Dewasa ini, jutaan umat manusia di berbagai penjuru dunia tidak terlepas dari interaksi digital, khususnya sosial media. Fenomena tersebut terjadi bukan karena tanpa alasan, namun perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut seseorang untuk terus beradaptasi.
Sikap yang seperti ini sangat penting untuk dilakukan guna mengikuti perkembangan dan tidak ketinggalan zaman. Selain itu, perkembangan dunia digital khususnya medsos berlangsung dinamik, sehingga mengharuskan umat manusia untuk terus menerus berinteraksi dan berkutat didalam dunia digital, tak terkecuali bulan Ramadan.
Setidaknya, ada tiga ragam respon seseorang terkait dengan penggunaan Sosial media di bulan Ramadan. Pertama. Semakin Aktif. Pada umumnya orang yang termasuk dalam golongan ini beranggapan bahwa Ramadan adalah momen yang tepat untuk menyebar kebaikan daripada bulan bulan lainnya.
Anggapan tersebutlah yang kemudian menumbuhkan semangat orang orang yang termasuk golongan pertama untuk lebih aktif bersosial media. Atau boleh jadi orang yang berada di golongan ini, adalah seorang pedagang online yang memiliki lapak di medsos. Mereka melihat realita bahwa pemasukannya meningkat drastis di bulan ramadan sehingga mengharuskan mereka berinteraksi lebih media sosial.
Kedua. Biasa saja.
Yaitu tidak ada perbedaan signifikat terkait penggunaan media sosial antara bulan Ramadan dan hari hari yang lain. biasanya golongan ini adalah seseorang yang orientasi bersosial medianya adalah pekerjaan kantor atau sejenisnya.
Ketiga. Semakin pasif.
Kelompok ini mengurangi penggunaan media sosial selama bulan Ramadan. Harapannya, dengan mengurangi penggunaan medsos, mereka dapat lebih fokus beribadah dibulan Ramadan. Lebih lengkapnya, kelompok ketiga ini akan penulis paparkan pada pembahasan selanjutnya.
Tulisan ini berangkat dari dua asumsi dasar penulis, Pertama. Bulan Ramadan yang diyakini sebagai bulan dengan nuansa keberkahan, waktu dimana tuhan melipatgandakan pahala seorang hamba, momen untuk berlomba lomba dalam kebaikan dan meningkatkan ketaqwaan. Kedua. Melakukan aktivitas berbasis sosial media, dinilai tidak banyak menuai manfaat dan justru dianggap hanya membuang buang waktu bagi pelakunya.
Detoks Media Sosial
Boleh jadi dua asumsi penulis berikut yang menjadikan Literasi Digital Kominfo (dalam kanal Youtubnya) menyelenggarakan acara Obral Obrol literasi Digital (OOTD) dengan mengangkat tema “Detoks Media Sosial” selama bulan suci Ramadan, perlukah?” Ini didasari anggapan penggunaan medsos dapat mengurangi keberkahan di bulan Ramadan sehingga perlu ada kehati-hatian didalamnya.
Detoks media sosial adalah suatu upaya seseorang untuk mengistirahatkan sejenak dirinya (baik fisik ataupun pikiran) dari dunia sosial media. Aktivitas ini biasanya dilakukan dengan membatasi penggunaannya melalui ketentuan tertentu. Sehingga bagi seseorang yang sedang melakukan Detoks media sosial, dapat mengganti aktivitas yang berbasis sosial media kepada aktivitas selain itu.
Medsos Mengurangi Keberkahan Ramadan
Sebagian kelompok dari umat manusia menjadikan Bulan Ramadan sebagai momen untuk melakukan Detoks Media Sosial. Hal ini dilakukan karena mereka meyakini bahwa penggunaan medsos dapat mengurangi keberkahan di bulan Ramadan. Sehingga kelompok ini meyakini bahwa Detoks Media Sosial di bulan Ramadan adalah suatu hal yang perlu dilakukan. Kelompok inilah yang termasuk kedalam kelompok yang ketiga.
Namun apabila fenomena Detoks Media Sosial di bulan Ramadan dibaca melalu perspektif hadis, maka boleh jadi aktivitas tersebut merupakan sesuatu yang perlu dilakukan atau boleh jadi malah tidak perlu dilakukan. Hal ini berkaca kepada salah satu Riwayat nabi sebagai berikut.
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
” Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang; jika dia meninggalkan hal hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan Malik)
Melihat hadis hadis diatas, jadi tolak ukur perlu atau tidak perlunya Detoks Media Sosial adalah tujuan dari pengaplikasian medsos bagi penggunanya ataupun orang lain. apabila pengaplikasian medsos berdampak baik bagi dirinya dan kemaslahatan bersama, maka penulis rasa perlunya Detoks Media Sosial tidak perlu dilakukan. Hal ini karena sama saja pengguna tersebut meninggalkan sebuah kebaikan.
Detoks Medsos dan Kebijaksanaan
Namun, apabila pengaplikasian medsos tidak berdampak baik bagi pelakunya dan justru malah berpotensi menimbulkan dosa. Maka Detoks Media Sosial, khususnya dibulan Ramadan sangat perlu untuk dilakukan. Alangkah baiknya waktu yang digunakan untuk bermedia sosial dialih fungsikan untuk melakukan amalan sunnah seperti membaca alquran, berangkat ke majlis ilmu, atau bahkan tidur pun dirasa lebih baik daripada melakukan hal yg berpotensi membuat berkurangnya pahala dan atau bertambahnya dosa.
Pada akhir tulisan ini, penulis berkesimpulan bahwa Detoks Media Sosial adalah sebuah sarana untuk melatih seseorang untuk bersikap bijak. Bulan Ramadan ini menjadi momen untuk melatih dan membentuk karakter baik tersebut. Adapun apabila berkaca kepada hadis, maka kriteria idealnya kebijakan seseorang menurut Rasulullah adalah tarkahu ma la ya’nihi, atau meninggalkan hal hal yang tidak bermanfaat baginya.
Editor: Assalimi
Gambar: Google
Comments