Mungkin, setiap dari kita pernah kagum bahkan memiliki rasa sombong dan ujub atas hal-hal yang kita miliki. Entah prestasi, ilmu, kedudukan, bahkan kecantikan atau ketampanan. Sebelumnya, kita harus tahu perbedaan sombong dan ujub tersebut. Dalam kitab Tanwirul Qulub fi Muamalati ‘Allamil Ghuyub dikatakan,
وأما الكبر فهو تعاظم ينشأ عن رؤية الشخص نفسه فوق غيره
“Sombong adalah perasaan besar yang tumbuh dari pandangan seseorang terhadap dirinya yang merasa lebih dari orang lain”
Sifat ini mencegahnya untuk merenung tentang penciptaan alam semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Dia merasa paling besar atas segala nikmat yang Allah berikan. Ujung-ujungnya, dia akan merendahkan orang lain.
وأما العجب فهو تكبر يحصل في الباطن من تخيل كمال في علم وعمل, وفسر أيضا بأنه استعظام النعمة والركون اليها
“Ujub adalah merasa besar dalam hati dari terbayangnya kesempurnaan dalam ilmu dan amal. Ditafsirkan juga bahwa ia memandang besar ni’mat dan bersandar kepada nikmat itu”
Perasaan sombong tidak lain berasal dari perasaan ujub atau kagum terhadap diri sendiri. Untuk mengatasi tersebut, berikut beberapa tips sederhana dan unik yang bisa kita lakukan.
- Butuh makan
Kita mulai tips pertama dari Gus Baha. Mari kita sadari, sebagai manusia yang dimuliakan oleh Tuhan sebab akal, kita masih butuh pada makan. Tidak makan satu hari kita sudah lemah. Beberapa hari tidak makan, kita mungkin sakit. Berlama-lama tidak makan, kita bisa mati.
Lihatlah, betapa hinanya kita yang katanya manusia mulia ini. Butuh pada nasi, ikan, sayur, sambel yang tidak memiliki akal.
- Tidak bisa menahan pipis
Tips kedua ini dari Alm. Ust. Jefri Al-Bukhori. Kita yang merasa besar dan merasa lebih dari orang lain berani menghina orang lain. Kita yang merasa besar ini bahkan tidak kuat melawan kehendak kantung kemih kita sendiri. Pipis yang jelas-jelas barang kotor yang harus dikeluarkan itu tidak bisa kita lawan. Betapa bodoh sekali jika kita tetao merasa diri ini lebih dari yang lain.
- Tidak bisa memenuhi keinginan sendiri
Ada sebuah kisah masyhur. Terdapat seseorang yang berpaham mu’tazilah yang percaya bahwa manusia mempunyai kehendak mutlak. Manusia bebas berkehendak dan melakukan perbuatannya sendiri. Akhirnya, ia ditawari seorang perempuan cantik yang kemudian ia nikahi dan setubuhi. Setelah selesai bersetubuh, ia ditanya “enak?” “Iya” jawabnya. Sebab jawaban tersebut, ia kemudian disuruh untuk melakukannya lagi. “Tidak bisa. Tidak kuat” Jawabnya singkat.
Ia kemudian diejek “Katanya punya kehendak mutlak. Bisa melakukan yang diinginkan dan sebaliknya. Lah, memenuhi keinginan sendiri saja tidak bisa.”
- Tidak bisa melihat punggung sendiri
Ini sih sederhana dan mudah sekali. Kita yang merasa besar dan merasa mampu melaksanakan sesuatu sendiri. Yang merasa semua hal yang Allah anugerahkan kepada kita itu atas jerih payah kita sendiri. Yang berani merendahkan orang lain ini tidak mampu sekedar melihat punggung sendiri. Tidak hanya melihat punggung. Mencium sikut, melihat leher, bahkan melihat mata sendiri kita masih butuh bantuan. Bagaimana mau sombong dan merasa tidak butuh kepada Tuhan? Betapa bodohnya kita yang hina dina ini.
- Kita akan mati
Kita tidak tahu alasan kita dihidupkan. Pun kita tidak ikut campur tentang bagaimana kita dihidupkan. Firaun yang memiliki kerajaan, kekayaan, kekuasaan hingga berani mengaku Tuhan itu saja mati. Apalagi kita yang bahkan kekuasaan dan kekayaannya jauh di bawah Firaun.
Jangan sombong sebab sombong itu hanya sifat khusus Tuhan. Nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita itu bukan semata usaha kita. Tetapi, ia adalah karunia Allah yang harus selalu kita arahkan kepada kebaikan.
Editor: Nawa
Gambar: Bincang Syariah
Comments