Feminine Energy adalah suatu ciri khas dari diri seorang wanita dan sebuah sifat dan perilaku mendasar yang dimilikinya. Menurut seorang Ahli Psikologis Twelvi Febrina, membangun sikap dan perilaku Feminine Energy adalah suatu keharusan bagi setiap wanita. Kehadiran energi ini dipercaya sebagai bentuk “menghargai diri sendiri” atau Self Respect.

Namun, tak sedikit wanita di era modern seperti sekarang kehilangan Feminine Energy-nya dan lebih dominan memiliki Masculine Energy. Masculine Energy sendiri lebih sering muncul dalam diri seorang lelaki, seperti bersifat jantan, kuat, tangguh, dan lain sebagainya.

Kebanyakan dari wanita di era ini beranggapan, bahwa memiliki Masculine Energy yang dominan adalah sebuah bentuk pertahanan diri agar bisa survive di dalam kehidupannya. 

Kebutuhan akan Sosok Ayah

Menurut Psychology Life Coach Twelvi Febrina dalam unggahan videonya di akun media sosial Tiktok @twelvifebrina, seorang wanita yang dominan memiliki Masculine Energy dapat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu penyebabnya saat seorang wanita ini kecil bertumbuh dewasa adalah ia kehilangan sosok laki-laki yang bisa mengajarkan bagaimana seharusnya seorang perempuan itu dicintai, dilindungi, dan dihargai dengan penuh kelembutan dan kasih sayang yang pada umumnya harus mereka dapatkan.

Sebut saja figur seorang Ayah, sosok lelaki yang pertama kali hadir dalam hidup seorang anak perempuan. Saat mereka seharusnya mendapatkan figur Ayah dalam hidupnya, tetapi ia melewatkannya entah, disebabkan oleh kematian, diacuhkan, tidak dianggap, atau bahkan ditinggalkan karena alasan tertentu. Kehilangan akan sosok ayah yang kemudian menyebabkan anak perempuan ini akan tumbuh dengan Masculine Energy yang menyelimutinya. 

Ketika seorang anak perempuan tumbuh tanpa sosok laki-laki seperti Ayah di hidupnya, mereka secara tidak langsung dituntut menjadi mandiri, bermental baja, kuat, agresif, ambisius, dominan, dan harus bisa menguatkan dirinya dari segala keadaan. 

Dampak dari Masculine Energy

Memiliki Masculine Energy yang lebih dominan dibanding Feminine Energy, tentunya memiliki dampak yang positif dan negatif bagi seorang wanita. Salah satu dampak positifnya ialah seorang wanita menjadi hebat, mandiri, dan bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri. 

Tidak terkecuali dampak negatif yang bisa timbul dari hal ini adalah kesulitan switch atau berpindah ke Feminine Energy, terutama dalam hubungan asmaranya. Bukan untuk mendiskriminasi lelaki, sikap Masculine Energy hadir karena wanita tersebut terbiasa mandiri, dominan, dan terbiasa untuk melindungi dirinya, tanpa ada maksud menyabotase hubungan atau mengalahkan lelakinya. 

Jika seorang wanita sudah melekat dengan sifat maskulinnya dan tidak mencoba untuk menurunkan energi tersebut, dalam sebuah hubungan asmara jika ia bertemu dengan lelaki yang tidak tepat, akan sangat memungkinkan bahwa dirinya tidak akan dihargai oleh pasangannya dan akan dianggap semena-mena dan bahkan akan diperlakukan seenaknya. 

Seorang perempuan pasti memiliki keinginan untuk menjadi wanita seutuhnya, wanita yang pada dasarnya memiliki sifat lembut, hangat, sensitif, dan menerima. Dikutip dari unggahan video di akun media sosial Tiktok @twelvifebrina, seorang Psychology Life Coach, untuk mendapatkan kembali Feminine Energy yang dominan, seorang wanita harus bisa menekan egonya terhadap dirinya sendiri dan belajar menerima atas apa yang hadir ke dalam hidupnya. Dengan mengaktifkan kembali Feminine Energy seorang wanita memberikan kesempatan bagi dirinya untuk dicintai, disayangi, dilindungi, dikasihi, dan dihargai dengan sepenuhnya oleh pasangannya dan orang sekitarnya.

Dan bagian terpenting dari menerima adalah memberinya rasa percaya. Percaya kepada pasangan bahwa dia bisa step up dan bisa menjadi laki-laki di dalam hubungan. Dan percaya bahwa dia bisa melindungi, mengasihi, mencintai, dan menghargai dirimu selayaknya. 

Editor: Yud

Gambar: Freepik