Berhadapan atau menghindar merupakan persoalan yang tidak gampang. Ditemani suara supraku yang bautnya mulai kendor kala tengah jalan menikmati lamunan perjalanan hidup dan masa depan yang tidak semudah buang ludah di selokan saat terdiam. Butuh pengalaman membuang ludah saat berada di atas kendaraan.

Harus ada kekuatan dari dalam sekencang-kencangnya agar ludah jatuh tepat sasaran. Tidak nyelepret ke pipi atau helm. Bahkan harus mempertimbangkan juga di belakang ada kendaraan lain yang melintas tidak. Jangan sampai perkara ludah yang sepele menjadi perkara yang gede.

Perkara sepele seperti itu saja ada beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan. Apalagi, memikirkan masalah hidup. Dihh, baru mahasiswa yang masih mengemis duit orang tua saja menyebutnya masalah hidup. -ngeri amat-

Meskipun masih seorang mahasiswa, ia sudah bisa dikatakan dewasa awal. Kebanyakan ahli menyebut di usia 20an tahun ini terjadi Quater of Crisis. Masa di mana kita bimbang bukan hanya masalah masa depan mau kerja apa? Tapi apa yang harus kita kerjakan sekarang itu perlu diperhatikan. Kelak kita menjadi apapun, itu ditentukan oleh keputusan yang kita ambil sekarang.

Kembali ke perkara air ludah yang menyebalkan perlu dibuang atau ditelan kembali, mending jika air ludah itu netral, bagaimana saat di jalan itu tiba-tiba menelan serang beracun yang terbang tidak lihat jalan dan masuk ke mulutmu kawan. Sedangkan sangat tidak memungkinkan untuk berhenti karena saking kencangnya saat mengendarai. Silakan dipikirkan enaknya mau digimana-in terserah anda, selera masing-masing.

Bedanya kalau masa depan ini berkelanjutan. Jika di usia 20an tahun ini saat kita gagal lalu tidak ingin mencoba mengulang, ya sudah wassalam.

Berbuat salahlah di masa 20an tahun ini, dalam tanda kutip tidak fatal lho yaa…

Berbuat salah di sini, coba segala hal yang berada di luar kemampuan mu. Coba semua sampai pada akhirnya kita menemukan sesuatu yang menggelegar yang merasuk ke dalam jiwa dan bersatu dengan passion kita.

Masuk organisasi, latihan tertekan dengan segala hal yang ada di dalamnya. Mulai dari urusan sepele tentang perasaan, sindiran akibat pro-kontra terhadap suatu pandangan lalu tertekan. Masuk aja rasakan dan nikmati setiap tikamannya, karena itu tidak seberapa daripada besok di dunia nyata setelah kita berumah tangga dan hidup bermasyarakat entah di kampung atau perumahan permai. Kita sudah tahan banting dan tahu bagaimana cara mendamaikan dari menenangkan diri sampai menenangkan suami orang, eh. Maksudnya tetangga yang sering buat keributan.

Coba juga masuk magang atau cari pekerjaan sampingan, ya maksud hati biar dapat tambahan uang jajan. Tapi di samping itu ada khasiat yang manjur juga yaitu dilatih untuk profesional. Karena tidak naif lah ya, kerja di tempat orang dan berhadapan dengan beda kalangan membuat kita semakin segan lebih besar daripada organisasi. Ini lebih menekan, tidak masalah. Daripada merasakan sulitnya memperbaiki atap rumah yang bocor saat hujan mulai deras-derasnya.

Tidak mengapa memperbaiki atap yang bocor saat matahari mulai terik dan meninggi. Setidaknya hanya punggung kita kepanasan daripada semalaman air hujan menggenang dalam rumah dan esoknya kita repot menjemur peralatan yang kebasahan.

Syaratnya hanya satu, tandai mana yang perlu diperbaiki sewaktu hujan sebelumnya. 

Selesaikan dirimu sendiri sebelum realita menyelesaikanmu. Saat memasuki suatu organisasi, lomba, atau mau mendaftar kerja kita pasti mempertimbangkan segala konsekuensi yang ada. Mampu tidaknya, tupoksi pekerjaannya, waktu yang tersita, dan lain sebagainya. Itu jika sudah dipertimbangkan. Seharusnya sudah tidak ada lagi alasan untuk malas-malasan. Tapi, tidak munafik ya kawan, meskipun begitu banyak rintangan dan batu kerikil yang mengusik perjalanan. Entah itu menyandung langkah kita atau hanya menyentil kaki meskipun sedikit tetapi tetap menyebabkan terluka biarpun  kerikilnya sebetulnya kecil tapi tajam. Wajar kok hal itu terjadi, tidak mengapa saat malas, jenuh, bosen, badmood mulai menyapa.

Kembali ke pernyataan awal yang tadi kita singgung berhadapan dan bila tidak kuat menghindar boleh, asal sebentar dan jangan ditinggalkan. Memang setiap orang ada jatah menjadi seorang pecundang tapi jangan kau ambil kesempatan itu untuk meninggalkan apa yang sudah kamu mulai. Selesaikan dengan sampai titik darah penghabisan tidak masalah lemparan koar-koar dan kritikan tajam yang kadang menggores perasaan coba lihat dan jadikan itu sebagai tanda bahwa ada genteng bocor yang perlu perbaikan sekarang juga.

Sebelum hujan lebat realita sesungguhnya selepas perkuliahan itu datang. Aku yakin kawan, kita semua mampu bertahan sampai tangisan derai air mata ini berubah menjadi kenangan manis yang mengahantarkan kita pada kejayaan. Untukmu yang masih galau dan bimbang, kita belajar tidak  mencari orang baik yang mengerti keadaan kita. Cobalah kita menjadi orang baik itu dan mengerti keadaan orang.

Jangan lah kita lupakan bahwa setiap pertumbuhan pohon selalu dimulai dari biji dan pasti ada kesakitan tersendiri saat menerjang berbagai lapisan tanah yang tidak tentu tinkat kekerasannya. Aku tahu kamu pasti paham. Semangat kita sama-sama berjuang untuk masa depan.

Editor : Hiz