Uang logam memang kerap dipandang sebelah mata. Kadang kita suka malu-malu menggunakannya untuk bertransaksi sehari-hari. Uang logam malah lebih sering kita gunakan untuk sumbangan, parkir atau memberi para musisi jalanan. 

Ada banyak alasan logis yang membuat uang logam di pandang sebelah mata. Misalnya nominalnya yang kecil. Atau, nggak ringkas bila ditaruh di dalam dompet. 

Dalam tulisan kali ini saya mau menjadi “pengacara” bagi uang receh. Saya akan membeberkan beberapa alasan yang membuat kamu nggak perlu malu lagi menggunakannya untuk bertransaksi. Apa saja itu? simak sebagai berikut:

Sama-sama uang kok

Mari menormalisasi nggak perlu minta maaf ketika bertransaksi menggunakan uang logam. Kenapa harus begitu? sebab pasalnya kita nggak salah apa-apa saat bertransaksi menggunakannya. Jadi, nggak perlu minta maaf. Lha wong uang receh itu sama kok dengan uang kertas.

Bedanya hanya ada pada nominal saja. Kalau ada uang logam dengan nominal besar, kalian mesti bakal menjaga dan menyayanginya. Selayaknya uang kertas dengan nominal besar. Bukan memperlakukannya seenaknya dengan menaruhnya secara sembarangan.

Lebih tahan lama

Daya tahan uang logam itu tak perlu diragukan lagi. Mau diguyur air hujan, nggak sengaja tercuci atau kena panas bakal tetap tangguh. Bahkan bisa bertahan sampai puluhan tahun. Terbukti kadang kita masih memiliki atau menemukan uang receh pecahan Rp. 1.000 keluaran tahun 1993 dengan gambar pohon kelapa sawit. 

Hal itu sangat wajar. Mengingat bahan dasar dari uang logam itu sendiri. Setau saya, rata-rata uang logam yang beredar sekarang berbahan dasar alminium dan nikel. Dua jenis logam yang terkenal dengan daya tahannya.

Disukai penjaga toko ritel modern

Meski sering dianaktirikan, uang logam tetap ada yang suka. Bukan, bukan musisi jalanan yang suka. Mereka juga kalau bisa memilih, lebih suka dikasih uang kertas nominal besar daripada uang receh.

Yang suka uang logam adalah penjaga toko ritel modern. Macam Indomaret atau Alfamart. Sewaktu masih kuliah, saya pernah menjadi relawan penghimpun sumbangan bencana alam di jalan. Kala itu saya dan kawan-kawan dapat yang cukup banyak.

Supaya nggak repot menyalurkan uangnya, kami putuskan untuk menukarkannya. Saat itu kami tukarkan ke kasir Indomaret. Mereka cukup sumringah saat tau ada yang mau menukar uang logam dengan jumlah banyak. Karena bisa mereka gunakan untuk kembalian.

Daripada dikembalikan permen

Saya suka bingung sama orang yang dongkol saat kembaliannya berupa uang receh. Sebab, menurut saya, nggak ada yang salah dengan kembalian uang receh. Uangnya juga masih dibelanjakan lagi kok. Malahan ada juga orang yang beli motor pakai uang receh hasil menabung.

Boleh saja dongkol jika kembaliannya bukan berbentuk uang. Misalnya kembaliannya dalam bentuk permen. Pasalnya kita nggak bisa menggunakan permen tersebut untuk berberlanja lagi. Apalagi beli barang mewah kayak motor.

Nggak ada palsunya

Di luar perkara nominal, memegang uang logam jelas bikin kita lebih tenang ketimbang uang kertas. Selain daya tahannya lebih kuat, uang receh juga nggak ada palsunya. Kalian nggak pernahkan dengar uang receh dipalsukan toh?

Secanggih apa pun teknologi dalam uang kertas mesti bakal ada palsunya. Makanya Bank Indonesia tak bosan-bosan melakukan sosialisasi cara membedakan uang asli dan palsu. Terlebih saat mendekati lebaran, waktu di mana uang palsu banyak beredar.

Memudahkan transaksi nominal kecil

Sekali pun uang logam sering dipandang sebelah mata, dalam beberapa momen kita membutuhkannya. Contohnya saat membeli sebuah minuman gelas harga seribuan. Andai di dalam dompet kita cuma ada uang kertas nominal Rp. 100.000, yang punya warung pasti agak kelimpungan mencari kembaliannya. Tak jarang juga kita disuruh mencari uang kecil terlebih dahulu atau membayarnya di lain waktu.

Penyelamat di tanggal tua

Uang logam itu sering jadi “juru selamat” saya di tanggal tua. Bagaimana tidak? kala masih kuliah, saat kondisi sedang kere-kerenya menunggu transferan orang tua, saya mencari uang receh di kantong celana, lemari sampai tas. Uang logam yang berhasil terkumpul dimanfaatkan untuk membeli mie instan. Guna mengganjal rasa lapar yang sudah tak tertahankan.

Begitu sekiranya beragam alasan yang membuat kamu nggak perlu malu lagi menggunakan uang receh sebagai alat transaksi. Yang harusnya malu itu bukan orang yang bertransaksi menggunakan uang logam. Melainkan orang yang memberikan kembalian berupa permen atau semacamnya yang bukan alat transaksi resmi.

Editor: Assalimi

Gambar: Pixels