Hai, teman-teman kaum muda yang penuh semangat. Apakah kalian pernah mendengar tentang “Marshmallow Test“? Jika belum, tenang saja, kita akan eksplorasi bersama mengenai tes unik ini dan bagaimana hubungannya dengan kesabaran setipis tisu. Mari kita terbang ke dunia psikologi dan kisah menarik di baliknya.

“Marshmallow Test” adalah sebuah eksperimen psikologi klasik yang dilakukan oleh psikolog Walter Mischel pada tahun 1960-an. Eksperimen ini melibatkan sekelompok anak-anak kecil yang dipersilakan untuk memilih di antara dua pilihan. Pertama, mereka bisa langsung memakan satu permen marshmallow yang menggoda yang diletakkan di depan mereka. Atau jika mereka bisa menahan diri selama beberapa menit, mereka akan diberi hadiah dua permen marshmallow sebagai imbalannya.

Sebagai seorang anak kecil, bayangkan sekarang jika kamu berada dalam situasi tersebut. Adakah di antara kalian yang langsung menggigit permen manis itu dengan bersemangat?. Ataukah ada di antara kalian yang mencoba menahan diri agar mendapatkan dua permen sebagai hadiah lebih besar?.

Hasil Marshmallow Test

Ternyata, hasil dari “Marshmallow Test” sangat menarik. Beberapa anak memilih untuk memenuhi keinginan segera dengan memakan permen yang ada di hadapan mereka. Namun, ada juga anak-anak lain yang mampu menahan diri dan menunggu untuk mendapatkan hadiah yang lebih besar.

Yang membuat tes ini menarik adalah bahwa hasilnya tidak berhenti di sana. Psikolog melakukan pemantauan terhadap anak-anak yang diuji selama beberapa tahun ke depan. Dan apa yang mereka temukan sungguh mengejutkan. Anak-anak yang mampu menunda kepuasan dengan menunggu dua permen marshmallow ternyata cenderung lebih sukses dan bahagia di masa dewasa.

Kaitannya dengan kesabaran setipis tisu adalah bagaimana kita bisa memetik pelajaran berharga dari tes ini. Meskipun permen marshmallow hanyalah sesuatu yang sederhana, namun mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran dalam menghadapi segala situasi dalam hidup.

Kesabaran Bukan Hal yang Instan

Kesabaran setipis tisu memiliki hubungan erat dengan konsep “delayed gratification” atau “gratifikasi tertunda.” Artinya, kita mampu menunda atau mengurangi kepuasan sesaat demi imbalan yang lebih besar dan lebih berarti di masa depan.

Contohnya, ketika kita memiliki impian besar seperti mencapai prestasi akademik tertinggi, membangun karir yang sukses, atau menjalankan bisnis sendiri. Kita perlu bersabar dan bekerja keras menghadapi rintangan dan godaan yang mungkin menghampiri.

Namun, kesabaran bukanlah sesuatu yang bisa kita dapatkan dengan instan. Seperti tisu yang perlahan tumbuh menjadi kuat, kesabaran juga butuh waktu dan latihan untuk berkembang. Tidak jarang, kita terjebak dalam pola pikir segera mendapatkan hasil dan kepuasan. Seringkali kita tergesa-gesa dan frustasi saat impian tidak segera terwujud. Namun, itulah saatnya untuk mengingat “Marshmallow Test” dan kisah anak-anak yang bisa menahan diri. Kesabaran juga berkaitan dengan “locus of control” atau “lokus kendali.” Jika kita memiliki locus of control internal, berarti kita percaya bahwa kita memiliki kendali atas hidup dan pilihan kita. Dengan begitu, kita cenderung lebih sabar dan tekun dalam menghadapi tantangan.

Kunci Kesuksesan

Jadi, bagi para teman-teman yang tengah berjuang mencapai impian dan tujuan hidup, ingatlah bahwa kesabaran setipis tisu adalah kunci kesuksesanmu. Jangan mudah menyerah dan putus asa jika hasil tak segera datang. Setiap langkah yang kita ambil, sekecil apapun, akan membawa kita lebih dekat menuju impian kita.

Sebagai kaum muda penuh potensi, kita punya waktu untuk terus tumbuh dan belajar. Seperti tisu yang semakin kuat setiap harinya, kesabaran yang kita kembangkan akan membantu kita menghadapi segala rintangan dan akhirnya meraih apa yang kita impikan. Selamat menaklukkan tantangan, kawan-kawan.

Editor: Yud

Gambar: Google