Menurut beberapa video yang saya tonton, Tanboy Kun merupakan youtuber dengan tema kuliner yang memiliki jumlah subscriber terbanyak di Indonesia. Pria bernama asli Bara ini terkenal dengan konten mukbang (Mokbang dalam bahasa Korea), atau konten audiovisual yang pemandunya memakan makanan dalam jumlah yang segeda gaban. Telah membuat nama pria satu ini lumayan tersohor. Ada sebuah konten di salurannya ia sebut dengan nama ‘prank penjual’.

Konten Prank Tanboy

Buat anda yang belum tahu, konten ini adalah ketika Tanboy Kun mendatangi beberapa usaha makanan masyarakat, baik itu yang sifatnya kaki lima maupun warung. Sejauh ini, warung yang sudah diserang makanannya oleh Tanboy ada warmindo, warteg, hingga penjual mie ayam keliling.

Ketika membaca kolom komennya, tidak sedikit yang mendukung konten milik Tanboy ini. Ada juga beberapa yang memuji bahwa Tanboy secara nggak langsung turut membantu para pelaku usaha makanan. Yang menarik perhatian saya, ada sebuah komen yang berbunyi begini, ‘’Ini nih konten prank yang tidak merugikan dan bikin semua senang,’’.

Prank yang Menyebalkan

Kalau dipikir-pikir, benar juga yang dimaksud komentar itu. Mari kita lihat beberapa konten prank yang konteksnya ke arah menyebalkan. Misalnya prank merusak mobil saudara, memarahi habis-habisan pembantu rumah, mendiamkan teman selama 24 jam, dan lain sebagainya.

Menghibur? Buat yang menonton konten itu, tentu saja. Tapi untuk mereka yang menjadi target prank, tidak lucu sama sekali. Ambil contoh konten prank jadi copet. Yang mencopet dapat hiburan untuk konten, yang dicopet jadi takut buat keluar rumah lagi.

Akan tetapi, jika dikaji secara penamaan, konten kalap Tanboy yang memiliki label prank rasanya kurang cocok. Menurut Urban Dictionary yang dilansir dari wartaekonomi.co.id., konten prank itu adalah memberikan lelucon provokatif, direkam, lalu saat objek sudah mencapai titik didih, mereka (pelaku konten) akan mengatakan ini hanya sebuah candaan.

Prank Bisa Jadi Dark Joke

Selain itu, prank juga termasuk komedi gelap. Maksudnya adalah karena berpotensi mengundang kontroversi. Sifat dari prank adalah bohongan, alias nggak benar-benar dilakukan. Kemudian salah satu tujuan dari prank adalah agar target merasa kaget, terkejut, bahkan malu. Mari kita bedah konten prank kalap makan milik Tanboy.

Diprank Malah Senang

Apakah konten Tanboy Kun membuat target merasa kaget, terkejut, dan malu? Kaget dan terkejut? Mungkin iya. Tapi ke arah yang positif. Kayak, ‘’Buset banyak banget makannya!’’. Bukan yang kaget marah atau terkejut dongkol. Membuat malu? Sepertinya nggak. Justru pelaku usaha malah senang karena makanan mereka diborong habis, plus bonus masuk channel yang terkenal pula.

Bohongan? Sekali lagi, tidak. Tanboy makan sebanyak itu langsung di depan kamera dengan repetisi nambah prosi berkali-kali sudah jelas bukan settingan. Ditambah lagi, posisi kamera juga dibuat sejelas mungkin yang memperlihatkan Tanboy makan dengan lahap dan jelas. Dan yang paling penting, bukan candaan sama sekali. Unsur ini juga diperkuat dengan label seorang Tanboy yang memang dikenal dengan makan porsi tukang gali, jadinya yang nonton nggak heran.

Tidak Mengundang Kontroversi

Terakhir, konten kalap makan ini tidak mengundang kontroversi. Malah bikin yang nonton senang karena Tanboy membantu pelaku usaha, terhibur melihat ekspresi penjual yang bingung karena dagangannya dilibas, dan targer prank juga senang diakhir karena makanan mereka laris manis.

Berdasarkan hal diatas, sudah jelas konten prank kalap makan Tanboy ini secara penamaan mungkin tidak tepat. Sebab lebih banyak sisi positifnya, kemudian tidak memancing kemarahan atau kejengkelan masyarakat. Justru mengundang respon yang positif pula dari khalayak. Maka, ada baiknya nama ‘prank’ segera diganti saja. Misalnya awalnya ‘prank habisin 50 porsi nasi uduk!’ diganti dengan ‘makan ludes 50 porsi nasi uduk!’. Namun, ini hanya saran saya saja sebagai penikmat konten Tanboy. Bismillah diajak makan.

Editor : Faiz

Gambar : Google