Siapa disini yang belum tahu apa itu bahasa jaksel?

Bahasa digunakan oleh masyarakat sebagai alat untuk berkomunikasi. Setiap hari kita pasti berinteraksi dengan orang lain menggunakan bahasa, baik itu bahasa nasional, daerah, bahasa ibu atau bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya.

Di Indonesia sendiri seiring dengan berkembangnya jaman, bahasa sendiri telah mengalamai beberapa perubahan yang awalnya menggunakan ejaan van Ophuijsen hingga sekarang menggunakan EYD.

Beberapa waktu belakangan ini tagar #anakjaksel di twitter ramai diperbincangan banyak orang. Fenomena ini menunjuk pada kebiasaan Anak Jakarta Selatan yang berkomunikasi dengan mencampurkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. 

Fenomena bahasa Anak Jakarta Selatan sendiri terjadi karena masuknya pengaruh bahasa Inggris. Hal tersebut memicu banyak orang untuk mengetahui apa yang sedang diperbincangkan. Dimana media sosial ini sangat populer di kalangan artis dan tokoh masyarakat sehingga menarik minat kalangan remaja untuk mengikutinya.

Melalui twitter anak-anak muda saling berinteraksi sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran budaya berbahasa dan salah satunya adalah gaya berbahasa Anak Jakarta Selatan. Sehingga penyebaran gaya bahasa Anak Jakarta Selatan menjadi sangat cepat sehingga terjadi mixing language.

Fenomena tersebut akhirnya menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah hal ini bisa dibilang sebagai budaya populer? “Sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya, mudah dipahami orang banyak, disukai dan dikagumi orang banyak” (KBBI:1989).

Menurut Raymond William dalam Storey (2004), istilah populer ini memiliki 4 makna: “ banyak disukai orang”, “jenis kerja rendahan”, “karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang”, dan “budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri” (Adi: 2011: 10).

Dikutip dari Kompas.com pada Jumat (21/9/2018), situs Spredfast mencatat ada lebih dari 52.000 cuitan mengenai “anak Jaksel” ataupun cuitan dengan tagar #anakjaksel di Twitter dalam 2 minggu pertama di bulan September.

Beberapa kata yang sering digunakan pada penggunaan Bahasa Jaksel, seperti literally, which is, it means, actually, u know, even dan kosa kata inggris lainnya yang digunakan para pengguna twitter pada saat membuat cuitan.

Dampak positif dari fenomena mixing language ini adalah dengan adanya percampuran bahasa seperti ini, remaja menjadi lebih percaya diri saat menggunakan bahasa Inggris. Remaja juga terpacu untuk menguasai kosa kata dalam bahasa Inggris lebih banyak lagi

. Penelitian lain juga menemukan kemampuan lebih dari satu bahasa membuat seseorang dapat memutuskan pilihan dengan lebih rasional. Studi lain pun mengungkap menguasai lebih dari satu bahasa membuat seseorang lebih sensitif terhadap lingkungan.

Dampak negatif dari fenomena mixing language ini adalah karena tidak didasari dengan pemahaman yang benar dan hanya sekedar trend, jadi bahasa Inggris remaja berkembang ke arah yang salah atau faktor jarak kekuasaan atau dalam istilah komunikasi dikenal dengan power distance.

Budaya dan masyarakat Indonesia menganggap bahasa Inggris merupakan bahasa yang lebih tinggi. Di sisi lain, dikhawatirkan penggunaan bahasa Inggris yang terus menerus akan melunturkan kecintaan remaja terhadap bahasa Indonesia.

Editor: Clean

Gamba : Pexels