Entah mengapa hal-hal yang begitu absurd ketika masa atau menjadi anak kecil dengan mudahnya diingat saat dewasa. Tentu kita berpikir mengapa kita bisa melakukan hal absurd itu, “Kok saya dulu bisa kayak gitu yah, konyol, mudah ditipu oleh orang dewasa.”

Ketika kecil dulu, Saya mudah sekali tertipu bualan, bukan hanya bualan orang dewasa tetapi juga bualan teman sebaya. Pernah suatu kali salah satu teman saya bercerita bahwa ayahnya adalah seorang pejuang kemerdekaan ketika tahun 2000 dikejar-kejar Belanda, tentu Saya percaya begitu pula teman yang lain.

Kemudian Saya menceritakan hal ini kepada ibu, tentu ibu saya tertawa terpingkal-pingkal “Kamu tuh mudah banget dibodohi, Indonesia itu merdeka tahun 1945.”  Di samping itu, Saya juga mudah percaya dengan hal-hal mistis kala itu, misalnya di desa saya waktu itu ada rumor terkait kemunculan Pocong Ireng yang suka menjilati sandal ataupun baju yang ditaruh di luar. Jika memakai sesuatu yang dijilati pocong tersebut, maka akan menjadi tumbal. Sehingga, para anak seusia kami tidak berani meletakan sandal di luar rumah ketika malam hari.

Anak Kecil

Adapu terkait anak-anak kecil, mereka memang mudah sekali dikerjain, ketika main sepak bola selalu di pong, ataupun saat main petak umpet selalu jadi. Ditambah lagi selalu menjadi anak buah, diperintah untuk membeli sesuatu, misalnya membeli minuman, makanan atau yang lainnya.

Saya ini bukan orang yang pendendam jadi, ketika dewasa Saya tidak melakukan hal yang sama kepada anak-anak kecil. Malahan anak-anak kecil di kampung saya begitu nge-fans kepada diri Saya. Hal ini mungkin dikarenakan Saya yang murah senyum, dan ramah. Selain itu, agaknya mereka segan kepada diri Saya, karena rumor yang beredar bahwasannya Saya ini mampu melihat makhluk tak kasat mata, dan mampu menebak siapa pacar anak kecil itu.

Hal ini bermula ketika salah seorang anak tak sengaja Saya tebak bahwa ia belum makan sejak pagi, ia pun begitu terkejut. Padahal Saya mengetahui hal tersebut karena wajahnya begitu pucat pasi. Bukan karena Saya mempunyai ilmu tersebut. Akibatnya, cerita tersebut menyebar dari satu mulut ke mulut yang lainnya.

Sehingga banyak dari anak-anak kecil ini yang bertanya apakah sudah makan atau belum, siapa pacarnya, dan anehnya Saya bisa menebak hal tersebut. Saya sih menganggap itu hanya sebuah kebetulan saja. Kemudian ada dari beberapa anak kecil ini yang meminta diberikan mantra untuk melihat hantu, dan saya memberikan mantra yang asal-asalan dan menyuruh mereka untuk datang ke tempat angker.

Sungguh berdebah, mereka melihat pocong. Sehingga mereka para anak kecil ini mengira Saya itu punya indra keenam. Dan mereka pun meminta untuk dibuka indra keenamnya, dan tentu saja Saya menolak hal tersebut. Saya beralasan jika dibuka indra keenamnya, jika tidak kuat, maka bisa menjadi gila. Dan mereka pun ketakutan.

**

Entah sampai kapan saya akan ngerjain anak-anak kecil tersebut. Padahal, Saya sudah menjelaskan kepada mereka bahwa Saya tidak punya kemampuan apa-apa. Akan tetapi, mereka tidak percaya, mereka menganggap bahwa saya ini hanya tawadhu saja. Memang sulit sekali untuk menyadarkan anak-anak kecil ini, Saya berharap ketika mereka besar, mereka bisa berubah, jangan sampai bercita-cita menjadi cenayang dan permal.

Editor: Nirwansyah

Gambar: YouTube