Pada pola kehidupan di dunia ini, memang ada beberapa hal yang terkadang membuat kita kebingungan untuk memilih idealis dan realita. Ada beberapa orang yang menganggap bahwa ada kebohongan yang boleh dilakukan oleh semua. Yakni, berbohong demi kebaikan atau dikenal dengan prosocial lies.

Perilaku berbohong ini sebenarnya sudah menjadi kajian yang banyak diteliti oleh peneliti dunia. Salah satunya, Prof. Maurice Schweitzer dari US yang meneliti tentang Prosocial lies: When deception breeds trust.

Tapi sebenarnya, apakah wajar atau tidak jika kita berbohong karena merasa tidak enak dengan orang lain? Atau apakah kita itu harus jujur walaupun itu menyakitkan? Pasti kita semua merasakan dan melakukan kebohongan itu demi tidak menyakitkan perasaan orang lain.

Alasan seseorang berbohong demi kebaikan

Berbohong memang bukanlah hal yang baik untuk dilakukan. Namun, kebanyakan orang yang berbohong demi kebaikan dengan tujuan supaya tidak melukai perasaan orang lain. Selain itu, tindakan dilakukan karena takut untuk memberitahu kebenaran supaya tidak mendatangkan lebih banyak kerugian dibanding manfaatnya.

Mungkin dari kebanyakan kita, dari kecil sudah diajarkan untuk selalu bersikap jujur dan dilarang berbohong. Tapi kalau menurut prof Maurice, kita di sekolah itu memang diajarkan cara atau metode dan kapan waktu yang tepat untuk berbohong. Misalnya, ketika mengobrol dengan orang lain untuk tidak jutek, kemudian ketika jalan dan melewati orang lain untuk selalu senyum walaupun keadaan diri sedang sedih. Hal tersebut berkaitan dengan namanya manners atau ethics, padahal itu bohong. 

Maka dari itu, kadang memang perlu untuk bohong seperti itu, jadi untuk berbohong di situasi dan keadaan yang tepat itu ternyata bisa menghasilkan banyak dampak positif buat orang lain. 

Prosocial lies itu sebenarnya bagus, tapi ada juga yang disebut sebagai selfish lie yaitu kebohongan untuk melindungi diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Ibarat kata gali lubang tutup lubang. Misal seperti ditagih hutang, dan dijawab nggak ada duit, padahal ada. Sampai akhirnya ketahuan dan itu menjadi hal yang parah sehingga buat orang marah karena sudah menipu. Itu yang disebut dengan selfish lie yang bohongnya itu bukan demi kemaslahatan orang lain.

Nah, ada empat  tempat yang dirangkum kapan kita bisa lakukan prosocial lies:

1. Berbohong demi menjaga perasaan orang lain

Kita berbohong itu ketika kita mau menjaga perasaan orang lain dan itu tidak berdampak negatif sama sekali pada orang itu baik itu short term atau long term. Buat sebagian orang dan di beberapa budaya juga,  misalnya Jepang ada istilah honne dan tatemae yang artinya di kehidupan seseorang itu ada dua sisi yaitu yang jujur banget dan yang memang sesuai dengan norma. Nah, jika memang di suatu konteks disuruh memberikan opini tapi opini itu berpotensi pertikaian dan lain sebagainya. Maka, berbohong dalam itu tidak apa-apa.

Dan coba cek juga bagaimana budaya di sekitar, orangnya kayak gimana, jika orangnya suka dijujurin maka kita tidak perlu untuk berbohong. Jadi semua itu tergantung bagaimana keadaannya.

2. Berbohong disaat memberikan kritik

Untuk beberapa orang, bisa jadi feedback itu lebih mudah diterima jika ada sedikit berbohong, dalam arti mengganti kata-katanya dengan yang lebih sopan. Ini merupakan divalidasi salah satu prof yang sudah dibahas. Ada juga penelitian lain yang bilang bahwa radical candor atau transparan dan jujur itu bagus. Jadi intinya, jika mau berbohong dilihat dulu keadaannya dan bagaimana orangnya.

3. Berbohong supaya acara tidak chaos

Jika ada dua agenda yang waktunya bersamaan. Misalnya, dua agendanya yaitu teman yang mau presentasi dan kerja kelompok, maka kita bisa lakukan prosocial lies dengan mendahulukan teman yang ingin presentasi karena hanya sebentar dibanding dengan kerja kelompok.

4. Berbohong karena tidak merasa kenal dekat

Nah, jika tidak dekat dengan orang, biasanya masih saling jaim belum mau saling terbuka. Di sini biasanya prosocial lies dilakukan. Dan ada keselarasan juga dari budaya Jepang tadi, bahwa yang jujur itu cenderung dikatakan kepada orang yang sudah dekat.

Itulah empat keadaan yang kita bisa menerapkan prosocial lies di dalam kehidupan sehari-hari. Tentu kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang berdampak baik buat diri sendiri dan orang lain. Dan yang paling terpenting, di luar empat hal tadi melakukan prosocial lies harus melihat situasi dan tempatnya agar tidak merugikan orang lain.

Editor: Ciqa

Gambar: pexels