Menikmati secangkir kopi di pagi hari diyakini dapat mengundang energi positif untuk siap menghadapi kehidupan hari-hari. Kandungan kafein pada kopi dapat meningkatkan adrenalin sehingga menjadi lebih berenergi. Di samping itu, kopi juga dapat meningkatkan fokus dan kewaspadaan otak.

Sebuah penelitian baru dalam jurnal yang berjudul Consciousness and Cognition menemukan fakta bahwa minum kopi membantu meningkatkan konsentrasi, tapi tidak berpengaruh dalam meningkatkan kreativitas. Perlu digarisbawahi bahwa meningkatkan kerja otak dan mencerdaskan otak merupakan hal yang sama sekali berbeda. Tentu semua orang akan memilih minum kopi dari pada belajar bila hal tersebut dapat terjadi.

Meski kopi memiliki manfaat besar terhadap otak, namun tidak semua orang dapat menikmati secangkir kopi panas. Menyeduh kopi dapat menjadi hal yang mereka damba-dambakan. Sebenarnya, setiap pribadi memiliki kadar yang berbeda-beda dalam penerimaan tubuh terhadap kefein.

Kopi dan Kafein

Pada umumnya, seseorang dapat mengonsumsi sebanyak 400 mg kafein per hari. Dalam beberapa kasus, orang yang merasakan dampak negatif dari mengonsumsi kafein biasanya karena kadar kafein dalam tubuhnya sudah terlalu banyak alias berlebih. Sehingga, bisa saja orang yang mengaku tidak bisa minum kafein sebenarnya masih bisa menikmati kopi berkafein, dengan syarat disesuaikan dengan kadar ukuran yang dapat diterima oleh tubunya.

Melalui dekskripsi di atas dapat dipahami bahwa seseorang menjadi tidak menyukai kopi karena tidak bisa mengonsumsi kafein. Padahal, kafein tidak hanya terdapat pada kopi. Bila seseorang tidak dapat mengonsumsi kafein, hendaknya perlu diperhatikan pula jenis makanan dan minuman lain yang mengandung kafein.

Berikut makanan yang mengandung kafein, di antaranya coklat, minuman bersoda, kuaci, teh, sereal, obat penghilang rasa sakit, permen karet, matcha, dan sebagainya. Kafeinlah yang perlu dijauhi, bukan kopinya karena kafein tidak hanya ada pada kopi. Saat ini terdapat kopi yang rendah kafeinnya yang dapat menjadi alternatif bagi yang suka ngopi, namun tidak bisa mengonsumsi kafeinnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa orang yang tidak dapat menerima kafein dalam tubuhnya tidak hanya perlu menjauhi kegiatan ngopi, tetapi juga jenis makanan atau minuman lainnya yang mengandung kafein. Tentu jumlah kafein terbanyak tetap ada pada kopi, namun bila makanan dan minuman lainnya juga dikonsumsi dalam jumlah besar tidak menutup kemungkinan kadar kafeinnya akan setara dengan secangkir kopi.

Editor: Nirwansyah

Gambar: Era Madani