yang lebih aktif. Dari sini kita menunjukkan bahwa kuliah itu memang benar-benar penting. Bisa dikatakan sangat rugi bagi mahasiswa yang hanya kuliah-pulang-kuliah-pulang (kupu-kupu) atau kuliah-rapat-kuliah-rapat (kura-kura).
Jelilah untuk hal yang tidak mencerdaskan, bukan hanya untuk hal yang mengenakkan. Buatlah dunia perkuliahan kalian sesibuk mungkin karena itulah kesempatan untuk bertumbuh. So, bagaimana dengan kalian? Kuliah itu penting atau yang penting kuliah. Tentukan sendiri pilihan hidup kalian, jangan membuat alasan karena dosen atau karena kampus yang kurang bagus.
Editor: Nirwansyah
Ilustrasi: PNG Image
Comments