Tentunya tidak asing lagi didengar dengan sebutan atas nama santri. Siapakah santri itu?  Menurut Gus Mus, santri merupakan murid kyai yang terdidik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat mencintai tanah airnya, menghargai tradisi budayanya, dan yang menghargai guru serta orang tuanya. Seorang santri itu kelompok orang yang menyayangi kepada sesama, yang mencintai ilmu dan tiada henti belajar, dan yang menganggap agama sebagai anugerah dan hasil wasilah mendapat ridha tuhannya.

Adapun kemandirian, bagi seorang santri merupakan kesanggupan untuk berdiri sendiri dengan keberanian dan tanggungjawab atas segala tingkah laku dalam melaksanakan kewajiban guna memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga, kemandirian ini, baginya dipandang sebagai doktrin terbesar dalam merubah kehidupan.

Pemaknaan kemandirian yang dijiwai santri pada umumnya diaktualisasikan dalam memasak sendiri, mencuci baju sendiri, disiplin waktu, mengikuti tata tertib, mengusai bahasa Arab, bahkan bisa berdampingan dengan teman sepondok, dsb. Bukan hanya itu, bahkan manfaat yang kandung didalamnya, sebagai jiwa kemandirian santri, merupakan potensi bagi pesantren dalam meningkatkan stabilitas ekonomi pun, sedikit demi sedikit mulai terjaga sedemikian rupa.

Di samping itu, kemandirian santri juga merupakan sebuah tolak ukur pendewasaan dan persiapan menghadapi kehidupan yang semakin kompleks. Sehingga, nilai kemandirian yang direpresentasikan oleh pondok pesantren menjadi praksis pendidikan yang penting sebagai refleksi atas pencapaian tujuan pendidikan yang mulai berkembang sedemikian maju.

Hal ini menjadi sebuah dasar bahwa nilai kemandirian santri menjadi sakral dalam meraih hidup yang sejahtera. Sebagaimana yang diketahui, nilai ini sama sekali tidak bertentangan dengan nilai kolektivitas, bahkan sebaliknya justru menjadi bagian dari nilai tersebut. Karena, santri pada umumnya menghadapi nasib dan kesukaran yang sama, maka sebagai konsekuensi setiap individu adalah berani bertanggungjawab atas semua yang diperbuat.

Maka dari itu, hal yang perlu dilatih setiap santri supaya memiliki jiwa kemandirian, terdapat empat tips yang harus dimiliki, yaitu:

Pertama, Iso Sabar

Sabar yang dimaksud ini, merupakan sabar dalam menunntut ilmu, juga sabar dalam menjalani aktivitas yang dihadapi kesehariannya seperti halnya sabar dalam bergaul, menahan rasa lapar, kurang harta, jauh dari keluarga, bahkan hingga sampai menghadapi seluruh kesulitan yang ada.

Kedua, Iso Ngalah

Berani mengalah berbeda dengan kalah. Santri yang memiliki jiwa suka mengalah biasanya selalu menjaga perasaan orang lain agar tidak tersinggung. Pribadi yang baik tidak malu untuk berani mengalah. Bagi yang sangat peduli dengan gengsi, sikap berani mengalah tentu sangat berat untuk dilakukan. Hal ini cenderung berani garang, meskipun garing. Justru, orang yang berani mengalah akan sangat dihormati di sekelilingnya.

Ketiga, Iso Nriman

Bersikap menerima segala sesuatu yang dimilki apa pun itu, sebenarnya mereka senantiiasa merasa cukup atas miliknya sendiri. Bentuk ketetapan yang dibentuk atas dirinya sendiri, salah satunya adalah menganggap apa yang mereka dapatkan atas jerih payahnya sendiri, sehingga rasa nyaman, damai, dan tentram dalam hatinya timbul dengan sendirinya.

Keempat, Iso Loman

Dalam menghadapi kehidupan di pesantren, setiap santri yang ada selalu dihadapkan dengan teman-temannya, harusnya sifat kikir ataupun pelit wajib dihilangkan. Karena, kenyataannya pesantern manapun itu, antara santri satu dengan yang lain akan saling membenci jikalau diantara mereka ada yang pelit. Maka, bilamana memilki jajan, berilah teman disekitarmu jangan disembunyikan di almari hingga berbulan-bulan, atau apabila melihat mereka yang tidak punya uang, berilah uang atau pinjami, dan sebagainya.

Editor: Ciqa

Gambar : Google.com