Setiap daerah di Indonesia memiliki cara dan tradisinya dalam membangunkan sahur saat bulan Ramadhan. Seperti yang ada di Kota Ternate, Maluku Utara terdapat tradisi bernama Gendang Sahur, sahur ala mini konser religi.
Tradisi Gendang Sahur begitu unik dan khas. Cara membangunkan sahurnya menggunakan live music oleh sekelompok anak muda kepada setiap rumah warga yang didatangi.
Kota Ternate memang nuansa keislamannya sangat kental, terutama di bulan puasa. Tradisi Gendang Sahur sendiri sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu hingga kini.
Ada dua pola yang digunakan dalam Gendang Sahur, ada yang menggunakan alat musik modern dan ada pula yang menggunakan alat musik tradisional seperti rebana, tam-tam, dan tamborine atau kecrekan. Hampir di setiap kampung di Kota Ternate memiliki grup Gendang Sahurnya, baik yang modern maupun tradisional.
Sensasi Gendang Sahur menggunakan alat musik modern seperti sajian mini konser religi.
Beberapa hari sebelum mendatangi rumah warga yang akan dibangunkan sahur, grup Gendang Sahur terlebih dahulu akan mengirim surat permohonan membangunkan sahur. Tujuannya kepada para kerabat di kampung sendiri atau di kampung lain, hingga para pejabat teras di Kota Ternate.
Jika surat permohonan tersebut sudah di-acc.
Selanjutnya grup Gendang Sahur akan beredar sekira pukul 02.00 WIT menggunakan mobil pick up yang di dalamnya berisi seperangkat alat musik, mulai dari keyboard electone, gitar listrik, bass, dan drum. Semua itu tergantung kebutuhan grupnya. Tak lupa speaker aktif ukuran besar pun diboyong.
Tiap grup Gendang Sahur umumnya dalam sekali jalan bisa mengunjungi empat rumah warga. Ketika tiba di rumah tujuan, mobil pick up langsung diparkir di depan rumah.
Berikutnya alat musik dinyalakan langsung dimainkan mengiringi alunan merdu vokalis yang membawakan lagu qasidah dari Maluku Utara dan lagu religi pop modern.
Dalam sekali tampil, kurang lebih membawakan maksimal tiga nomor lagu. Lagu qasidah Maluku Utara menjadi lagu wajib yang dibawakan terutama milik penyanyi Nurwahida.
Kemudian lagu religi milik Ungu acapkali jadi andalan, lalu tembang qasidah Ya Ramadhan milik Nasida Ria. Suara yang dilantunkan begitu indah nan syahdu, cengkoknya begitu khas dari Maluku Utara.
Speaker aktif jumbo yang diletakkan di atas mobil pick up menggemakan musik Grup Gendang Sahur hingga membangunkan pemilik rumah.
Jika penampilannya telah tuntas, maka si pemilik rumah akan memberikan imbalan seikhlasnya bagi grup Gendang Sahur. Kemudian Grup Gendang Sahur mengucapkan terima kasih dan berpamitan menuju rumah lainnya.
Sementara itu, untuk Grup Gendang Sahur yang menggunakan alat musik tradisional, polanya langsung mendatangi rumah warga tanpa harus mengirimkan surat permohonan terlebih dahulu.
Saya semasa duduk di bangku SMP pada tahun 2006 hingga 2009 pernah mengikuti grup Gendang Sahur tradisional bersama kawan-kawan sepantaran saya di kampung.
Kami biasanya mulai keliling pukul dua dini hari. Kami yang berjumlah kurang lebih tujuh orang menyambangi rumah per rumah membawa alat musik rebana, tam-tam dan kecrekan.
Tiba di halaman rumah warga, grup gendang sahur kami memulai dengan mengucapkan salam. Lalu masuklah bunyi kecrekan sebagai intro disusul dengan tabuhan alat musik tam-tam.
Kami pun serempak menyanyikan lagu qasidah Ternate berjudul Gema Sahur milik Aldi Umamit feat Kafillah 10 dan lagu berjudul Alif To Tike Ba . Lalu berlanjut dengan lagu qasidah Hibualamo tembang dari solois Nirwani Kotu, dan lagu religi Ungu berjudul Surgamu.
Tiap rumah yang kami sambangi untuk membangunkan sahur pun memberikan imbalan seikhlasnya. Kami biasanya bisa mendatangi delapan sampai sepuluh rumah, karena tidak perlu waktu lama untuk menyiapkan alat musik.
Perjalanan gendang sahur akan kami akhiri ketika menjelang waktu imsak. Tradisi gendang sahur ini kami jalankan hampir setiap hari selama bulan ramadhan kala itu.
Saya bersyukur hingga saat ini tradisi Gendang Sahur masih tetap eksis di Kota Ternate. Tiap tahunnya juga kerap diadakan lomba dalam festival gendang sahur antar kampung yang berhadiah uang tunai jutaan rupiah.
Tujuannya agar anak muda di Kota Ternate tetap kreatif menjaga napas keislaman di bumi rempah itu. Bagi kalian yang ingin merasakan vibes ramadhan dan wisata religi yang berbeda silahkan berkunjung ke Kota Ternate.
Editor: Saa
Gambar: Surya Malang
Comments