Hingga kini masih banyak masyarakat yang berpendapat bahwa seorang Humas adalah murni kerja kantoran dan tak berpeluh-peluh bak para pekerja fisik pada umumnya.  Ya, tak dapat disalahkan juga persepsi demikian terbangun di benak khalayak.

Tak dapat dimungkiri memang, saat mendengar kata Humas maka terbayanglah sosok lelaki atau perempuan yang menarik secara penampilan. Tidak harus ngganteng dan cantik puolll, sih.  Minimal menarik dan ia senantiasa menebar senyum ditambah gaya bicara sopan dan santun kala menyapa.

Pendeknya, setiap kalimat yang meluncur keluar dari seorang Humas bak butiran tasbih yang terangkai indah satu demi satu menjadi kalimat penuh makna bagi pendengarnya. Makanya tak heran seorang Humas dianggap sebagai komunikator yang memiliki kapasitas berkomunikasi yang baik tinimbang profesi lainnya.

Akibatnya, khalayak pun menduga pekerjaan Humas tak jauh dari hal yang berbau kerapihan dan umumnya terbatas di perkantoran.  Namun, kali ini saya membantahnya, Mylov!

Tidak usahlah saya menyebut profesi Humas adalah profesi yang masuk dalam kategori sembilan pekerjaan dengan tingkat stress yang tinggi menurut Careercast. Humas disejajarkan dengan militer, pemadam kebakaran, polisi, Event Organizer, reporter, broadcaster dan pimpinan perusahaan. Pertimbangannya menyangkut pekerjaan yang dibatasi deadline, bahaya, ketelitian, fisik, persaingn dan jenjang karir yang kompetitif.

Sebagai seorang Humas yang telah berkecimpung selama satu dekade lebih, saya sungguh-sungguh membantah opini yang berkembang di masyarakat luas tentang pekerjaan Humas terbatas di area perkantoran saja. Buktinya saya dan tim humas kantor saya yang telah mencapai dan menjelajah Gunung Jaya Wijaya, di Papua sana.

Begini. Memang benar, di era digital  kini, seorang Humas dituntut harus serba bisa, mulai dari menulis berita, menyiapkan siaran pers dan konferensi pers, mengambil gambar baik foto dan video kegiatan, mengedit foto dan video, mempostingnya di medsos dan website, mendesain poster, menyiapkan pidato pimpinan, menyiapkan booth pameran, menjaga hubungan baik dengan rekan media, mengelola dan membuat konten, memantau timeline dan jumlah followers medsos kantornya, hingga menangani manajemen krisis.

Nah, masalahnya pekerjaan mengambil foto dan video tersebut tidak terbatas di area perkantoran dan gedung-gedung bertingkat saja. Panasnya jalanan ibu kota hingga nyamuk di hutan belantara bukan hal yang asing bagi Humas saat bertugas di lapangan. Kalau menjelajah pelosok dusun, sih, bukan hal yang aneh lagi bagi humas.

Seorang rekan humas kantor saya, bahkan pernah disatroni Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Camp peristirahatannya yang gelap gulita. Bukan sekedar dibangunkan untuk dibagi daging kijang guling, Saudara. Para tentara OPM tersebut full bersenjata lengkap menginterogasi hingga membuat rekan saya bukan hanya kaget, namun shock luar biasa.

Padahal semua demi tugas membuat konten video yang menarik tentang flora dan fauna di Gunung Jaya Wijaya yang indah. Sepucuk Edelweis cantik harus ditebus dengan ketegangan yang tak terkira.

Yang lebih luar biasa lainnya adalah rekan Humas saya dari sebuah institusi penanggulangan bencana. Dengan menumpang pesawat Herkules, rekan saya yang berjenis kelamin perempuan, harus siap berjibaku meliput kebakaran hutan atau mengambil gambar dan video gunung berapi. Semuanya demi tugas menginformasikan ke khalayak luas. Kurang apa coba?

Masih banyak lagi sesungguhnya pekerjaan Humas lainnya yang dapat saya kisahkan. Namun, cukuplah dua saja sebagai gambaran obyektifnya. Tidak ngadi-ngadi, tapi ini nyata bukan fiksi.

Jadi, dengan ilustrasi yang saya deskripsikan di atas, rasanya wajar juga jika para Humas mendapat tunjangan yang setimpal atas pekerjaannya. Ehm. Tak sebatas hanya Humas Pemerintah, tapi termasuk juga Humas non Pemerintah yang sudah mendedikasikan dirinya sepenuh hati demi tersampaikannya informasi kepada khalayak.

Jadi, bagaimana Saudara? Sudah paham, ya, bahwa pekerjaan Humas itu sangat luas cakupan dan areanya. Dari kantor hingga lumpur kotor. Dari bangunan tinggi hingga puncak gunung tinggi. Dari lepi (laptop) hingga gunung berapi. Semangaat para Humas!

Editor : Hiz

Foto : Freepik