Sejauh ini novel terjemahan Jepang yang berhasil menyentuh hati saya ada tiga, yaitu Totto-chan: Gadis Cilik di Dekat Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi yang pernah saya pinjam dari perpustakaan sekolah semasa SMP, The Newcomer karya Keigo Higashino, dan Funiculi Funicula: Before the Coffee Gets Cold karya Toshikazu Kawaguchi.

Novel Funiculi Funicula bercerita tentang sebuah kafe misterius yang terletak di ujung gang kecil dan harus turun melalui tangga menuju bawah tanah. Kafe tersebut bernama Funiculi Funicula, konon diambil dari sebuah judul lagu anak-anak lawas. Begitu masuk pengunjung akan disambut suara lonceng dan desain interior kafe yang masih mempertahankan keautentikannya sejak didirikan akhir 1800-an meski pernah direnovasi. Artinya kafe ini sudah ada sejak peralihan zaman Edo menuju Restorasi Meiji. Kopi sendiri mulai masuk ke Jepang saat zaman Edo di bawah kepemimpinan Tokugawa Tsunayoshi.

Ada empat babak cerita dalam novel ini. Babak pertama menceritakan sepasang kekasih, babak kedua menceritakan pasangan suami-istri, babak ketiga menceritakan kakak beradik, dan babak terakhir menceritakan ibu dan anak. Semuanya begitu menyentuh.

Babak pertama cerita dibuka oleh obrolan sepasang kekasih di salah satu meja kafe yang bahkan jaraknya hampir berimpitan dengan meja lain saking kecilnya ruangan itu. Apa yang dibicarakan oleh seseorang di sana tentu akan terdengar oleh orang lain. Wanita bernama Fumiko tidak ingin ditinggal oleh Goro, pria yang dicintainya, ke Amerika. Namun, Goro tidak dapat menunda kepergiannya. Tak ada kata putus di sana, Goro pergi meninggalkan Fumiko begitu saja.

 Fumiko galau dan sepekan kemudian kembali mendatangi kafe itu setelah menyaksikan tayangan legenda urban di televisi. Sebelumnya Fumiko memang pernah mengetahui bahwa kafe Funiculi Funicula bisa membawa seseorang ke masa lalu, tetapi dia tidak peduli. Namanya juga legenda urban, tidak ada seorang pun yang benar-benar bisa membuktikan dirinya bisa pergi ke masa lalu. Keinginannya begitu kuat untuk mencegah kepergian Goro sepekan yang lalu. Setelah menumpahkan curhat pada salah seorang pengunjung wanita berpenampilan nyentrik bernama Hirai, Fumiko akhirnya meminta kepada Kazu, gadis pelayan kafe yang selalu berekspresi dingin, untuk mengantarnya kembali kepada hari itu.

 Kazu membeberkan sejumlah aturan yang tidak boleh dilanggar oleh pengunjung. Pertama, pengunjung harus menghabiskan kopi yang disajikan sebelum mendingin. Apabila kopinya terlambat diminum dan terlanjur dingin, maka orang tersebut tidak dapat kembali ke masa kini dan menjadi hantu. Kedua, si calon penjelajah waktu juga harus duduk di kursi tertentu. Ketiga, orang yang bisa ditemui adalah orang yang juga pernah mengunjungi kafe ini. Terakhir, apabila telah berhasil ke masa lalu, tetap saja hal yang dilakukan di sana tidak dapat mengubah keadaan di masa kini. Masa lalu tidak dapat diubah.

           Fumiko sempat frustasi karena banyaknya aturan yang nyeleneh dan rumit, dia sempat putus asa. Tetapi akhirnya dia memutuskan untuk tetap pergi ke masa lalu dan menemui Goro. Fumiko pun berhasil kembali ke masa lalu meski sempat mengalami suatu ‘rintangan yang mencekam’. Setelah kembali ke masa kini, Fumiko merasa puas dan lega walau apa yang dilakukannya barusan tidak membuat Goro kembali ke Jepang detik ini juga.

           Babak kedua bercerita tentang Kotake, seorang perawat yang memiliki suami pengidap Alzheimer bernama Fusagi. Selagi mengawasi suaminya di sana, Kotake juga menaruh perhatian pada Kei, istri Nagare sang pemilik kafe, yang sedang mengandung sekaligus mengidap sebuah penyakit sehingga membuat kondisi fisiknya lemah. Fusagi sendiri setiap hari berkunjung ke kafe sambil membawa majalah, amplop, dan selalu terlihat sibuk menulis sesuatu di mejanya.

           Kotake memutuskan pergi ke masa lalu untuk berjumpa dengan sosok Fusagi sebelum mengidap Alzheimer. Kotake ingin bertemu Fusagi yang masih mengingatnya dengan baik. Di masa lalu, terungkaplah maksud Fusagi yang selalu membawa amplop dan menulis sesuatu dari majalah. Bagian ini cukup mengandung bawang dan tanpa sadar akan membuat air mata keluar. Sama seperti Fumiko, di akhir cerita Kotake merasa lega karena berhasil mengungkap misteri suaminya selama ini.

           Babak ketiga bercerita tentang kakak beradik bernama Yaeko Hirai dan Kumi Hirai. Yaeko merupakan pengunjung tetap Funiculi Funicula yang selalu berpenampilan nyentrik, dia memiliki usaha bar tidak jauh dari kafe itu. Dia memiliki hubungan kurang baik dengan adiknya, Kumi, yang selalu memintanya pulang ke kampung halaman. Suatu hari Kumi mengalami kecelakaan lalu lintas dan merenggut nyawanya. Saat itulah penyesalan Yaeko Hirai dimulai. Wanita itu meminta kepada Kazu untuk mengantarnya kembali ke hari ketika adiknya masih hidup. Seusai kembali ke masa kini, Hirai seperti menemukan semangat baru dalam hidupnya.

           Babak keempat bercerita tentang ibu dan anak. Masih ingatkah dengan Kei yang sedang mengandung? Ya, dia bertemu dengan anaknya setelah memutuskan untuk pergi ke masa depan. Bagian cerita ini cukup membingungkan karena alurnya maju mundur, tetapi unik dan berbeda dari cerita-cerita sebelumnya karena si penjelajah waktu mendatangi masa depan, bukan masa lalu. Bagian ini juga tidak kalah mengharukan dan sukses membuat air mata mengucur deras karena teringat ibu sendiri.

           Kafe Funiculi Funicula tak ubahnya bagai rumah kedua yang tak sengaja menyatukan orang-orang dengan berbagai latar belakang dan masalah hidupnya masing-masing. Bahkan hubungan antara pemilik kafe dan pengunjung tetap sudah bagaikan keluarga yang saling berbagi ruang untuk menumpahkan curahan hati dan uneg-uneg. Semua itu tergambar pada karakter tokoh Kazu, Nagare, Kei, Fumiko, Kotake, Fusagi, dan Hirai.

           Penjabaran adegan dalam novel ini sangat detail sehingga kita bisa membayangkan bagaimana gestur sang tokoh cerita. Menurut saya tidak heran karena novel ini sejatinya diadaptasi dari pertunjukan teater garapan si penulis sendiri.

           Walaupun mereka tahu bahwa masa lalu tidak dapat diubah, tetapi perjalanan waktu tersebut tetap mampu memberikan kepuasan batin, meninggalkan kesan mendalam, dan mampu mengubah masa depan yang lebih baik melalui tindakan-tindakan yang dilakukan di masa sekarang. Novel ini sangat heartwarming dan recommended banget buat dibaca saat waktu luang!

Editor: Ciqa

Gambar : Google.com