Para bocil yang pernah tumbuh di dekade 2000-an seharusnya tak akan asing dengan nama Yu-Gi-Oh!. Kalau tak tahu, ya minimal pernah dengar namanya lah. Kalau tak pernah dengar juga, mungkin Anda tidak termasuk ke dalam generasi bocil 2000-an.
Sekilas info, Yu-Gi-Oh! sendiri merupakan permainan kartu yang diadaptasi dari serial anime dengan nama Yu-Gi-Oh! juga. Adapun inti dari permainan ini adalah mengadu kekuatan para monster yang termaktub dalam selembar kartu.
Sebelum permainan dimulai, para pemain akan diberikan modal berupa life point dengan jumlah yang sama. Berdasarkan anime, pemain akan diberikan life point sebesar 2000 atau 4000. Sementara di dunia virtual game, pemain akan diberikan life point sebesar 8000.
Ada beberapa syarat untuk bisa memenangkan permainan. Mengurangi life point lawan hingga nol adalah syarat paling umum. Pengurangan life point akan terjadi jika suatu monster berhasil membunuh monster lainnya yang dipasang dalam posisi menyerang. Bisa juga dengan menginstruksikan suatu monster untuk menyerang lawan secara langsung atau dengan menggunakan efek kartu tertentu.
Di samping itu, ada juga beberapa syarat spesial yang bisa membuat Anda menang. Misalnya Anda berhasil mengumpulkan lima potongan tubuh (kartu) Exodia di tangan, memanggil Horakhty, dan sebagainya. Bisa juga Anda memenangkan permainan ketika lawan kehabisan kartu untuk ditarik dari deck pada gilirannya sendiri.
Selain kartu monster, ada juga kartu penunjang lainnya seperti magic atau trap dalam permainan Yu-Gi-Oh!. Kartu magic alias sihir adalah kartu yang efeknya bisa langsung digunakan di giliran Anda sendiri. Sementara kartu trap merupakan perangkap yang biasanya baru aktif pada saat lawan menyerang.
Yu-Gi-Oh! dan Kenangan Masa Kanak-Kanak
Waktu saya masih bocil dahulu, saya sering bermain Yu-Gi-Oh! dengan teman-teman satu gang. Bahkan tak jarang anak-anak dari gang lainnya ikut bergabung ke dalam permainan. Akan tetapi, cara main saya dan teman-teman sangat bertolak belakang dengan yang seharusnya.
Pada saat itu, saya dan teman-teman bermain dengan cara disawer (dilempar ke atas) atau ditepok. Jika yang muncul adalah gambar (bagian depan kartu), maka pemain yang memegang kartu tersebut dinyatakan menang. Pemain yang menang berhak mengambil kartu lawan yang kalah. Jumlah kartu yang diambil tergantung pada perjanjian pra permainan.
Saya sendiri sering apes alias kalah dalam permainan tersebut. Setiap saya kalah, saya akan membeli satu pack kartu di warung milik tetangga saya. Dalam satu pack alias kardus, ada 40 lembar kartu yang bisa dimainkan.
Di satu waktu, saya juga pernah meraup banyak kartu dari lawan dalam satu permainan. Pada saat itu, saya berhasil menang dalam beberapa kali saweran. Sayangnya, keberuntungan tersebut tak berlangsung lama. Ujung-ujungnya saya tetap saja kalah dan kemudian kehilangan banyak kartu alias bangkrut.
Bisa dibilang Yu-Gi-Oh! menjadi salah satu referensi alias bahan belajar saya dalam menggambar. Saya sendiri sangat mengagumi artwork pada kartu Yu-Gi-Oh!. Begitu banyak monster yang digambar dengan bentuk absurd. Alih-alih terlihat aneh, monster-monster yang digambar tersebut justru terlihat keren serta unik.
Oleh karena itu, saya kemudian sempat membuat tiruan daripada kartu Yu-Gi-Oh!. Bahan-bahannya pun sangat sederhana. Cukup dengan menggunakan kertas karton putih dan spidol. Meskipun tak bisa dan tak mungkin bersaing dengan yang aslinya, saya tetap bangga dengan karya amatiran saya tersebut.
Untuk saat ini, permainan kartu Yu-Gi-Oh! masih eksis hingga sekarang. Hanya saja hype-nya tidak seheboh dahulu. Plus, aturan mainnya juga sudah semakin berkembang dan ribet. Saya sendiri tak begitu paham dengan aturan main yang berlaku sekarang.
Meskipun demikian, saya bersyukur pernah mengenal permainan Yu-Gi-Oh! saat masih bocil dahulu. Sungguh bahagia masa kecil saya denganmu. Tanpa handphone maupun ribut-ribut soal kadrun dan cebong.
Penyunting: Halimah
Sumber gambar: Kompasiana.com
Comments