Bekerja di startup saat ini merupakan impian hampir semua generasi muda. Banyak yang tertarik di indsutri ini karena dianggap bisa bekerja sesuai dengan passion. Fasilitas yang menggiurkan seperti tempat kerja yang nyaman, tanpa harus menggunakan seragam, snack gratis, area istirahat dan fasilitas bermain di kantor menjadi daya tarik tersendiri. Bahkan tren video menunjukkan “a day in my life” sambil menunjukkan aktivitas bekerja dan membeli makanan saat jam kerja hingga pulang kerja.
Kehidupan startup identik dengan anak muda dengan kratifitas yang tanpa batas. Tak heran jika gaya hidup mereka dengan membeli kopi seharga Rp50.000 tentu bukan hal yang aneh. Fenomena ini terkadang membuat kesenjangan sosial. Bagi generasi yang sebelumnya mengandalkan gaji mereka untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan keluarga tentu menjaid beban tersendiri. Sedangkan beberap dari mereka yang sudah memiliki privilege dan bekerja untuk mencari pengalaman tentu berbeda. Disinilah titik mula timbulnya beberapa orang yang rela menggunakan paylater atau berhutang demi memenuhi gaya hidup berkedok self reward dengan traveling rutin, menonton, karaoke hinga membeli barang branded.
Jika kamu termasuk salah satu yang ingin kerja di startup, pertimbangkan terlebih dahulu apakah kamu memiliki poin berikut!
Bekerja dengan waktu fleksibel
Bekerja di startup memang terkesan santai karena digadang-gadang memiliki waktu yang fleksibel, padahal hal tersebut sebaliknya. Bahkan jika dibutuhkan, waktu malam pun waktu yang biasa untuk bekerja bagi anak startup. Bahkan di hari libur pun harus siap menerima notifikasi pekerjaan muncul di ponsel. Jangan heran bahkan saat liburan ataupun cuti, membawa laptop merupakan hal yang biasa. Jika kamu tergolong orang yang memiliki waktu kerja yang tertata, bekerja di korporat merupakan pilihan yang tepat.
Bisa survive dalam berbagai keadaan
Bekerja di startup tidak seindah yang ditampilkan. Fasilitas yang di dapatkan umumnya sesuai dengan tekanan kerja yang tinggi. Ritem kerjanya juga mengalami tantangan dan harus memenuhi target yang ditetapkan perusahaan. Jenjang karir di startup memang tergolong cukup mudah di startup, jika kamu berprestasi maka cenderung mudah untuk promosi jabatan. Berbeda halnya dengan korporat yang harus melalui jalan penuh liku untuk mencapai posisi tertentu.
Tidak berharap salary yang stabil
Beberapa startup bahkan sudah menerapkan gaji yang cukup menggiurkan bagi karyawannya. Namun jangan terkecoh dengan hal ini. Sustainable startup tidak bisa dipertaruhkan. Industri ini tidak bisa di prediksi apakah akan bertahan hingga 10 tahun mendatang layaknya korporat. Tak sedikit startup yang harus tutup meski namanya sudah dikenal masyarakat luas karena masalah pendanaan yang bermasalah. Jika ingin mendapatkan kepastian di bidang gaji, koroprat merupakan pilihan yang tepat.
Hindari menggunakan sistem kredit dalam jangka waktu anjang jika kamu masih bekerja di startup, Hal ini untuk menekan risiko yang terlalu tinggi. Bahkan baru-baru ini beberapa perusahaan start up harus lay off karyawan dalam jumlah yang tidak sedikit. Siapakan dana darurat minimal tiga kali gaji agar keuanganmu aman ketika memutuskan untuk resign ataupun kelak jika terjadi lay off tanpa di duga.
Lika-liku startup mengalami pasang surut. Bahkan saat pertama kali didirikan tentu startup harus berani mengambil risiko dalam kondisi apapun. Namun tidak selamanya startup bisa promosi dengan mengandalkan pendanaan, harus ada provit yang di dapatkan. Setiap pekerjaan memiliki tingkat stress masing-masing. Pastikan kamu sudah memahami konsekuensinya saat memilih pekerjaan. Jadi dengan fenomena di atas, kamu cocok atau tidak untuk bekerja di startup?
Editor : Iz
Gambar : Pexels
Comments