Halo, sobat milenial! Tidak bisa dipungkiri, kini media sosial sudah menjelma bak bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Setiap hari, kita disuguhkan dengan tren, istilah, dan frasa baru yang seringkali membuat kita ingin ikut “kekinian”. Salah satu istilah yang marak digunakan belakangan ini adalah “inner child“. Kamu mungkin sudah sering mendengar istilah ini di media sosial, entah itu menemukannya pada postingan temanmu, kolom komentar, hingga konten video yang tiba-tiba muncul di beranda. Penggunaan istilah “inner child” seolah menjadi hal yang lumrah untuk dikait-kaitkan dalam berbagai pembahasan. Tapi apakah kamu benar-benar tahu apa makna sebenarnya di balik istilah yang sedang overused ini? Nah, di artikel kali ini, kita akan mengungkap makna sebenarnya dari “inner child” dan melihatnya dari sudut pandang yang menarik.

Inner child Lebih dari Sekedar Tren Media Sosial

Dalam era media sosial yang semakin berkembang seperti sekarang ini, istilah “inner child” telah menjadi populer dan sering digunakan. Dalam sehari mungkin kamu akan menjumpai banyak konten yang menggunakan istilah tersebut entah di Twitter, Instagram, Facebook, hingga beranda Tiktok. Namun, apakah kamu tahu bahwa inner child sebenarnya bukanlah sekadar tren yang menyenangkan? Di balik istilah ini, terdapat aspek psikologis yang mendalam dan layak untuk dipahami semua orang agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan istilah “inner child” tersebut.

Makna  inner child sesungguhnya merujuk pada bagian dalam diri kita yang merupakan representasi dari masa kecil kita. Banyak orang mungkin menganggapnya sebagai nostalgia yang manis atau kenangan indah, tetapi sebenarnya inner child mencakup lebih dari itu. Inner child juga mengandung pengalaman traumatis yang mungkin terjadi dalam masa kecil kita. 

Ketika bicara tentang inner child yang terluka, sebenarnya kita ngomongin tentang luka-luka masa kecil yang bisa ngebawa pengaruh sampai kita dewasa. Intinya, inner child itu layaknya urusan yang belum selesai dari masa lalu yang bisa bikin masalah pada kehidupan kita sekarang, terutama dari sisi emosi dan kesejahteraan mental.

Bayangin aja kayak punya beban dari masa lalu yang masih terpendam di hati kita. Misalnya, pengalaman traumatis atau kekurangan yang kita alamin waktu kecil, bisa ngingetin kita sama rasa sakit dan perasaan negatif lainnya. Nah, itu semua berpengaruh pada perkembangan emosi dan kesehatan mental kita saat ini.

Jadi, inner child yang terluka itu bisa jadi punya dampak negatif yang bikin masalah kejiwaan, seperti gangguan emosi, kecemasan, atau bahkan depresi. Untuk itu istilah inner child tidak bisa sembarangan kita gunakan tanpa mengerti makna yang sebenarnya.

Kenal dengan Trauma Masa Kecil, Penting lho!

Penting bagi kita untuk menyadari bahwa inner child tidak hanya tentang kenangan menyenangkan, tetapi juga tentang trauma yang pernah kita alami. Inner child menjadi jendela yang memberi kita wawasan tentang akar masalah dan tantangan yang mungkin kita hadapi dalam hidup. Untuk itu, ketika kita merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan diri kita apalagi hal tersebut menyangkut tentang kenangan masa kecil kita, jangan sampai kita denial terhadap perasaan tersebut. Sebaliknya, akan lebih baik ketika kita mencoba menerimanya dan mendiskusikannya dengan orang profesional terkait hal tersebut.

Menghadapi inner child adalah langkah awal yang penting dalam proses penyembuhan diri. Dengan mengakui dan memahami trauma masa kecil kita, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri dan memulai proses penyembuhan yang lebih menyeluruh. Tentu ini juga akan membantu hidup kita berjalan dengan lebih baik kedepannya. 

Mengeksplorasi Emosi dan Mengatasi Trauma

Proses menggali inner child memungkinkan kita untuk mengakses emosi yang mungkin telah terpendam dalam diri kita sejak lama. Mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi yang terkait dengan trauma masa kecil adalah langkah penting dalam proses penyembuhan.

Dalam menghadapi inner child, penting untuk memberikan diri sendiri ruang untuk merasa dan mengalami emosi yang muncul. Bekerja sama dengan seorang terapis atau mempraktikkan teknik penyaluran emosi seperti seni, menulis, atau meditasi dapat membantu kita mengatasi trauma dan memulihkan keseimbangan emosional.

Meskipun menghadapi inner child dapat menjadi proses yang menantang, itu adalah langkah yang penting untuk memperoleh kekuatan dan keberanian dalam penyembuhan diri. Dalam perjalanan ini, penting untuk berbicara dengan kelembutan pada diri sendiri dan memperlakukan diri dengan penuh pengertian dan kasih sayang.

Mengenali dan memahami inner child kita bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan bagian dari perjalanan panjang yang menuju kesembuhan dan keseimbangan. Dalam proses ini, kita dapat mengasah kepekaan emosional kita, memperkuat ikatan dengan diri kita sendiri, dan membangun pondasi yang kokoh untuk kesejahteraan mental dan emosional jangka panjang.

Yuk, Menjadi Bijak!

Kini, kita sudah lebih mengenal tentang makna inner child yang sebenarnya. Maka, harus kita sadari bahwa inner child bukan sesuatu untuk dibanggakan dan dijadikan konten semata hanya karena sedang tren di media sosial. Lebih dari itu, inner child merupakan sesuatu yang serius untuk dihadapi oleh seseorang. Untuk itu, mari menjadi pengguna media sosial yang lebih bijak dalam menyebarkan sesuatu dan mengikuti tren, jangan sampai kita membagikan hal yang tidak kita tahu pasti kebenarannya. Karena, media sosial yang aman terbentuk dari orang-orang yang bijak dalam menggunakannya. 

Editor: Bunga

Gambar: Google