Ada fakta makanan menarik yang saya sukai selama berkuliah di Jogja, Jogja dikenal dengan tersedianya makanan yang cukup murah, kebanyakan orang mungkin akan menebak nasi kucing, tetapi saya bukan pribadi yang sangat mencintai nasi kucing. Memang, nasi kucing adalah salah satu makanan yang murah, tetapi saya malah lebih mencintai arem-arem.
Bagi saya anak kos yang memilih masak sendiri, makanan yang dibalut dengan daun pisang ini bisa menjadi opsi untuk menghemat keuangan dari kiriman orang tua. Bahkan, bisa dikatakan bila ia adalah penyelamat ketika kita lapar dan hanya memegang uang Rp. 5.000. Makanan ini menjadi opsi paling masuk akal untuk mengganjal perut mahasiswa kosan, ketersediaanya yang mudah ditemukan di mana-mana juga menjadi poin plus.
Arem-arem makanan khas Jawa
Saya baru benar mengetahui ada makanan bernama arem-arem adalah di Jogja, ketika saya pertama kali sampai di terminal Giwangan, saat itu adalah kali pertama saya merantau. Ketika saya mencoba mencari tahu tentang makanan yang menurut saya asing ini, ternyata ia adalah makanan khas Jawa, khususnya Jawa Tengah.
Arem-arem sendiri identik terbuat dari beras dan berisi irisan wortel juga suwiran ayam. Hal yang menjadi poin penyebab saya lebih menyukai makanan ini adalah karena buat dari beras sehingga serasa makan lontong dan lebih simpel karena sat set di buka langsung hap ke mulut.
Di daerah saya, Situbondo, memiliki makanan yang mirip dengannya, tetapi di sini diberi nama lemper dan yang menjadi pembedanya adalah makanan ini terbuat dari beras ketan yang diisi dengan suwiran ayam dan wortel.
Menjadi Pilihan Makanan Sehat daripada Fast Food
Ada labirin kebaikan yang terkandung dalam makanan ini, daripada makan mie instan atau seblak, ia menjadi opsi makanan lebih sehat untuk menghindari berbagai macam penyakit yang disebabkan karena terlalu sering makan fast food atau makanan cepat saji. Meski seperti terlihat menyembunyikan kata uang mepet dengan memilih makan arem-arem, haha.
Faktanya, makanan ini, khususnya yang berisi ayam, mengandung sekitar 200-300 kalori per 150-200 gram. Sumber utama kalori adalah karbohidrat dari nasi, diikuti oleh lemak dan protein dari ayam. Arem-arem juga mengandung sekitar 35-45 gram karbohidrat, 8-12 gram protein, dan 5-10 gram lemak.
Berkat kandungan yang saya cari tahu ini membuat saya menjadi semakin yakin memilih arem-arem sebagai makanan yang wajib dicari ketika uang dari kiriman orang tua sedang di ujung tanduk.
Arem-Arem adalah Versi Ekonomis dari Sushi
Kendati demikian, anggapan bahwa arem-arem adalah “sushi-nya wong kere” tentu saja tidak sepenuhnya tepat. Lebih dari sekadar alternatif murah, arem-arem menawarkan cita rasa dan pengalaman kuliner yang unik dan otentik. Aroma daun pisang yang membungkus nasi dan isian gurih seperti sambal goreng ati atau sayuran memberikan kelezatan tersendiri yang sulit ditandingi oleh sushi. Belum lagi sensasi kenyang yang didapat setelah menyantapnya merupakan sebuah kepuasan yang seringkali absen setelah sesi “nge-sushi” tanpa merogoh kocek dalam-dalam.
Ketika saya dimintai rekomendasi mana yang lebih enak antara sushi atau arem-arem, saya akan lebih merekomendasikan makan arem-arem daripada sushi yang jauh lebih mahal sekali budget-nya, apalagi ketika dalam kondisi uang mepet, lebih baik makan arem-arem daripada sushi yang tidak pernah mengenyangkan.
Editor: Yud
Gambar: iStock

Comments