Kata Adalah Rasa adalah sebuah antologi puisi cinta yang ditulis oleh belasan penulis muda. Antologi ini telah terbit pada Februari kemarin yang diinisasi oleh sebuah organisasi mahasiswa di kampus saya di Jakarta.
Kata cinta selalu menyedot perhatian baik secara lisan maupun tulisan. Dari lagu, pidato, puisi, dan novel yang menggunakan kata dan makna cinta. Kata tersebut memiliki makna universal yang mudah dipahami banyak orang dan mudah tersampaikan.
Kata Cinta
Setiap penulis memiliki gambaran sendiri bagaimana mengimajinasikan kata cinta dalam setiap kata dan bait puisinya. Perasaan sedih, bahagia, sukur, dendam, sakit hati adalah emosi yang ingin disampaikan penulis dalam bentuk puisi.
Mengutip dari Mustafa Ismail, cinta tak sekedar rasa, tetapi adalah refleksi dari sikap, perilaku, dan pikiran manusia. Ia jauh lebih luas dan dalam dari cuma perasaan selalu ingin bersama, rindu, kecewa, keluh kesah, dan perasaan sentimentil lainnya.
Sebut saja Sapardi Djoko Damono dan Kahlil Gibran yang kebetulan adalah penyair favorit saya. Mereka mampu mengekspresikan makna cinta dengan berbagai judul puisi. Bait-baitnya mampu meluluhkan siapa saja yang membacanya dan selalu sukses memberikan emosi yang bisa dirasakan oleh para pembaca.
Mereka yang memutuskan menikah adalah buah cinta, menyatukan dari berbagai bentuk perbedaan ras, agama, bangsa, adat, kebiasaan, hobi merupakan wujudnya yang bisa menyatu dan menerima satu sama lain. Tentu, cinta bukan soal menikah saja, yang bisa menerima dan memberikan satu sama lain.
Kumpulan puisi ini mungkin belum bisa sekelas puisi-puisi Sapardi Djoko Damono ataupun Kahlil Gibran. Namun, ini adalah bentuk ikhtiar untuk mengajak banyak orang untuk menulis sastra, membacanya, dan menghidupkan sastra. Bahwa menulis adalah sebuah bentuk ikhtiar akan hausnya membaca buku.
Terkhusus Indonesia yang masih berada di urutan terbawah dalam hal literasi, dengan hadirnya sebuah buku adalah bentuk usaha kecil untuk membangun literasi. Saya selalu ingat kata-kata Soesilo Ananta Toer, Indonesia membangun melalui Indonesia membaca menuju Indonesia menulis.
Kalimat Soesilo Ananta Toer adalah sebuah mimpi besar yang harus diwujudkan. Jangan sampai rekor literasi terbawah di dunia ini terus di pegang oleh Indonesia. Sudah saatnya generasi muda membumikan budaya literasi, baik itu dalam bentuk menulis, membaca, dan berdiskusi. Salam Literasi!
Editor: Nirwansyah
Comments