Nenek moyang orang-orang Indonesia nyatanya memang orang-orang yang cerdas dan amat filosofis. Bahkan banyak hal-hal sederhana di sekitar kita yang seolah hanya menjadi hal-hal biasa saja, namun ternyata memiliki makna yang mendalam. 

Bukti betapa hebatnya nenek moyang kita tersebut juga bisa ditemukan dalam kekayaan warisan kuliner. Kita semua tahu bahwa Indonesia memiliki begitu banyak warisan kuliner yang beragam dari setiap daerah. Tak hanya lezat, ternyata ada pula kuliner yang mengandung nilai dan makna filosofi mendalam yang bisa kita jadikan nasihat atau pelajaran. Salah satunya adalah rujak. 

Siapa yang tak mengenal rujak? Kuliner yang identik dengan Jawa Barat ini tampaknya sudah begitu dikenal dan disukai banyak orang. Aneka buah-buahan ditambah dengan pedasnya sambal membuat rujak menjadi favorit ketika kita ingin menikmati sajian yang menyegarkan. Paduan rasa manis, pedas, dan asam pun berpadu di mulut dan menciptakan sensasi yang lezat. 

Rujak yang umumnya kita temui biasa menggunakan buah-buahan, seperti mangga, jambu air, bengkuang, kedondong, nanas, dan berbagai buah-buahan lain yang bisa ditambah atau dikurangi sesuai selera si pembuatnya.

Setelah dipotong-potong, buah-buahan ini lalu disajikan dengan bumbu sambal yang terbuat dari cabai rawit, kacang, asam, gula, dan bahan-bahan pelengkap lainnya. Rujak pun siap disajikan. Sungguh proses pembuatan yang sangat mudah sehingga kuliner ini menjadi makanan yang lazim ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, penjual rujak bisa dengan mudah kamu temukan. 

Rujak Tak Hanya Sekadar Makanan Biasa

Namun, tak hanya menjadi sajian kuliner sehari-hari. Di beberapa daerah, rujak juga sering menjadi sajian pelengkap dalam suatu acara yang bersifat ritual, misalnya saja rujak yang menjadi sajian pada acara perayaan empat bulanan atau tujuh bulanan wanita hamil. 

Penggunaan rujak sebagai pelengkap atau syarat dalam prosesi-prosesi ritual semacam itu tentunya bukan hanya sebagai camilan atau kebutuhan konsumsi saja. Hal ini juga tidak bisa dilepaskan dari pemaknaan serta filosofi dari rujak sendiri yang tentunya sudah diyakini sejak zaman nenek moyang.

Konsep Tritangtu

Masyarakat Sunda,mempercayai sebuah konsep kehidupan yang dinamakan tritangtu. Di dalam konsep tritangtu tersebut, orang-orang Sunda meyakini bahwa dunia yang kita tempati ini terdiri dari tiga bagian. 

Tiga bagian dunia tersebut masing-masing adalah dunia atas, dunia tengah, dan dunia bawah. Dunia bawah diyakini sebagai dunia kegelapan dimana alam tersebut menjadi tempat tinggal para mahluk-mahluk jahat. Dunia bawah ini juga sering dianalogikan sebagai penggambaran dari alam neraka. 

Sementara dunia tengah merupakan dunia yang kita kenal dan kita tempati saat ini. Dunia tengah menjadi tempat tempat tinggal bagi  para manusia, hewan, dan tumbuhan. Sementara di bagian paling atas diyakini adalah dunia atas atau yang sering disebut kahyangan. Disana adalah tempat tinggal atau alam bagi para dewa-dewi. Tiga alam ini ada dan hidup berdampingan sebagai wujud keseimbangan dunia. 

Konsep tritangtu ini banyak diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari masyarakat Sunda,  bahkan pada sajian kuliner yang kini kita kenal sebagai rujak. Mungkin selama ini kita hanya mengenal rujak sebagai berbagai macam buah-buahan segar yang dipadukan saus sambal sehingga memberi sensasi asam dan pedas. 

Hubungan Antara Konsep Tritangtu dan Filosofi Rujak

Namun rupanya setiap buah-buahan yang tersaji dalam satu porsi rujak yang kita makan merupakan simbol dari tiga alam yang dipercaya oleh masyarakat Sunda sejak zaman dahulu. 

Dunia bawah dalam rujak diwakili oleh buah dari jenis umbi-umbian, dimana buah ini tumbuh dibawah tanah atau di akar pohon. contohnya adalah bengkuang. 

Sementara alam dunia tengah dalam rujak diwakili oleh buah-buahan yang tumbuh di atas tanah namun tidak di tempat yang terlalu tinggi. Pada rujak, buah ini diwakilkan oleh buah semacam nanas. 

Kemudian dunia atas diwakili oleh buah-buahan yang tumbuh di atas pohon, seperti jambu air, kedondong, mangga, atau buah-buahan lainnya yang buahnya tumbuh dari atas tanah atau di bagian atas pohon. Maka, lengkap sudah semua buah-buahan dalam seporsi rujak dalam mewakili konsep tritangtu melalui penggambaran dunia atas, tengah, dan bawahnya. Tampak sederhana, namun seporsi rujak  rupanya bisa menjadi wujud dan simbol sebuah keseimbangan dunia. 

Setelah mengetahui ini, mungkin kamu akan takjub dengan sajian rujak yang biasa kamu beli atau kamu buat. Dengan mengetahui makna dan filosofi dari seporsi rujak yang biasa kita nikmati, semoga bisa membuat kita semua bisa lebih menghargai sebuah sajian makanan ya! 

Editor: Yud

Gambar: Google