Sepakbola memang punya daya tarik tersendiri bagi setiap penggemarnya. Tak heran jika olahraga ini menjadi olahraga paling populer di dunia. Tak hanya kepada olahraganya, banyak penggemar juga mengidolakan Tim Nasional suatu Negara, Klub sepakbola, pelatih dan tentu saja juga para pemainnya.

Bicara tentang klub sepakbola, hampir semua orang di Indonesia pasti punya salah satu klub kesayangan. Klub dalam negeri maupun klub luar negeri. saya ingat dulu pertandingan sepakbola pertama yang saya tonton adalah pertandingan dini hari di televisi. Saat itu klub yang bermain menggunakan kostum merah. Tapi klub yang pertama kali saya gemari adalah Juventus.

Semasa kejayaan Liga Calcio atau yang sekarang dikenal dengan nama Serie A, Italia menjadi kiblat sepakbola Eropa bahkan dunia. Dengan klub-klub papan atas seperti Juventus, AC Milan, Internazionale Milan, AS Roma, Lazio, dll. Kepopuleran sepakbola Italia dulu mengalahkan kepopuleran Klub-klub dari Negara lain seperti Spanyol, Inggris, Jerman, dan Perancis.

Nama-nama besar seperti Del Piero, Totti, Pirlo, Inzaghi, dan Maldini masih berjibaku di lapangan hijau. sungguh menyenangkan melihat liga Italia kala itu. Juventus kala itu diperkuat pemain-pemain hebat macam Del Piero, Nedved, Thuram, Zambrota, Buffon, Trezeguet, dan Zlatan Ibrahimovic. Juventus mendominasi liga Italia, tetapi suatu tragedi terjadi. Tragedi yang meruntuhkan dominasi Juventus. 

Tragedi itu dikenal dengan nama “Calciopoli.” Salah satu tragedi paling memalukan di jagat sepakbola. Calciopoli adalah skandal pengaturan skor yang dilakukan oleh beberapa klub di Italia. Semua klub yang terbukti terlibat dalam Calciopoli mendapat hukuman. Namun yang terparah adalah hukuman yang diterima Juventus. 

Dari Juve ke Liverpool

Untuk pertama kalinya dalam sejarah Juventus terdegradasi ke Serie B. liga kasta kedua di italia. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Selain harus degradasi ke Serie B, titel Scudetto yang telah dimenangkan juga dicabut dan diberikan kepada sang Runner-up yaitu Internazionale Milan. Juventus juga kehilangan beberapa pemain kunci  seperti Thuram, Zambrotta dan Ibrahimovic yang memilih hengkang dan berlabuh di Barcelona.

Dengan turun ke Serie-B, pamor Juve menjadi meredup. Tapi bukan hanya juve saja yang meredup, melainkan juga liga Italia yang semakin kehilangan pamor dan jatah di Liga Champion karena klub-klub yang mewakili Italia tak mampu bersaing dengan klub-klub dari Spanyol dan Inggris.

Setahun kemudian Juve berhasil menjuarai Serie-B sekaligus kembali pada liga kasta utama. Perlahan tapi pasti Juve berhasil merebut hegemoninya dan kembali menjuarai Liga Serie-A. Dengan pemain-pemain baru seperti Dybala, Quadrado, Pjanic, Pirlo, Higuain, Morata dan sang mega bintang Cristiano Ronaldo. Juve semakin over power. Para kompetitornya seperti Napoli, Inter dan Lazio tak mampu membendung dominasinya.

Tapi ke overpowered Juve ini membuat saya semakin lama semakin jenuh. Rasanya liga italia semakin tidak seru. Permainannya pun tidak indah. Entah kenapa tidak sedap dipandang dan karena saking seringnya juara, nonton Juve rasanya tidak ada adrenalin takut kalah yang justru membuat sebuah pertandingan jadi seru. 

Dari saat itu kesukaan saya pada Serie-A dan Juve perlahan berkurang. Saya mulai menonton liga Spanyol, ternyata sama saja, yang mendominasi hanya Real Madrid dan Barcelona. Atletico Madrid sempat membuat kejutan tapi tak berlangsung lama. Barcelona terutama kembali mendominasi liga. Bosan lagi saya akhirnya menonton Liga Inggris. 

Pindah Hati ke Lain Tim

Tak salah jika liga Inggris  menjadi liga paling populer, permainan yang indah dan atraktif, juga atmosfer yang begitu kompetitif membuat liga ini semakin seru. Bayangkan saja, klub kecil sekelas Leicester City saja bisa juara. Juga Manchester City yang sekarang menjelma klub besar dan sudah beberapa kali dalam tahun-tahun terakhir menjuarai liga. Mendominasi kota Manchester yang sejak dulu selalu berwarna merah.

Tapi klub favorit saya di liga Inggris yang berhasil menggantikan Juve adalah juara musim lalu, Liverpool. Saya sebenarnya tertarik dengan Liverpool sejak masa Gerrard, Torres, dan Suarez. Mungkin empat tahun Lalu Liverpool mendatangkan manager kesukaan saya sejak menangani Dortmund yaitu Jurgen Klopp. Klop membuat permainan Liverpool begitu menarik untuk disaksikan. Sepakbola begitu terasa indahnya saat Liverpool bermain. Dengan trio Firmino, Mane dan Salah, lini depan Liverpool sangat produktif dan haus gol. 

Pada musim 2019, Klop akhirnya berhasil mempersembahkan titel pertamanya bagi Liverpool yaitu titel Juara Liga Champion. Diikuti banyak titel lainnya. Dan yang paling dinanti akhirnya dapat diraih setelah puasa selama 30 tahun yaitu menjuarai liga Inggris. 

Permainan indah Liverpool lah yang membuat saya jatuh cinta dan meninggalkan Juve. Suatu saat jika permainan Liverpool mulai membosankan, tidak menutup kemungkinan saya pindah lagi ke lain hati. karena sepertinya saya memang bukan fans sebuah klub, melainkan saya fans sepakbola yang indah dan menarik.