Setiap manusia memiliki kisahnya sendiri. Saat seseorang berjalan di tengah kerumunan orang banyak, ia telah berhasil menciptakan kisahnya hari itu. Waktu terus bergerak, tahun 2022 merupakan angka tahun yang menunjukkan bahwa bumi sudah menjadi begitu tua, menandakan bahwa manusia telah mengalami beragam revolusi hingga detik ini.

Mengawali setiap tulisan di tahun ini, saya menetapkan pilihan untuk pada akhirnya membaca Buku I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokkikarya Baek Se Hee. Buku ini memberikan kisah dari kehidupan kecil yang dijalankan Baek Se Hee, penulis yang mengidap depresi berkepanjangan dan gangguan kecemasan hingga ia memutuskan untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog.

Melalui buku ini, saya sadar bahwa memang benar kecemasan yang dimiliki orang lain itu pasti juga dimiliki oleh sejumlah orang lainnya. Kita hidup di dunia yang selalu menilai satu sama lain dan berusaha untuk menjadi sebuah kesempurnaan, meskipun pada akhirnya hal itu hanya membuat diri sendiri lelah.

Buku ini menyajikan banyak emosi ketika manusia hanya memiliki 1 tubuh saja. Buku ini mengangkat perilaku umum dimasyarakat tentang sebuah standar yang ditetapkan oleh orang lain. Bahkan melalui proses pengobatan yang dilaluinya, penulis menyadari bahwa dia menciptakan sebuah standar yang pada akhirnya mengurung dirinya sendiri.

Risiko untuk dinilai dan memberikan penilaian, ketika manusia selalu memberikan keinginan dan ketika kita merasa bahwa diri sendiri adalah yang paling menderita saat melihat orang lain terlihat baik-baik saja.

Pada kata pengantar disampaikan sebuah kalimat ;

“Saya penasaran pada orang-orang yang sama sepertiku, mereka yang terlihat baik-baik saja di luar, tetapi memiliki ketidakjelasan dan luka di dalamnya.

Kalimat ini menjadi awal yang membuat saya juga ikut berpikir dan menjadi langkah awal untuk menyadari bahwa saya tidak pernah sendiri dalam merasakan emosi dan luka seperti ini. Mungkin penyebabnya bisa dalam bentuk yang berbeda, tetapi rasanya akan tetap sama.

Saya juga dibuat terbuai melalui pesan yang disampaikan di awal pengobatan oleh psikolog mengenai kecenderungan penulis yang menyesali keputusan atau tindakan yang dibuatnya,

“Anda menjadikan hal yang bisa dikritik oleh orang lain menjadi tanggung jawab anda sendiri.”

Manusia terkadang terlalu menuntut dan memaksa dirinya untuk bisa menyelesaikan segala sesuatunya sendiri tanpa mengetahui limitnya dan berakhir terluka. Manusia terkadang terlalu fokus pada suatu masalah yang ada dihadapannya, sehingga melupakan keberadaan orang lain. Manusia terkadang terlalu fokus pada kehidupan pribadinya, sehingga melupakan permasalahan yang ada disekitarnya.

Kita terkadang suka membuat hal yang sebenarnya sederhana menjadi terasa berat karena merasa bahwa itu adalah tanggung jawab yang perlu dilakukan, tetapi ketika hal tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita akan merasa bahwa diri kita adalah sebuah kegagalan.

Padahal nyatanya, kondisi yang kita miliki merupakan bentuk mekanisme emosi yang diciptakan oleh diri sendiri untuk dinilai bahwa kita “baik” dan “bernilai” di masyarakat.

Penilaian yang muncul akibat sebuah standar tidak diciptakan oleh orang lain, tapi dari diri sendiri. Standar yang kita sematkan pada diri sendiri untuk menjadi kriteria idealnya, sehingga memaksa orang lain untuk ikut memenuhi standar milik kita.

Hal lain yang saya temukan dalam buku ini dan membuat saya merasa tertohok adalah mengenai bagaimana kita selalu mendorong diri sendiri untuk bertindak lebih dan lebih.

“Anda melihat diri anda sendiri dengan amat negatif dan pesimis. Anda terus melihat diri anda sebagai sosok yang harus selalu mengembangkan diri dan berubah.”

Saya rasa kalimat ini bisa menyebabkan kesalahpahaman bagi sebagian orang. Manusia memang akan terus berkembang dan berubah, it’s true. Tapi lain halnya jika kamu memaksa dirimu untuk berkembang dan berubah karena selalu merasa tidak puas atas pencapaian yang kamu dapatkan.

Hal ini juga yang menyebabkan kamu memandang rendah dirimu yang selama ini berusaha untuk mencapai seluruh hal tersebut. Terkadang ketika manusia sudah mendapatkan hal yang ingin diraih, maka ia akan cenderung melupakan bagaimana memuji dirinya atas pencapaian itu, dan berusaha memiliki pencapaian yang lebih tinggi.

Itu bagus untuk memiliki mimpi, harapan dan tujuan yang tinggi. Tetapi jangan jadikan hal itu menjadi alasan untuk memaksa dirimu melakukan hal yang lebih dan lebih hanya untuk memuaskan ekspektasi mu atau ekspektasi orang lain. Diri mu membutuhkan pengakuan, tapi dia juga butuh untuk dimengerti.

Melalui buku ini, saya paham bahwa melakukan perubahan dan pengembangan diri itu bagus jika mengarah pada hal yang positif, tapi ini menjadi hal yang tidak baik ketika proses itu dilakukan hanya untuk mencapai ekspektasi diri sendiri. Dan Baek Se Hee menyampaikan pesan itu dengan sangat baik.

Editor: Ciqa

Gambar: detik.com