Membaca buku adalah jendela dunia. Itulah peribahasa legendaris dari dulu sampai. Membaca memberikan banyak manfaat. Kita bisa mengambil berbagai pesan moral yang terkadung di dalamnya.

Misalnya saja seperti buku cerita novel, dari awal cerita sampai akhir cerita banyak sekali pesan moral yang disampaikan oleh penulis. Tidak hanya sekadar buku cerita novel, pesan moral sangat mudah didapatkan apabila kalian membaca buku-buku dengan genre self-improvement.

Buku-buku dengan genre self-improvement adalah jenis buku yang berisi tentang pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pelajaran hidup.

Belum lama ini terdapat buku ber-genre self improvement yang sangat terkenal dan laris di pasaran. Buku tersebut berjudul “The Subtle Art Of Not Giving a Fuck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life” yang ditulis oleh penulis blogger ternama asal Amerika Serikat bernama Mark Manson.

Mark Manson adalah seorang penulis dan blogger swadaya Amerika Serikat. Mark Manson telah menulis tiga buku, dua di antaranya yaitu The Subtle Art Of Not Giving a Fuck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life dan Everything is Fucked: A Book About Hope.

Kedua buku tersebut menjadi buku terlaris The New York Times. Buku-bukunya telah terjual lebih dari 13 juta eksemplar.

Buku The Subtle Art Of Not Giving a Fuck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life menjadi buku pertama yang ditulis oleh Mark Manson. Buku The Subtle Art Of Not Giving a Fuck: A Counterintuitive Approach to Living a Good Life masuk ke dalam berbagai versi buku terlaris, seperti Barnes & Noble, American Booksellers Association, dan The Straits Best Sellers.

Buku ini telah terjual lebih dari 6 juta eksemplar dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa (lebih dari 20 bahasa) termasuk bahasa Indonesia. Dalam versi bahasa Indonesia dikenal dengan judul “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat: Pendekatan yang Waras Demi Menjalani Hidup yang Lebih Baik”.

Dalam buku bukunya, Mark Manson mengajak pembaca untuk berpikir out of the box dan mengubah sudut pandang dalam mengkritisi suatu hal serta memperhatikan nilai-nilai kecil kehidupan yang terabaikan. Berikut adalah beberapa pesan moral yang sangat relevan dengan kehidupan dari buku Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat.

Kebahagiaan Berasal dari Memecahkan Masalah

Masalah merupakan konstanta dalam kehidupan. Masalah tidak akan pernah putus, mereka hanya datang diwaktu yang berbeda dan semakin meningkat. Dalam bukunya Mark Manson menuliskan bahwa kebahagiaan datang dari keberhasilan untuk memecahkan masalah. Kata kuncinya terletak pada kata “memecahkan”.

Apabila kalian berusaha mengindari masalah atau seakan-akan tidak memiliki masalah, maka bersiaplah untuk sengsara. Untuk menjadi bahagia, menurut Mark Manson harus ada sesuatu yang dipecahkan karena kebagaiaan merupakan sebuah proses yang konstan begitu juga dengan memecahkan masalah.

Membuat solusi terhadap masalah sama halnya dengan membangun fondasi untuk mengatasi masalah esok hari dan seterusnya. Sebagai contoh, misalnya seseorang ingin menjadi mahasiswa di Harvard University. Tidak mungkin seseorang tersebut hanya bersantai-santai.

Tentunya ia harus siap dengan masalah yang akan dihadapinya demi mencapai mimpinya itu. Misalnya, harus siap belajar dengan giat sehingga melewatkan waktu untuk bermain bersama teman-temanya.

Kunci Untuk Hidup Lebih Baik Adalah Tidak Memperdulikan Sesuatu Secara Berlebihan

Menurut Mark Manson manusia hanya hidup sekali saja. Jadi, buatlah prioritas dalam kehidupan. Berhentilah memperdulikan sesuatu secara berlebihan. Alihkan rasa peduli itu kepada prioritas kehidupan yang telah dibuat.

