“Ah, besok aja saya kerjain revisi bimbingan dari dosen, wong deadline-nya masih lama kok”

Hayoo…, Siapa yang gak pernah mendengar atau mengalami momen krusial ini? mayoritas pejuang gelar sarjana dan ahli madya yang budiman lebih-lebih saya pernah menjadi saksi hidup kerasnya pergulatan dalam menyelesaikan skripsi.

Perilaku menunda-nunda pekerjaan yang sering kita alami diatas dikenal dengan istilah prokrastinasi. Menurut Wikipedia prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu “pro” yang berarti lebih menyukai, maju, kedepan dan “crastinus” berarti besok. Prokrastinasi dapat diartikan sebagai perilaku atau kebiasaan seseorang yang lebih menyukai menyelesaikan suatu pekerjaan esok hari daripada saat itu juga.

Sepintas kita beranggapan kebiasaan ini bukanlah hal yang baik bukan? karena kebiasaan ini menurut saya juga “ngeri-ngeri sedap”. Seandainya saya diminta menyelesaikan laporan keuangan perusahaan untuk diserahkan pada ‘big boss’ esok hari, kira-kira apa jadinya ya? gak kebayang kan betapa ngerinya malam tersebut? contoh lainnya bagaimana seandainya besok adalah batas akhir pengumpulan proposal skripsi padahal bimbingan aja belum tuntas? mau gak mau suka gak suka terpaksa pake metode ‘SKS’ alias Sistem Kebut Semalam.

Dikutip dari Psychology Today  menyebutkan bahwa pelaku prokrastinasi umumnya lebih bersemangat jika mengerjakan tugas-tugas esok hari, walaupun yang terjadi keesokan harinya malah ia kembali mengatakan kalimat yang sama. Kejadian ini terus-menerus terulang hingga peluit ‘lost time’ hampir ditiup, nah disaat inilah prokrastinator baru ‘bergerak’. Penyebabnya bisa beraneka ragam, mulai dari rendahnya kepercayaan diri, kecemasan yang berlebihan, hingga ketidakmampuan untuk memotivasi diri dalam menyelesaikan tugas-tugas yang membosankan. Psychological Bulletin  dalam analisisnya pada tahun 2007 juga mengungkap bahwa 80% – 95% mahasiswa suka menunda-nunda tugas secara teratur. Saya pribadi juga sering menunda-nunda tugas karena deadline yang masih lama, layaknya pepatah para tetua jaman dulu “berakit-rakit kita ke hulu berenang-renang ketepian, bersantai kita dahulu kelarin tugas kemudian”. Wkwkwk…

Apakah Prokrastinasi Selalu Buruk?

Apakah prokrastinasi perbuatan yang menimbulkan efek buruk? saya yakin iya, tapi apakah selalu buruk? jawabannya tergantung pribadi kamu masing-masing. Kalau kamu tipe orang yang terkonsep dan terencana pasti gak akan berani menunda-nunda pekerjaan, karena persis diibaratkan kayak orang yang dikejar-kejar setan. Civs pasti berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan rencana awal. Kalaupun sedikit meleset paling hanya tinggal sedikit sat-set-sat-set selesai, tapi jika kamu tipe manusia selain tipe pertama yang saya jelaskan diatas, menurut hemat saya lebih baik jangan dilakukan.

Prof. Adam Grant salah seorang pemikir manajemen paling berpengaruh di dunia dalam bukunya The Originals mengungkap bahwa menunda terkadang bukanlah sesuatu hal yang buruk. Menunda bisa memberi ruang bagi pikiran untuk mengembangkan ide-ide baru menjadi lebih cemerlang dan lebih spontan. Banyak para tokoh-tokoh dunia yang sering menunda sesuatu, sebagai contoh Martin Luther King yang kita kenal dengan pidato spektakulernya ‘I have a dream’. Belio mempunyai sifat untuk menunda, bahkan isi pidatonya sendiri belum mampu ia selesaikan pada malam sebelum tanggal 28 Agustus 1963. Berarti belio ini juga menerapkan sistem yang dianut oleh mayoritas mahasiswa kita yaitu SKS. Wahai insan yang saat ini masih berstatus mahasiswa bolehlah sedikit berbangga.

Contoh berikutnya sang pelukis kenamaan Leonardo Da Vinci yang menghabiskan 16 tahun lamanya untuk menyelesaikan ‘the masterpiece’  Monalisa. Da Vinci ternyata punya kebiasaan suka menunda-nunda, bereksperimen dan berimprovisasi. Belio bukan hanya sekedar pelukis, tapi juga pematung, teknisi, arsitek, inovator dan ilmuwan pada saat yang bersamaan. Jelas untuk mendapatkan gelar ini semua membutuhkan ketekunan dan waktu yang lama. Perlu banyak belajar, meneliti dan memikirkan hal-hal baru dari sudut pandang yang berbeda. Saking kerennya belio ini dijuluki ‘Manusia Renaisans’ atau perwujudan dari lahirnya kembali ilmu pengetahuan, sastra dan seni. Kalau jaman sekarang diibaratkan kayak mahasiswa yang kuliah mengambil 4 atau 5 jurusan sekaligus. Jurusan satu aja udah mumet apalagi dua atau lebih, waduh ampun ndoro gak sanggup saya….

Jadi, Lebih Baik Menunda atau Bersegera?

Menurut saya pribadi intinya adalah bagaimana cara kita menyikapinya, kalau menunda hanya untuk malas-malasan lebih jangan pernah coba-coba. Kamu bisa ‘kena mental’ akibat durasi waktu yang udah mepet. Sesuai dengan peribahasa jaman SD “pikir itu pelita hati, pikir dulu sebelum menyesali prokrastinasi”. Kalau tujuan menunda untuk mengumpulkan data yang mendukung tugas akhir kamu seperti melakukan interview, kuesioner, sampling atau lainnya, maka ini prokrastinasi yang diperbolehkan.Sebagai penutup, prokrastinasi menurut saya bagaikan 2 sisi mata uang, antara baik dan buruk. Kuncinya bagaimana cara kamu mengelola diri dan hati agar tetap survive hingga akhir. Cobalah untuk mengubah mindset secara perlahan, kerjakan tugas sedikit-sedikit tapi rutin dan rajin. Lakukan berbagai macam cara yang membuatmu nyaman sebelum ‘melotot’ di depan komputer. Terakhir, saya mendo’akan semoga sobat milenialis yang saat ini sedang berjuang menyelesaikan skripsi segera sidang dan wisuda, semoga…

Editor: Ciqa

Gambar: Google