Pandemi Covid-19 memaksa kita untuk tetap tinggal di rumah. Akhirnya, banyak kegiatan yang berubah. Yaa mau nggak mau harus kerja di rumah, belajar di rumah, kumpul bareng teman lewat video call, sampai konser pun dengan virtual. Lalu gimana sih caranya biar kita dapat pengalaman asyiknya nonton konser virtual?
Beberapa kali ikut konser virtual, aku jadi mikir, apakah konser virtual ini bakalan jadi new normal setelah pandemi, ya? Pasalnya, menurutku sebagai orang yang ga terlalu suka desel-deselan waktu nonton konser dan ga suka mencium bau keringat penonton lainnya, konser ini bisa jadi alternatif.
Aturan mainnya sama, beli tiket, nunggu jam konser, antre masuk (web), dan terakhir menikmati lantunan melodi-melodi yang indah dari musisinya.
Asyiknya Konser Virtual
Harga tiket konser virtual ini juga lebih murah daripada konser biasanya. Jadi semisal kita nggak terlalu mau banget nonton konser, yaudah pilih konser virtual. Karena semakin kesini, kita semakin banyak pilihan. Bisa jadi setelah pandemi ini konser virtual jadi produk dasar para musisi. Tapi konser konvensionalnya jadi produk premium.
Lalu, dari sisi kepraktisan konser virtual punya nilai plus. Kita nggak perlu lagi dateng ke tempat konser tiga atau dua jam sebelum konser. Kita cuma perlu duduk manis pantengin gawai dan jaringan internet yang lancar.
Feel ketika nonton konsernya tentunya berkurang karena kita nggak bisa nyanyi bareng teman-teman sambil teriak-teriak. Tapi secara keseluruhan not bad-lah yaa konser virtual sebagai alternatif pengobat rindu nonton konser musisi favorit.
Terus apa bedanya konser virtual sama nonton video musik di YouTube? Biar nggak zonk, cari informasi dulu tentang konser virtual yang akan ditonton. Mulai dari konsepnya sampai lagu-lagu yang akan dibawakan. Untungnya konser yang aku tonton musisinya membawakan lagu dengan aransemen baru serta konser dikemas seperti journey sang musisi. Jadi rasanya nggak akan sama dengan melihat video musik di kanal YouTube.
Salah satu konser virtual yang nggak nyesel aku tonton adalah konser virtual dari Pamungkas bertajuk The End of Flying Solo Era tanggal 30 Mei lalu. Awalnya aku ragu untuk nonton, takut nggak sesuai ekspetasi, takut sama aja nonton video musik di YouTube, terlebih takut banget internetnya buffer.
Setelah cari tahu informasi lebih banyak tentang konsernya mas Pam, akhirnya aku memutuskan nonton konsernya H-beberapa jam. Proses pembelian tiketnya cepet banget, tinggal klik-klik, dapat e-ticket, nunggu jam konser, udah nggak perlu kemana-mana. Akhirnya, malah dapat pengalaman asyiknya konser virtual.
Kesamaan
Tapi, konser konvensional dan konser virtual memiliki kesamaan yaitu sama-sama molornya. Konser Pamungkas dijadwalkan jam 19.30 WIB, tapi baru mulai sekitar jam 20.00 WIB. Awalnya panik karena kupikir jika terlambat masuk web akan nggak bisa join konsernya dan kukira jaringan internetku yang bermasalah.
Tapi, setelah baca comment nitijen di instragam penyelenggara, ternyata memang belum dimulai. Kasus seperti ini nggak hanya terjadi di konsernya Pamungkas saja, tetapi juga konser Isyana Sarasvati LEXICON+ Virtual Home Concert tanggal 20 Mei lalu.
Tapi hal itu nggak mengurangi penampilan musisi. Bahkan ada beberapa lagu yang aku nggak menyangka penampilannya sekeren itu, terutama konser virtual ya Pamungkas. Sehingga emosinya tetap tersampaikan meski penampilan secara virtual.
Konser virtual koencinya cuma satu: punya jaringan internet yang ngebut, selesai. Jadi buat kalian yang udah nggak tau lagi mau ngapain selama pandemi ini, nonton konsernya virtual mungkin bisa mengurangi bosan karena di rumah aja.
Editor: Halimah
Comments