Stress melanda, mungkin berkebun saat pandemi salah satu solusinya.

Sejak pandemi dimulai di Indonesia, berita-berita yang menyertainya benar-benar membuat saya stres. Sebelumnya, saya sudah mulai merasa ketakutan dengan berita-berita seputar perkembangan Covid-19 di Wuhan, China. Stres tersebut memunculkan berbagai perasaan dalam diri saya, seperti cemas, khawatir berlebihan, parno, hingga overthinking.

Untuk meminimalisir semua itu, sebagai langkah awal, saya memutuskan berhenti sebentar dari beragam kegiatan di media sosial yang notabene sebagai pusat informasi awal yang saya dapatkan tentang dunia luar. Lalu, saya memutuskan untuk mulai berkebun untuk mengembalikan energi positif dan kewarasan dalam diri saya.

Berkebun adalah hal yang menyenangkan. Saya mulai menanam berbagai hal di kebun, seperti aneka bunga, berbagai jenis tanaman toga, hingga buah-buahan. Hal tersebut dapat menyita banyak waktu saya dan secara perlahan-lahan mengembalikan kewarasan saya.

Saya memulai kegiatan berkebun dengan menanam bunga matahari yang bijinya saya dapatkan dari seorang teman. Proses menanam bunga matahari itu gampang-gampang susah. Selain harus menjaga bibit bunga agar nggak dimakan oleh hama, seperti tikus, siput, ulat hingga belalang, dari proses menanam hingga sampai berbunga dan panen juga membutuhkan waktu cukup panjang. Sekitar 3-4 bulan lamanya.

Saya mulai menanam bunga matahari di bulan April dan di pertengahan Juli kemarin baru bisa memanen bijinya. Dalam satu pohon, terdapat 4-6 bunga yang masing-masing bisa menghasilkan puluhan hingga ratusan biji.

Selain itu, saya juga mulai menanam tomat, cabai, kencur, kunyit, sawi, kangkung, serai, hingga bayam yang bijinya didapatkan dari sisa-sisa sayuran yang nggak dipakai ibu di dapur. Berbagai tanaman tadi cukup berguna bagi keperluan dapur sehari-hari. Apalagi, tiap kali sedang memanen, selalu muncul perasaan gembira dan puas karena berhasil mengonsumsi apa yang sudah saya tanam.

Saat bulan puasa kemarin, ketika ibu memasak kolak labu, saya memutuskan untuk menanam bijinya di beberapa tanah lapang sekitar rumah. Saat ini, tanaman tersebut sudah besar dan merambat ke berbagai tempat. Bunga-bunga dan bakal calon buah juga sudah mulai tampak, hanya perlu dirawat dan ditunggu saja hingga buahnya membesar dan matang.

Pengalih Overthinking

Aktivitas berkebun saat pandemi dan merawat tanaman tersebut cukup menyita banyak waktu yang saya miliki. Daripada sibuk merasa overthinking, saya justru malah menghabiskan banyak waktu dengan menyiram dan memperhatikan tanaman-tanaman di kebun. Memberikan mereka nutrisi yang cukup dan menunggu dengan gembira saat-saat akan memanen.

Saya juga menyibukkan diri dengan mencari dan membaca berbagai hal seputar dunia berkebun. Seperti, bagaimana caranya menanam tomat yang baik agar buahnya tumbuh dengan subur dan bunganya nggak ada yang berguguran sebelum menjadi buah. Bagaimana caranya membuat pupuk organik dari bahan-bahan yang ada di sekitar, atau olahan apa saja yang bisa dibuat hanya dengan berbahan dasar bayam.

Tanpa saya sadari, aktivitas berkebun saat pandemi membuat saya sibuk dan nggak lagi merasa cemas dan overthinking berlebihan.

Semakin hari, kasus Covid-19 di Indonesia semakin bertambah banyak. Tapi, saya merasa bahwa diri saya masih waras-waras saja. Aktivitas berkebun tersebut cukup berguna bagi saya dalam menjaga diri agar tetap waras dan nggak gampang panik.

*

Nah, beginilah cara saya untuk tetap menjaga kewarasan dan menjauhkan diri dari stres di tengah masa pandemi yang masih belum diketahui ujungnya ini. Apakah kamu tertarik untuk mencobanya?