Apa yang terlintas ketika mendengar nama Italia? Cappucino? Andrea Pirlo? Atau bangunan-bangunan di kota Roma? Tapi kini, satu nama menyempil lebih dari olahan makanan, minuman atau kejayaan sepak bola, cerita kejayaan AC Milan dan segala yang identik dari Italia lainnya, mereka adalah Måneskin.

Måneskin: Bintang Baru Italia

Band beraliran Rock and Roll yang memadukan apik dengan pop, funk, reggae, dan ska. Kendati nama Måneskin dalam bahasa Denmark berarti “Cahaya Bulan”, tapi Måneskin adalah bintang baru dari Italia. Sekelompok anak muda yang membuat publik Italia bangga sebagaimana Donnaruma di sepak bola.

Sejujurnya saya mesti berterima kasih kepada Spotify. Berkat kerandoman memutar lagu di tangga lagu dunia, saya mengenal band satu ini. Ya, sebuah kejutan kala band dari Italia dengan lagu yang berbahasa Italia menyempil di antara deretan tangga lagu dunia. Pun membawakan genre “rock”, kehadiran yang turut pula dimaknai sebagai semangat dari kompleks inferioritas, begitu kata para pengamat.

Sebagai pemuda yang cenderung sulit mengikuti progresi musik, jarang sekali rasanya memutar lagu di Chart Global pilihan saya. Pun lebih jarang lagi kembali mendengar lagu berbahasa asing (dalam artian di luar bahasa Indonesia dan Inggris). Akan tetapi, kehadiran mereka lebih dari sekadar “Despasito”. Riff kasarnya di intro lagu “Zitti E Bueni” tanpa basa-basi membuat langsung terpikat dan sumringah menyambut musik rock di tangga lagu dunia.

Pun lewat lagu andalannya “Zitti E Bueni” yang bermakna sebagai seruan bagi orang-orang untuk merayakan keunikan mereka, Måneskin didaulat sebagai pemenang Eurovision edisi ke-65 di tahun ini. Kemenangan Måneskin di Eurovision kali pertama bagi Italia semenjak tahun 1990-an.

Selepas itu pula, band yang berisikan anak muda yang sudah mulai nge-band semenjak sekolah menengah dan diisi anak muda kelahiran 1999-2001-an. Kemudian mereka juga pernah mengikuti X-Factor Italia sehingga dikenal dan menduduki tangga lagu UK sebagai yang pertama semenjak absen dari tidur panjangnya.

Dikenal Dunia

Lebih mengejutkan, hadirnya Måneskin di tangga lagu Inggris, merupakan kali pertama bagi band rock berbahasa asing (di luar bahasa Inggris) setelah Rammstein Jerman yang menyempil di tangga lagu Inggris. Pun kini lagunya, di Spotify dengan 10 juta pendengar menyamai torehan band rock besar dunia sekelas Muse dan Pearl Jump, setidaknya sampai bulan Juni tahun ini di Spotify. Dengan lagu andalannya “Zitti E Bueni”, kini dunia mengenal Måneskin sebagai pelawan stigma Italia dengan rock and roll-nya.

“Zitti E Bueni” sejatinya merupakan lagu dari album kedua. Sebelumnya, album pertama mereka berjudul “I dallo della vita” 2018 silam. Album kedua mereka berjudul “Teatro d’ira-Vol 1” yang kata personilnya, masih merupakan awal dari gebrakan yang lebih besar. Masih “Vol 1” katanya.

Berisikan delapan lagu yang didominasi lagu berbahasa Italia, album mereka dibangun dan terinspirasi dari mereka sendiri. “Zitti E Buenni” atau dalam bahasa Indonesia berarti “Teater Muka” merupakan manifestasi terhadap kemarahan mereka sebagai generasi muda. Kemarahan yang kata mereka bakal mengarah kepada kembali dan perubahan.

Bagi musik rock, khususnya di Italia, kehadiran Måneskin merupakan kelahiran kembali musik rock sekaligus melawan kompleks inferioritas. Seperti prolog di salah satu artikel Rolling Stones Italia, yang katanya musik rock bakal hidup di progresi zaman. Namun, satu yang perlu disadari, bahwa musik rock ada tak lebih sebagai estetika, bahwa rock berarti keren.

Akan tetappi, Måneskin hadir lebih dari sekadar estetika musik rock. Mereka hadir berusaha menjadi diri mereka sendiri, mereka adalah rock. “Rock” yang lebih dari sablonan kaos-kaos band legend yang dikenakan para figur publik dan kawula muda. Mereka membawa rock kembali pada telinga dunia, lantas muncul di layar-layar digital hasil dari peralihan zaman.

Tak peduli selera mainstream kini, mereka anak muda yang hanya ingin menjadi diri mereka sendiri. Seperti kata para personilnya, “We just wanted to say to the whole Europe, to the whole world, rock and roll never die.” Anak muda, berani, beda, rock, dan Italia. Ya, sebagai insan yang usianya hanya terpaut bulan dari mereka, senang rasanya ikut dalam perkembangannya.

Editor: Nirwansyah

Foto: Zimblo