Pada Oktober 2021 di Sinarrancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, ada tempat wisata baru yaitu Talaga Langit yang diresmikan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum dan pemilik tempat wisata, Ujang Busthomi. Di dalam Talaga Langit terdapat Museum Dukun Santet. Definisi santet sendiri, adalah upaya seseorang untuk mencelakai orang lain dari jarak jauh dengan menggunakan ilmu hitam. Biasanya santet sering dilakukan orang yang mempunyai dendam karena sakit hati kepada orang lain. Katanya dapat dilakukan sendiri maupun dengan bantuan seorang dukun.

Agama

Ujang Busthomi membuat Museum Dukun Santet bukan untuk menyuruh pengunjung percaya akan adanya santet dan takut kepada santet. Tapi, beliau menyuruh pengunjung untuk tidak takut dan tidak percaya santet, perbaiki sholat dan perbanyak sholawat. Di kanal YouTube Kang Ujang Busthomi Cirebon, beliau ‘memerangi’ dukun-dukun santet. Beliau mengedukasi masyarakat melalui video-video di kanal YouTube-nya. Tidak ada kekuatan manusia yang melebihi kekuatan Allah. Manusia tidak bisa membunuh dari jarak jauh (santet), memasuki benda-benda aneh kedalam tubuh orang lain.

Dunia yang sudah modern ini, manusia sudah lebih terbuka pikirannya. Sebenarnya santet itu tidak ada. “Santet bisa menyebabkan kematian itu tidak ada. Makanya semisal saya disantet, saya tidak baca doa anti-santet. Karena menurut saya santet itu tidak ada. Kalau tidak percaya coba saja, pasti yang mati kamu sendiri. Memang tidak ada! Soal, misalnya, tapi ada Gus yang mati dengan jarum di dalam perutnya. Itu cuma jarum, bukan santet namanya. Hanya sekedar jarum di perut. Kalau kamu mati disantet itu biasa. Ketabrak truk pun kamu mati. Bagi saya, dibunuh pakai santet itu lambat. Kadang tiga hari baru mati. Jauh lebih mematikan truk, apalagi pesawat.” ujar Gus Baha dalam kanal YouTube Santri Gayeng.

Sains

Di dalam sains, mengenai benda-benda seperti paku, kawat, beling dan lain-lain masuk ke dalam perut. Bisa dijelaskan dengan penyakit gangguan makan pica. Menurut Alodokter, gangguan makan pica adalah salah satu jenis gangguan makan berupa keinginan dan nafsu makan terhadap benda atau zat yang bukan makanan atau tidak memiliki nilai gizi. Gangguan makan ini bisa terjadi pada siapa saja, tetapi paling banyak dialami oleh anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan gangguan intelektual. Orang yang menderita gangguan makan pica bisa mengonsumsi benda-benda yang tidak berbahaya, misalnya es batu; atau yang berbahaya bagi kesehatan, misalnya serpihan cat kering atau potongan logam. Pola makan seperti ini bisa dianggap sebagai gangguan makan pica bila sudah berlangsung minimal 1 bulan.

Seorang neuroscientist, dr. Ryu Hasan menjelaskan kenapa ada benda-benda aneh masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa sepengetahuan mereka sendiri. “Jadi kalo misalkan ada ditemukan paku dalam perut gitu, mungkin ditelan ya. Ada orang yang namanya gangguan pica, memang dia cenderung menelan loh. Bolpoin ditelan, paku ditelan, jepit rambut ditelan, ada yang kayak begitu. Ya ada, tapi ini gangguannya jelas. 

Tapi, kalau berita, ada ditemukan di foto rontgen ada paku di paru-parunya itu bohong, ga ada yang kayak begitu itu. Gak ada, gak pernah ada laporan, misalkan laporan-laporan medis atau jurnal kedokteran ditemukan paku dalam foto rontgen itu kan gak ada, coba kamu carilah jurnal kedokteran yang benar itu ya, terus ada yang menemukan paku di paru-paru (pasien)-nya, ada paku di otak (pasien)-nya, ya kalau ini karena jatuh terus ada paku masuk di otaknya, lah itu laporan medis. 

Kita tidak akan pernah di jurnal kedokteran gitu, misalkan radiologi. Menemukan ini loh, ada paku dan ada yang disantet. Gak ada itu, itu semua bohong. Tapi memang ada orang yang dioperasi di perutnya, ada jepit rambut. Ya, itu pica namanya. Itu dia kelainan kejiwaan. Dia cenderung menelan semua yang ada di depannya, benda. Tapi bukan santet loh itu ya” ujarnya dalam kanal YouTube Vincent Ricardo.

Konklusi

Cukup banyak orang yang masih percaya akan adanya santet. Dapat dilihat dari masih adanya berita, tulisan di media sosial yang menginformasikan bahwa ada seseorang yang sakit di kepalanya, dikiranya tersantet. Milih pengobatan non-medis. Padahal, kena kanker otak, sudah telat penanganan, akhirnya meninggal. Banyak kasus yang mirip-mirip seperti itu di Indonesia. 

Dengan adanya Museum Dukun Santet ini, selain menjadi tempat wisata, juga menjadi tempat edukasi masyarakat Indonesia. Agar pikiran masyarakat Indonesia terbuka, tidak percaya akan adanya santet. Dengan mengubah cara pandang ini, semoga bisa menyelamatkan nyawa orang lain yang dikiranya tersantet, dan semoga bisa memajukan bangsa Indonesia.

Editor: Saa

Gambar: Pexels