Puasa Ramadan punya banyak manfaat baik secara spiritual, fisik, sosial, mental (psikologis), dan lain-lain. Mungkin sobat milenialis sekalian lebih sering mendengar manfaat spiritual dari ibadah puasa yang disampaikan oleh khatib di masjid-masjid, ya kan?
Meskipun sambil ngantuk, nyandar ke pilar, atau sambil main HP, setidaknya sobat milenialis mendengar keyword “bertakwa” untuk mencari manfaat puasa Ramadhan secara spiritual. Dibalik puasa Ramadan ternyata juga banyak aspek sosial dan psikologisnya, lho.
Manfaat Interaksi Sosial Bulan Ramadan
Misalnya nih, bagi sobat yang berada di perantauan tak jarang yang menghabiskan waktu ngabuburitnya di masjid dengerin tausiyah. Asal masjid tersebut menyediakan iftar. Lumayan kan ya bisa buka puasa dari infak jamaah.
Well, dari kegiatan tausiyah menjelang berbuka tadi kita bisa makin akrab dengan jamaah lain. Seperti yang biasanya cuma sholat jamaah sebelahan tanpa menyapa, sekarang bisa makan bareng kemudian ada interaksi, minimal dari basa basi tersebut ada saling tukar informasi pribadi. Syukur-syukur kalau ada jamaah yang nawarin kita kerja.
Kejadian saat Buka Bersama
Kejadian ini pernah saya amati di tahun 2018. Kebetulan saya warga lokal yang jadi panitia bukber masjid. Seperti biasa karena masjidnya sangat strategis dengan kampus, maka masjid ramai oleh mahasiswa yang mengikuti tausiyah menjelang berbuka.
Ada satu mahasiswa yang paling ramah karena selalu menyapa panitia ketika baru datang. Rutin kami lakukan basa basi setiap harinya sembari saya menyiapkan iftar untuk jamaah. Akhirnya saya saling bertukar informasi dengan mahasiswa ini. Mulai dari mana berasal, kuliah di mana, menempuh jurusan apa, tinggal di mana, dan sebagainya.
Mahasiswa ini rajin datang paling awal bahkan sebelum dimulainya tausiyah. Nah, karena sebagian besar panitia datang agak terlambat, akhirnya mahasiswa tersebut juga saya minta tolong untuk bantu menyiapkan iftar sampai panitia yang lain berdatangan.
Hingga memasuki akhir Ramadan, panitia bukber mulai tidak istiqomah untuk membantu masjid. Mungkin karena berbagai hal sebagian besar panitia menghilang dan tinggal dua panitia tersisa di masjid. Mahasiswa yang ramah tadi konsisten datang ke masjid, ya mau tidak mau saya minta dia untuk membantu karena memang tidak ada lagi panitia.
Kok kebetulan saja masjid kami baru melakukan renovasi, sehingga saat itu sudah tampak megah. Hanya saja, posisi marbot untuk mengurus masjid sehari-hari sedang kosong. Sehingga jajaran takmir meminta mahasiswa ini untuk mengisi posisi marbot. Dia bersedia untuk tinggal hingga lulus tahun 2022 dan sempat bekerja di salah satu lembaga ekonomi dekat masjid kami.
Bulan Ramadhan memang sering dijadikan momentum untuk berkegiatan. Di masyarakat, masjid menjadi salah satu institusi penggerak aktivitas sosial. Jika tidak ada aktivitas sosial, mungkin saya tidak akan mengenal mahasiswa tadi, atau kemungkinan dia tidak akan mendapat pengalaman mengurus masjid, atau bekerja di perantauan.
Manfaat Sosial sebagai Mood Boster
Jika sobat milenialis membayangkan mahasiswa dalam cerita di atas mager (malas gerak) untuk datang ke masjid. Mungkinkah dia dapat rejeki serupa? Rejeki Allah yang ngatur ya, mungkin dia akan mendapatkan rejeki tapi di tempat lain.
Tapi setidaknya sobat milenialis memanfaatkan momentum Ramadan ini sebagai mood boster untuk beraktivitas. Ketika puasa kita dianjurkan untuk produktif sebagaimana hari-hari biasa, tinggal kita atur intensitasnya.
Beraktivitas ketika puasa Ramadan dapat menghindarkan diri dari rasa jenuh, stres, dan malas. Justru menunda pekerjaan adalah hal yang membuat stres saat puasa Ramadhan. Karena pekerjaan akan semakin menumpuk sehingga kita merasa kuwalahan untuk mengatasinya.
Seperti orang yang seharian menahan diri tidak makan dan minum, maka dia merasa dapat self-reward saat buka puasa tiba.
Sobat milenialis jangan lupa berdo’a menyandarkan diri kepada Sang Pencipta agar istiqomah menjalani aktivitas puasa Ramadhan dengan bahagia.
#RamadanMilenialis
Editor : Assalimi
Gambar: Pexels
Comments