Buku berjudul “Pak AR Sang Penyejuk” karangan Syaefudin Simon merupakan buku inspiratif yang mengemas cerita secara epik dan menarik. Buku ini menceritakan bagaimana kehidupan seorang KH Abdur Rozaq Fachruddin, sosok talang ora teles. Beliau merupakan tokoh terkemuka di Muhammadiyah, yang sering disapa Pak AR, dengan segala kesederhanaan, kelucuan, keberanian, kewara’an yang dimilikinya.
Syaefudin Simon sebagai seseorang yang berlatar belakang NU, sangat hebat dalam menyajikan kisah tokoh Muhammadiyah dengan begitu mendalam. Buku ini pun menjadi bukti bahwa tidak ada yang lebih bagus antara NU dan Muhammadiyah, yang ada keduanya adalah agama Islam yang benar, yang sama-sama percaya bahwa Allah itu Esa dan Muhammad SAW utusan Allah.
Sosok yang Ikhlas dan Amanah
Buku ini menceritakan bahwa Pak AR merupakan orang yang amanah, bertutur kata lembut dan sopan, sehingga menjadi kepercayaan para petinggi, pengusaha, bahkan pejabat sekelas Presiden Indonesia pada masa itu, Pak Soeharto. Pak AR merupakan sosok yang selalu ikhlas dalam setiap apa yang dilakukannya. Saking ikhlas dan amanahnya beliau tidak mau jika diberi amplop setelah selesai memberi pengajian, selalu ia tolak. Jikapun diterima, langsung disalurkan kepada Muhammadiyah dan orang yang lebih membutuhkan lainnya, tampa dibuka amplop itu. Beliau merasa takut jika beliau akan keblinger karena melihat amplop itu, takut keikhlasannya dalam berdakwah ternodai hanya karena materi.
Sosok yang Rendah Hati dan Bijaksana
Pak AR hidup dalam kesederhanaan. Rumah beliau sangat sederhana, tidak ada barang mewah bahkan tidak ada TV. Setiap berpergian-pun beliau menggunakan sepeda motor Yamaha 70 CC tahun 70-an, pemberian dari seorang pengusaha batik Prawiro Yuwono. Dengan kesederhaan itu, beliau menolak berbagai tawaran dari Pak Soeharto untuk menjadi menteri, menolak mobil pemberian orang, dan selalu tidak ingin memberi kesulitan bagi siapapun yang berurusan dengannya. Bahkan beliau tidak mau dijenguk saat sakit, karena tidak mau merepotkan orang yang akan menjenguknya.
Pak AR memiliki semangat dakwah yang tinggi. Beliau lebih memilih mengisi pengajian di pinggiran Kali Code daripada menghadiri undangan pengajian DPR. Beliau bahkan mau mengisi pengajian di Pasar Kembang yang jamaahnya para pelacur. Pak AR percaya selagi manusia memiliki hati nurani dan jika Allah berkehendak, hidayah akan sampai pada siapapun, pelacur sekalipun.
Dalam buku ini, Pak AR dikenal sebagai orang sakti bahkan waliullah. Banyak orang yang meminta kesembuhan lewat beliau dan Pak AR selalu menekankan bahwa semua hanyalah Allah yang berkehendak. Pak AR orang yang bijaksana. Beliau seringkali dimintai pertimbangan dan pendapat oleh beberapa orang. Pernah beliau didatangi oleh nelayan yang khawatir akan sholatnya saat berlayar, hingga datang seorang perempuan non-muslim cina yang menginginkan jenazah ayahnya disholatkan.
Sosok yang Penyayang
Pak AR seorang pecinta binatang. Beliau bergabung dalam Hizbul Wathan (HW) suatu organisasi kepanduan di Muhammadiyah yang mengajarkan kasih sayang terhadap alam dan binatang. Pernah suatu ketika beliau dan 15 temannya bermalam di hutan. Datanglah mbah loreng yang semakin mendekati perkemahan mereka. Apa yang mereka lakukan? Mereka tidak membunuh mbak loreng itu, hanya mengusirnya dengan sorotan senter dan suara bising yang mereka buat beralatkan piring, wajan, dan alat seadanya yang mereka bawa. Hal itu mereka lakukan karena mereka sangat menjunjung tinggi kasih sayang terhadap sesama makhluk, bahkan hewan sekalipun.
Pak AR adalah pribadi yang berani. Beliau berani menuliskan surat untuk Paus, pemuka agama Katholik di dunia, agar jangan melakukan kristenisasi dengan memanfaatkan keadaan masyarakat Indonesia yang memang sedang krisis ekonomi.
Dibalik sosok Pak AR yang hebat ada perempuan yang turut andil dalam kehebatannya. Sebut saja Ibu Siti Qomariyah, istri Pak AR, seorang perempuan sederhana yang ikhlas dan ridho mendukung suaminya berdakwah, memperjuangkan islam, memperjuangkan Muhammadiyah. Bersama Ibu Qom, Pak AR membangun rumah di Surga yang indah. Karena mereka bersatu karena cinta kepada Allah dan cinta itu tumbuh karena dipelihara dengan pupuk iman dan disiram dengan firman Allah.
Pak AR : Talang Ora Teles
Dengan semua sifat dan perilaku Pak AR, sangat patut untuk ditiru dan diteladani dalam menjalankan kehidupan. Keserhanaan akan menyelamatkan manusia dari sifat hedonisme. Sifat ikhlas karena Allah, akan mengantarkan manusia pada kesucian hati dan kesempurnaan cinta kepada Allah. Cinta yang abadi dan hakiki. Bahkan hingga akhir hayatnya Pak AR tetap dalam keadaan sederhana dan insyaallah khusnul khotimah. Pak AR di sebut Talang ora teles, karena menjadi seorang penyalur rezeki, tetapi tidak kebagian sedikitpun rezeki yang disalurkan.
Kelebihan Buku
Buku berjudul “Pak AR Sang Penyejuk” merupakan buku inspiratif yang menarik dan cocok untuk dibaca oleh semua kalangan, baik dari anak-anak hingga para orang tua. Buku ini banyak mengandung pesan moral yang begitu banyak dan sarat makna. Setiap kata dan kalimat yang ditulis pasti mengandung pesan moral yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Inti-inti yang terkandung dalam setiap lembarnya membuat pembaca ingin terus membalik halaman tiap halaman.
Penulis menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti. Alur ceritanya luwes dan enak, tidak membuat pembaca bingung. Penyajian ceritanya menarik, terdapat variasi pantun, puisi dan cerita naratif, sehingga tidak terkesan monoton dan pembaca tidak bosan dibuatnya.
Kekurangan Buku
Penggunaan kosakata daerah yang tidak ada terjemahnya akan menjadi sebuah kelemahan apabila buku ini dibaca oleh mereka yang tidak mengerti akan arti kata tersebut. Selain itu terdapat beberapa cerita yang diceritakan secara berulang-ulang sehingga terkesan mengulang kisah dan sedikit mengurangi kuantitas bobot isi buku. Buku yang bagus tetapi memiliki cover yang kurang menarik.
Judul Buku : Pak AR Sang Penyejuk
Penulis : Syaefudin Simon
Penerbit : Global Express Media
Tahun Terbit : 2018
Jumlah Halaman : xxvi + 288 hal
Ukuran : 13,4 × 19,7 cm
ISBN : 978-602-96973-5-3
Comments