Selain bernafas yang menjadi kebutuhan utama dalam hidup, uang menjadi kebutuhan yang paling banyak digemari orang. Bayangkan saja, dengan memiliki uang yang banyak kita bisa membeli apa pun yang kita inginkan. Di satu sisi, sesuatu yang berlebihan juga tidak baik bagi alam semesta ini. Bayangkan saja apabila siang tanpa ada malam, kita tidak akan tahu indahnya cahaya rembulan bersama pasangan. Karena hidup ini diciptakan dengan keseimbangan.

Ketika kita tidak punya uang, bukan berarti hidup kita berhenti seperti nafas yang bercerai dengan oksigen atau sederhananya orang mati. Padahal, hidup ini warna-warni dan bisa jadi ketiadaan tersebuti membuat kita lebih berarti. Sebab, kita tidak akan lupa diri sebagai makhluk sosial yang selalu terikat dengan lainnya.

Saat punya uang, mungkin kita sibuk belanja ke sana ke mari sampai lupa tetangga belum makan sehari. Sedangkan semut saja peka dengan semut lainnya jika ada gula yang belum terbagi rata. Mereka tanpa pikir panjang langsung bergotong royong tanpa ada perintah dari pak mentri.

Uang Itu untuk Transaksi Bukan Memperkaya Diri

Uang memang sangat berarti untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi jika kita cermati, uang itu tidak lain hanya lah sebatas transaksi. Ketika kita membeli roti, uang yang kita miliki akan kita berikan kepada penjual roti, begitu pun dengan penjual roti akan menggunakan uangnya untuk membeli keperluan supaya bisa berjualan roti lagi. Begituah siklusnya.

Maka, uang itu tidak ada lagi pada si pembeli dan roti tadi sejatinya yang memenuhi kebutuhan diri akibat perut yang lapar. Setelah memakan roti tersebut, tubuh menjadi berenergi dan uang bisa dicari lagi. Karena hakikatnya adalah untuk transaksi bukan memperkaya diri. Jadi teringat kasus korupsi.

Terkadang lucu saja melihat mereka yang terjerat kasus korupsi. Penulis tak paham apa yang mereka cari dalam hidup ini sampai rela masuk TV dengan mencoreng nama sendiri. Apakah mereka tidak pernah makan roti atau tak pernah melihat indahnya cahaya rembulan bersama sang pujaan hati? Entahlah, yang pasti semakin ke sini, semakin sulit teratasi.

Manusia memang identik dengan salah dan lupa. Dalam penggalan awal lagu Nadin Amizah, hidup berjalan seperti bajingan memiliki makna yang dalam sekali. Tanpa ada bumbu, masakan menjadi hambar dan rasa yang dihasilkan tentu adalah tamparan. Manusia seperti mati suri jika tidak tahu apa arti hidup ini. Padahal sang pangeran maut telah menanti setiap hari.

Gambaran Keindahan Hidup yang Ideal

Mungkin dalam hidup ini, kita wajib memiliki penggaris, supaya kita bisa menggambar keseimbangan dalam hidup ini. Tidak hanya menggambar secara horizontal saja, tetapi juga menggambar secara vertikal. Tanpa disadari “kelupaan diri” tadi, mungkin akibat terlalu banyak menggambar secara horizontal.

Jadi saat ini, mumpung tidak ada tambahan biaya yang dapat menguras isi dompet, tak ada salahnya memulai menggambar secara vertikal supaya terlihat lebih indah dari sebelumnya. Karena keindahan itu relatif. Dunia penuh dengan simbol-simbol sehingga bila simbol-simbol ini digambar secara horizontal dan vertikal, maka akan tampak keindahan gambar yang ideal.

Mencari uang memang perlu, tetapi terlalu memikirkan uang adalah hal absurd yang tidak perlu dipikirkan. Jangan sampai kita diperbudak oleh uang, tetapi uanglah yang seharusnya diperbudak oleh kita. Karena uang itu ada karena kita, bukan sebaliknya.

Editor: Nirwansyah

Ilustrasi: Lovepik