Memberi rasa perduli yang berlebihan tidak baik untuk kesehatan mental seseorang. Misalnya memperdulikan omongan tetangga yang terlalu mengkritik diri kita. Apabila kita memberi umpan balik secara berlebihan dengan memikirkannya maka membuat kita menjadi insecure. Lebih baik abaikan saja omongan tetangga dan fokus terhadap apa yang menjadi prioritas hidup.

Hukum Kebalikan

Seorang filsuf bernama Alan Watts dalam buku Mark Manson menyebutkan semakin kuat Anda berusaha menjadi lebih baik, maka Anda akan semakin merasa tidak puas, karena mengejar sesuatu hanya akan meneguhkan fakta bahwa pertama-tama Anda tidak baik

. Pernyataan tersebut disebut dengan hukum kebalikan. Pernyataan tersebut kemudian dijabarkan kembali oleh Mark Manson bahwa hasrat untuk mengejar semakin banyak pengalaman positif sesungguhnya adalah pengalaman negatif. Seperti halnya seseorang yang ingin menjadi kaya raya akan selalu merasa dirinya seperti orang miskin dan tidak berharga.

Sebaliknya, secara paradoksal, penerimaan seseorang terhadap pengalaman negatif justru merupakan sebuah pengalaman positif. Misalnya, seseorang harus merasakan sulitnya perjuangan melewati rasa takut dan cemas.

Peristiwa itu pasti menjadi pengalaman negatif terhadap si penderita tetapi akan memberi pengalaman positif yaitu mampu membangun rasa percaya diri dan keberanian. Intinya adalah mengambil pelajaran dari pengalaman negatif untuk dijadikan pengalaman positif.

Aksi-Inspirasi-Motivasi

Kebanyakan orang memiliki pola pikir bahwa suatu tindakan yang kita lakukan berawal dari insprirasi. Inspirasi merangsang otak secara emosional sehinga timbul motivasi untuk melakukan suatu tindakan. Menurut Mark Manson pola pikir tersebut adalah pola pikir yang keliru dan tidak efektif karena hanya bersifat temporal saja.

Pola pikir yang diawali dengan suatu tindakan yaitu aksi mampu menciptakan reaksi dan inspirasi emosional yang lebih besar dan bersifat berkelanjutan atau berulang. Jadi, apabila Anda ingin mencari motivasi bisa dimulai dengan melakukan sesuatu (apapun itu).

Kuncinya terletak pada “lakukan sesuatu” serta abaikan kegagalan yang terjadi. Lakukan sesuatu secara konsisten maka Anda akan menemukan suatu titik dimana Anda akan merasa terinspirasi dan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuan.

Bertanggung Jawab Terhadap Masalah Orang Lain

Pernyataan tersebut pasti terdengar aneh dan tidak penting. Namun, hal itu memang terjadi dalam kehidupan hanya saja kita tidak mengamatinya. Inilah yang biasa kita sebut dengan empati. Rasa empati mampu membuat citra seseorang menjadi baik dan meningkatkan kualitas sosial.

Dalam buku Mark Manson menjelaskan bahwa kita tidak hanya bertanggung jawab terhadap masalah diri sendiri tetapi juga masalah orang lain. Bahkan, itu bisa dianggap sebagai suatu kewajiban yang memang harus dijalankan.

Misalnya tetangga kita sedang mengalami musibah kebakaran rumah. Tentu hal tersebut sebuah masalah bagi tetangga Anda tetapi itu bukan suatu masalah bagi Anda. Namun, sekali lagi karena manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki perasaan maka secara sadar Anda ikut merasakan terhadap masalah yang menimpa tetangga Anda. Oleh karena itu, Anda memberikan bantuan berupa fisik maupun psikologi.

Editor: Ciqa

Gambar: Google.com