Banyak hal menarik tentang cowok gundul. Tak kalah dengan gaya rambut tren yang digandrungi saat ini.
Bagi seorang cowok, rambut adalah mahkota. Di pesantren, rambut sebuah kehormatan, sebuah akhlak, dan norma. Bagi yang pernah nyantri di Pondok pasti sangat paham. Sebab ada stigma, santri botak sama dengan nakal.
Karena rambut adalah mahkota, Julius Caesar, raja Perancis yang botak, juga mati-matian mencari resep menumbuhkan kebotakannya. Mulai dari kotoran keledai hingga gigi kuda dijadikan bahan ramuan. Semua itu dilakukan untuk menaklukan Cleopatra.
Sebagaimana yang dilansir BBC (12/10/2016), dunia menghabiskan dana US$ 3,5 miliar atau Rp. 45.000 triliun untuk mengobati kebotakan setiap tahun. Lebih besar dibandingkan dana yang digunakan untuk mengatasi malaria, yang hanya memerlukan US$200 juta atau Rp. 2,5 triliun per tahun.
Sepertinya setelah film Fast and Furious keluar, stigma pria gundul berkurang. Aktor Vin Diesel dan Dwayne Johnson berhasil memberikan perspektif baru. Bahwa laki-laki gundul itu cerdas, macho, dan keren. Menjadi idola para wanita.
Berikut ini hal-hal menarik seputar kepala gundul yang perlu diketahui.
Gundul Simbol Ketangkasan
Pada masa Dinasti Qing (1636 – 1911) di Tiongkok, tren kepada gundul separuh menjadi keputusan negara. Semua pasukan perang wajib gundul separuh. Alasanya adalah agar rambut tidak mengganggu ketangkasan dalam berperang.
Termasuk salah satu tokoh legendaris yang melawan Dinasti Qing adalah Wong Fei Hung. Dia adalah seorang muslim ahli beladiri China sekaligus tabib yang hebat. Dia juga jago dalam memainkan berbagai senjata. Dia juga mencukur rambutnya hingga bersih di depan dan panjang di belakang.
Setelah Sun Yat Sen berhasil menggulingkan kekuasaan Dinasti Qing berbagai tradisi di Tiongkok mulai ditinggalkan. Salah satunya ahli bela diri, ketangkasan, dan kepala gundul, berangsur-angsur lenyap.
Seperti Halnya Para Biksu, Gundul Simbol Kezuhudan
Dalam agama Buddha seorang Bikhu atau Biksu pasti kepalanya gundul. Hal itu dilakukan sebagai simbol kezuhudan. Bagi pengikut Buddha rambut adalah simbol duniawiyah. Kalau mereka memiliki rambut, pasti dia akan disibukan dengan urusan dunia. Dia harus mencukur rambut, harus menyisir rambut, bahkan harus berdandan.
Dibersihkannya rambut dari kepala adalah simbol untuk menjauhi kehidupan duniawiyah. Dengan tidak punya rambut, seorang Biksu tidak lagi memikirkan penampilannya. Mereka tidak lagi memikirkan perhatian dari lawan jenisnya.
Hidup para Biksu juga menjadi lebih simpel dan praktis. Tidak perlu sisir, shampo, dan cermin. Tidak perlu ke salon, creambath, ataupun gaya hidup lainnya yang berhubungan dengan rambut.
Dalam Islam juga demikian. Setiap menjalankan ibadah haji dan umrah dilakukan tahallul. Meskipun boleh memotong sebagian, tapi kebanyakan umat Islam memilih untuk menggundul kepalanya. Ini juga simbol kezuhudan.
Gundul Simbol Perlawanan
Ternyata menggundul rambut juga dapat menjadi simbol perlawanan. “Kalau aku dapat mengalahkan Belanda, maka akan kupotong rambutku” teriak Pangeran Diponegoro di depan pasukannya. Mendengar nazar tersebut, pasukan Muslim menjadi garang di medan perang.
Bung Tomo rupanya juga melakukan hal yang sama. Untuk membakar semangat arek-arek Surabaya, dia juga memotong rambutnya yang gondrong. “Kita akan memotong Belanda, seperti saya memotong rambut ini”, teriaknya. “Allahu akbar, Allahu Akbar…”
Dua kisah di atas menjelaskan bahwa menggundul rambut, dapat menjadi simbol perlawanan.
Mitos Gundul yang Unik
Ternyata masalah gundul juga menarik perhatian pelaku kejawen. Menurut primbon, seorang yang bermimpi kepalanya digundul dia akan mendapatkan malapetaka besar. Kalau dia bermimpi melihat perempuan gundul, maka keluarga dekatnya akan mendapatkan musibah besar.
Para psikolog juga ikut menafsirkan mimpi tersebut. Menurutnya, rambut bagi seorang pria adalah kehormatan, harga diri, dan wibawa. Laki-laki yang bermimpi kepalanya digundul, berarti dia sedang mengalami krisis kepercayaan berat.
Bisnis yang dijalankan dan perusahaan yang diatur sedang mengalami permasalahan akut. Beban berat tersebut menumpuk di bawah alam sadar, kemudian keluar melalui mimpi. Itulah sebabnya Sigmund Freud selalu mengaitkan mimpi dengan keadaan alam bawah sadar manusia.
Ada sebuah pertanyaan mengapa profesor sains dan sejarawan gundulnya berbeda. Kalau profesor sains karena berpikir tentang masa depan, maka gundulnya di depan. Sementara sejarawan karena sering memikirkan masa lalu, maka gundulnya di belakang. Saya yakin ini mitos, bukan fakta.
Setelah membaca artikel ini, sepakat kalau banyak hal menarik tentang cowok gundul?
Tulisan ini juga pernah tayang di IBtimes https://ibtimes.id/hal-hal-menarik-dari-kepala-gundul/
Comments