Bagi mereka yang tergolong mahasiswa, pasti sudah tidak asing lagi dengan dua istilah ini yaitu kura-kura dan kupu-kupu. Selain nama dari sebuah binatang, ia juga sebuah kata yang memiliki makna untuk menggolongkan sikap seorang individu yang ada di kampus. Kura-kura merupakan kata yang memiliki kepanjangan yakni (kuliah kerja-kuliah kerja), ia adalah kategori mahasiswa yang aktif di organisasi yang ada di kampus, sering ikut berbagai rapat, event, dan kegiatan lainnya yang ada di organisasi kampus.
Sedangkan kupu-kupu memiliki kepanjangan yakni (kuliah pulang-kuliah pulang), ia adalah kategori mahasiswa yang belajar ke kampus, mengerjakan tugas, dan kembali pulang ke rumah atau kost untuk melanjutkan kegiatan mereka. Ya mereka bisa dikatakan tidak aktif untuk mengikuti organisasi yang ada di kampus, mereka adalah masyarakat sipil kampus yang biasa-biasa saja. Bukanlah aktivis, bukanlah organisator, atau istilah lainnya.
Dua istilah ini sering menjadi pro-kontra dan stigma yang melekat kepadanya. Ada yang menganggap menjadi mahasiswa kura-kura itu adalah suatu pilihan yang bagus. Seperti menambah pengalaman, menambah channel untuk dunia kerja, dan bisa menumbuhkan skill public speaking yang baik. Namun ada juga yang menganggap menjadi mahasiswa kura-kura tersebut tidak terlalu penting, terlalu menghabiskan waktu, banyak meninggalkan kewajiban kuliah, dan masih banyak stigma jelek lainnya.
Begitu pula sebaliknya dengan kupu-kupu, ia juga memiliki stigma seperti individu yang kuper, bodo amat, tidak mampu public speaking, dan lain sebagainya. Alih-alih berpatokan pada stigma yang banyak terlihat di lingkungan kampus. Semuanya adalah pilihan yang tepat, and I want to say it’s your choice.
Apapun yang kamu pilih untuk menjalani kehidupan di kampus sebagai mahasiswa, entah itu aktif di organisasi atau hanya aktif sebagai mahasiswa yang belajar untuk mendapatkan nilai akademik yang baik. Itu adalah pilihan masing-masing. Tidak ada yang salah dari dua pilihan tersebut, yang salah adalah ketika kamu selalu membandingkan hidup kamu dengan orang lain, yang membuat kamu menjadi manusia bermental lemah yang selalu minder dan tidak mampu individu yang produktif.
Menjadi mahasiswa yang aktif di organisasi atau mahasiswa kura-kura, bukan berarti individu yang menghabiskan waktunya pada hal-hal yang tidak penting dan tidak pula mereka meninggalkan kewajiban akademik sebagai mahasiswa. Begitu pula mahasiswa yang kupu-kupu mereka bukan berarti individu yang kuper, bodo amat, dan tidak pintar public speaking.
Mungkin ia terlihat di kampus saja seperti mahasiswa kupu-kupu, namun belum tentu ketika dia di luar kampus. Bisa jadi ia bekerja, aktif di kegiatan di luar, atau sering mengikuti lomba. Who knows? Satu perspektif dari apa yang kita lihat dan kita pikirkan terhadap seseorang, tidak bisa dijadikan sebuah tolak ukur untuk menilainya dan memberikan dia sebuah stigma A atau stigma B.
Sebuah saran dari saya untuk kamu mahasiswa tahun awal atau siswa kelas 3 SMA yang akan jadi MABA.
Pertama, Kalau Kamu Ingin Menjadi Mahasiswa Kura-Kura
Tetap ingat apa kewajiban kamu di awal sebagai mahasiswa, kamu tetap boleh untuk produktif di organisasi, buat event yang banyak, menjadi panitia, dan berkelana dari satu kampus ke kampus lain di Indonesia. Kamu mendapatkan banyak experience yang berharga ketimbang teman-teman kamu yang tidak aktif di organisasi atau tidak ikut sama sekali.
Namun kewajiban di awal untuk menuntaskan mata kuliah, mendapatkan nilai yang baik, dan memperoleh gelar sarjana adalah sebuah kewajiban awal dari orang tua dan kampus. Jangan sampai kamu berlarut-larut dalam romantisme organisasi. Jangan lama-lama menjadi investor kampus yang selalu bayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) tiap semester, cukup jadi investor saham Indofood, Unilever, atau BCA aja yaaa hehehehe.
Kedua, Kalau Kamu Ingin Menjadi Mahasiswa Kupu-Kupu
Kamu bukan manusia kuper, tidak pintar public speaking, atau manusia bodoh di dunia ini. Kamu tetap bisa menjadi manusia yang hebat dan berkarya, asalkan kamu tetap selalu produktif dan melakukan hal-hal yang tidak membuang waktu. Kalau kamu hanya pergi pulang kampus, tanpa adanya kegiatan, yang hanya belajar, dan itu hanya pas-pasan. Ya itu kamu orang yang sangat merugi, jadilah mahasiswa yang kelihatannya kupu-kupu di kampus, namun kamu memiliki skill dan value yang luar biasa.
Asah terus skill yang kamu punya, isi waktu kamu dengan hal-hal yang bermanfaat yang bukan hanya nongkrong dan menghabiskan uang saja. Saya perhatikan dan pernah coba juga untuk melamar magang di sebuah perusahaan industri kreatif. HRD dari perusahaan tersebut sangat memperhatikan skill yang saya miliki, untuk menilai apakah saya layak mendapatkan pekerjaan yang dilamar?
Sebagai penutup dari artikel ini, pesanku hanya satu. Kamu harus konsisten terhadap apa yang kamu pilih, jangan selalu minder, dan jangan selalu membandingkan hidup kamu dengan orang lain. Menjadikan mereka sebagai role model sah-sah saja untuk motivasi, tapi kalau sudah larut dalam sebuah keputusasaan itu menjadi hal yang tidak baik. Semua orang punya proses masing-masing. Jadi nikmati proses, tetap produktif, dan selalu berkarya. Sekian terimakasih.
Foto: Pexels
Editor: Saa
Comments