Dear, tetangga kos. Silakan bernyanyi tapi pastikan keluar dari kamarmu dan lihat kalau saya sedang tidak ada di kos.

***

Saya tuh kadang suka heran dan bertanya-tanya, mengapa sebagian orang sangat percaya diri, semisal memamerkan suaranya yang jelek minta ampun. Tetangga kos saya begitu: ia sering bernyanyi, atau, lebih tepatnya, berteriak-teriak.

Jujur, saya kesal sekali dengan tetangga kos saya itu, dan kesabaran saya hampir sampai ubun-ubun. Meski  jarak kamar kami kira-kira cuma 20 langkah, tapi mau  negur langsung kok ya ndak tega dan malas.

Cara Alternatif Menegur Tetangga Kos

Apa mau dikata, ini mungkin konyol, tapi akhirnya saya temukan juga cara alternatif menegur tetangga kos. Yap, gunakan jasa Millenialis.id. Terima kasih Millenialis.id.

Jadi, yang sedang kalian baca ini, tak lebih dari curhat dengan bumbu-bumbu: Cara menegur tetangga kos yang sering nyanyi tapi suaranya jelek minta ampun. Kalian yang punya masalah serupa, boleh banget pakai cara ini.

***

Baiklah, jadi begini, sebagai makhluk dengan kepekaan telinga yang masih normal, tentu saya merasa terganggu. Sebab selain pita suaranya buruk, ia berteriak dalam bahasa yang sama sekali tak dimengerti: Disebut Inggris tapi pronounciation-nya jauh dari kata bagus. Disebut Jepang juga tak layak, apalagi Jawa. Kok ya ndak cocok dan ndak ada unsur koplo-koplonya. Tetangga kos saya tuh gitu, maksa banget kalau nyanyi ndak mau pakai bahasa Indonesia.

Pokoknya, saking buruknya kemampuan berteriak atau yang dia sangka bernyanyi itu, saya bahkan tak bisa menulis lirik lagu yang keluar dari mulutnya, satu atau dua kalimat, blass sama sekali ndak bisa.

Setelah diamati dari jauh, tetangga kos saya itu berteriak dengan melihat teks dari video yang diputar sebagai alat bantu, ala-ala karaoke begitu.

Tapi hal di atas tak membantunya sama sekali, tetap saja dia mengucapkan dengan cara yang paling buruk, sehingga ketika mampir di telinga saya, terdengar seperti sedang berkumur-kumur dengan air comberan. Pokoknya ra jelas blass.

Saya merasa tak nyaman tapi sedikit bingung, dan untuk itulah saya sengaja beri dia catatan khusus ini, biar dia tau kalau saya adalah laki-laki Sumatera yang berhati lembut, berperangai baik, dan tentu saja, menjunjung tinggi sila ketiga Pancasila: Persatuan Indonesia.

Saya tak mau berbicara dalam bahasa yang kasar, atau baik sekalipun hanya demi menegur suaranya yang sialan jelek itu. Atau membuang-buang tenaga untuk menampar mulutnya bolak-balik, atau melempar kaca mata bulatnya ke lantai, atau menjambak rambut keritingnya.

Astaghfirullah. Kesel banget deh sumpah, tapi sungguh, demi Neptunus dan atas nama ibu kos, saya tak mau hal-hal kasar atau premanisme itu terjadi. Sekali lagi, saya laki-laki Sumatera yang Pancasilais, tak mengamini kekerasan.

Demi mencegah itu semua, jadi, saya punya dua skenario: Pertama, menyalin ulang inti dari catatan ini dalam medium yang lain, bisa lewat tulisan tangan atau nanti saya cetak lalu selipkan kertas itu untuk dibaca langsung oleh tetangga kos yang berengsek itu.

Kedua, dan ini yang sedang saya lakukan, misi utama saya menulis catatan ini agar di antara klen hendaknya bersedia melempar catatan ini ke kontaknya. Sekali lagi, kirim tautan catatan ini ke tetangga kos saya itu. (Maaf, saya tak menyimpan kontak penyanyi).

Atau demi kebaikan bersama, bagi klen yang punya kasus serupa boleh coba cara seperti ini. Tapi tenang, ini kan sudah saya wakilkan. Jadi, tinggal kirim aja tautan tulisan ini ke mereka yang bersuara Naudzubilllah.

Ringkasnya, ‘paket pesan’ yang berisi peringatan ini masih akan berlaku hingga 3-5 hari ke depan. Andai tak diindahkan dan tetangga kos saya itu atau mungkin tetangga kos kalian masih berteriak tak karu-karuan, Berarti bisa diasumsikan, catatan ini belum dia baca, dan terpaksa saya harus pakai cara yang pertama.

Dan kalaulah masih tak mempan, maka maafkanlah, lebih baik saya keluar dari zona introvet dan berhenti jadi pemuda yang patuh serta mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

***

Dear, tetangga kos. Dengan segala kerendahan hati, saya mau bilang terima kasih karena sudah menguji kesabaran selama ini.

Kira-kira, mau menerima kebaikan jenis apa? Pokoknya saya siap loh untuk kasih apapun. Beneran deh, kamu mau, kan?

Penulis: Gigih Imanadi Darma

Penyunting: Aunillah Ahmad