Dalam hidup manusia, proses pembelajaran akan terus terjadi dan merupakan aspek yang tidak bisa dilepaskan. Karena, pada setiap detik kehidupan memiliki ribuan pembahasan. Proses belajar yang secara nyata dialami adalah pada saat kegiatan belajar mengajar formal di sebuah institusi atau lembaga pendidikan. Pada akhirnya, belajar menjadi hal yang bersifat relatif bagi setiap orang dan menjadi sebuah alasan dari tujuan sebuah pembelajaran.

Sering kita jumpai pada setiap jiwa ada yang memiliki intensitas belajar yang rendah, khususnya pelajar dan mahasiswa. Bagi sebagian dari mereka yang cenderung menghindari kegiatan belajar memiliki alasan bahwa kegiatan tersebut merupakan hal yang tidak menyenangkan. Maka dari itu, kita memerlukan cara khusus untuk menciptakan sensasi lain yang lebih menyenangkan, contohnya dengan menganggap belajar seperti sedang bermain game.

Belajar Itu Miniatur Bermain Game

Bermain game menjadi salah satu hal yang disukai oleh semua usia, baik anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa. Bisa kita bayangkan bagaimana sebuah game berjalan, setiap karakter yang dimainkan pasti memiliki misi yang harus dituntaskan agar bisa mencapai level berikutnya dan bisa membuka gate lainnya. Dalam menjalankan misi, sebuah karakter tentunya akan memiliki tantangan dengan tingkat kesulitan yang beragam sesuai dengan level yang tengah dijalankan. Namun, hal tersebut menjadi wajar dan menyenangkan, rasa ketertarikan tinggi dan kepuasan mendorong kita untuk lebih berusaha dalam menjalankan misi yang ada.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menganggap seperti sedang bermain game, berada dalam dunia virtual, dan menjadi seorang karakter yang dimainkan, pasti akan terasa menyenangkan. Dimulai pada saat memasuki Taman Kanak-kanak (TK) yang seperti level percobaan, kemudian memasuki gate Sekolah Dasar (SD) di level 1 sampai level 6, memasuki gate selanjutnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang memiliki 3 (tiga) level.

Kemudian dilanjutkan dengan gate Sekolah Menengah Atas (SMA) yang juga memiliki 3 (tiga) level, lalu gate-gate lainnya dengan level yang berbeda yang pada setiap akhir levelnya akan dihadapkan dengan pertarungan melawan raja atau bos agar bisa mendapatkan kunci untuk membuka gate lainnya. Begitulah seterusnya sampai kita bisa menyelesaikan misi masing-masing yang dipilih pada saat memulai permainan.

Ketika sedang bermain game kita memerlukan tindakan untuk meningkatkan skill yang dimiliki, dan bebas menentukan skill mana yang diperlukan untuk membantu menyelesaikan misi yang sudah ditentukan. Semakin banyak skill yang dikuasai, maka semakin banyak pula tugas atau misi yang bisa diselesaikan. Semakin fokus skill yang diasah, maka akan mendorong kita mengetahui letak kompetensi yang dimiliki. Konsep pembelajaran yang kita alami secara tidak sadar mirip dengan sebuah permainan yang sedang dijalankan.

Misi

Dalam sebuah permainan, tentunya tidak hanya skill yang diperlukan, melainkan ada item atau perangkat penunjang untuk membantu agar lebih cepat dalam menyelesaikan misi yang dijalankan. Perangkatyang dipilih tentunya harus disesuaikan dengan skill yang dimiliki.

Pada realitanya pun, sebuah proses pembelajaran yang baik harus ditunjang juga dengan sarana dan prasarana yang memadai. Contohnya, orang yang memilih jurusan programmer minimal harus memiliki laptop dengan spesifikasi yang sesuai untuk bisa memproduksi sebuah aplikasi. Contoh lainnya, jurusan desain juga minimal harus memiliki perangkat dengan spesifikasi yang menunjang untuk membuat sebuah desain yang diinginkan. Perangkat-perangkat tersebut bisa membantu seseorang untuk mengembangkan kompetensi serta misi yang sedang dihadapinya.

Semua yang telah dipaparkan di atas merupakan hal yang biasanya ditemukan pada sebuah video game. Ketika kita amati, proses tersebut menjadi miniatur gambaran seseorang dalam menjalani proses pembelajarannya. Maka dari itu, kita bisa mulai sadar dan mencoba mengaitkan kegiatan belajar dengan aktivitas permainan dalam sebuah video game tersebut untuk mendapatkan sebuah sensasi baru sehingga bisa membantu menambah semangat untuk bangun dan belajar lebih baik lagi.

Editor: Nirwansyah

Ilustrasi: Kompas.com